PEMBALUT SUAMIKU
UT SUA
.. Ibuk
endengar teriakan Danu serta dera
ah panik, ketakutan dan sepertin
apa?" tanyaku ikut panik
sana ...." Danu me
a di sana?" tan
rah." Sekujur tubuh Danu gemetar. Wajahnya pucat.
... darah?" ta
, ya. Jaga ad
kamar. Langkahku terpaku di ambang
ipenuhi pembalut bekas yang menumpuk, tepat di sebelah ransel Mas Darma ympukan sampah itu. Perutku terasa diaduk-a
k. Namun, dengan tegas kucegah. Aku tidak m
apa sudah keluar dari kamar mandi. Nanti bila
bertanya, anak itu seger
bekas pakai yang penuh dengan noda darah yang sudah mengering
ntung plastik berlapis-lapis. Tak mungkin aku meme
hendak memuntahkan isi perutku di sini. Namun, aku harus melakukan ini. A
akin dibuat penasaran dan menyimpan
okelah wajar ada banyak perubahan. Namun, dari sifat dan pe
merasa bahwa Mas Darma bu
Darma di tempat semula. Berkali-kali kupastikan bahwa semua barang miliknya berada di tempat semula.
ini? Tak mungkin punyaku karena aku belum mendapati jadwal haid. Sementara Mira, an
, hendak bertanya pun aku tak ada keberanian. Sebaiknya kuselidiki ini sendiri. Aku harus tetap ber
rus menyel
engar desisan yang rupanya Mir
gku berdetak lebih kencang. Aku tak sad
anya mala
sudah k
eleng. "Be
dahi. Lama sekali
putuskan untuk mendekat ke arah pintu dan menajamkan pendengaran, mataku terb
? Belikan telur dan gula buat Bapak di warun
ta mereka membeli jajanan dengan uang kembaliannya nanti
n telinga ke arah pintu kamar mandi. Suar
encang, kuberanikan mengintip dari ce
Mas Darma tengah mengendus-endus pemb4lut bekas yan
ang. Aku sungguh shock. Berkali-kali aku yakinkan diri bahwa aku tak salah lihat barusan. Mas Da
Astaghfi
ki itu, Ya Tuhan? Tida
ang melakukan hal men
ikan melangkah mendekat. Aku menahan
a ketika mendapati sebelah mata juga tengah m