Dari Iba Menjadi Cinta
eorang pria par
-temannya langsung menghentikan langkahnya tepat di dekat tangga lalu berbalik, menatap Papanya yang terlihat
ampai kapan kamu kayak gini terus? Usia kamu udah hampir 22 tahun, tapi kamu masih aja suka main sama
iap ia melakukan kesalahan, terlebih bermalas-malasan, kedua orang tuanya terlebih Papanya akan mengungkit tentang
ke kalau kamu mau kuliah kayak sepupu-sepupu kamu yang lain. Tapi ini, jangankan kuliah, ada niatan buat menjadi lebih baik aja enggak. Divya, apa kamu benar-ben
edih. "Jangankan kuliah atau kerja, punya pacar aja kamu enggak. Gimana mama sama
r apa yang dikatakan Papanya. Selama ini ia hanya sibuk ber
aunya Papa apa?"
Pertanyaan Nevan dengan suara seriusnya itu membuat Divya tersentak kaget.
a suara dan terlihat enggan, membuat Ne
sedih jika begini ceritanya. "Kenapa malah jadi menikah sama ambil perusahaan? Papa tau sendiri 'kan kalau aku ga punya pacar dan ga
mendadak merasakan firasat tidak enak. Terlebih kini Papanya membelai rambu
n berhubung kamu ga suka sama perusahaan, jadi papa putuskan buat nika
menganga ti
uju kamarnya sendiri, meninggalkan Divya yang sudah bersungut-su
aja, Sayang!" seru
sanya Divya ingin
gsung menghampiri Neisya - Istrinya y
duduknya menjadi sedikit miring dan bertanya dengan wajah pe
engan lembut. Setelahnya ia menurunkan tangannya dan terkekeh pelan saat mengingat ekspresi Divya tadi. "Kalau ngamuk sih e
atu itu memang sangat berbeda dengan dirinya, sang Suami apalagi anak bu
erdas. Ia juga mudah marah, tetapi
rencana buat balas dendam ke kamu," sahut Neisya te
dua, gadis itu sedang mengamuk. Sama seperti tebakan kedua or
et aku tuh, pasti papa takut kena amuk makanya langsung pergi," gerutu Divya yang duduk di ranjangnya dengan tanga
a. "Iiihhh mampus nih mampus. Rasain! Siapa suruh bikin aku kesel.
a matanya dan menatap tajam boneka yang ada di tangannya. "Apa? Mau marah? Sini marah kalau bisa! Cih, dasar boneka gila!
Kaki dan tangannya terus bergerak sampai dirinya terlihat seperti orang kejang. "Pokoknya ga mau nikah, masih
! T
linga!" Suara ketukan pintu diiringi dengan teriakan seorang laki-laki yang merup
aish, sepertinya ia harus cepat-cepat mencari
orangnya!" teriak Divya membalas Adikn
anya dan bergegas mengubah posisinya menjadi duduk. Ia dapat mendengar sua