KETUA OSIS
m maka buliran kristal itu pasti akan meluruh membasahi pipinya. Eva berusaha untuk menahan tangis sendiri. K
asuk atau tidak? Membuat Eva makin uring-uringan takut serba salah. Mau nyelonong masuk, tap
lebih baik bertanya walau sepertinya ak
ak
l di posisi seperti ini. Ia berdeham kencang hingga beberapa murid menol
a, Pak? Saya bo
. Setelah tadi saya menjelaskan panjang lebar
ini terus. Setelah ucapan Eva sengaja dipotong dengan beliau yang
rnya tak hanya Eva yang pintar di kelas ini. Hanya saja rata-rata yang pintar itu pendiam dan gugup ketika di
saja itu sebagai karma untuk pak Erik agar tahu bagaimana rasa
dengan tekanan dalam cairan. Saya memang tidak menyimak sepenuhnya apa yang telah Bapak sampaikan tadi.
noleh kembali pada Eva yang sampai saat ini masih berdiri di depan pintu. Guru mana yang t
tanya menjabat sebagai ketua OSIS ini. Beliau mulai memainkan ekspresi guna memanipulasi. Dah
r dalam sistem tertutup diteruskan ke segala arah dengan sama besar." Jeda sejenak guna Eva menarik napas karena lumayan menges berb
njelasannya yang sempat tertunda. Karena memang, jeda yanga ia beri bukan untuk
nan eksternal yang diberikan. Dari pernyataan tersebut kita sudah bisa ambil ke
i atas sampai bawah seolah memberi penialian. "Kamu ikut kursus Fisika, ya?" tanyanya tak bisa lagi tutupi k
ayan besar itu? Syukurlah di Taruna Bangsa bidang akademisi masuk dalam kategori ekskul. Tak menyia-nyiakan peluang yang ada,
, "kebalik, Pak. Yang ada saya yang open j
olimp," katanya sedikit meringis. Menurutnya kalau Eva memang sudah tak perlu diragukan lagi. Tak hanya
Erik mengangguk paham. "Oh, ternyata
onal,
ekolah ini adalah Taruna Bangsa yang telah berhasil mengharumkan nama Indonesia di dunia dengan
lah gigi gingsul yang membuat gadis itu semakin manis dipandang mata. "Do'akan saya ya, Pak. Saya ak
ajak seisu kelas untuk memgaminkannya. Tangan bapak itu terge
ketika ia dipersilakan untuk duduk di kursinya. Tak sia-sia Eva
a seutas kalimat dari motivatornya sejauh ini. "Jangan taruh h
*
ah keluar dan sekarang waktunya istirahat. Eva duduk se
gga membuat mereka terkenal. Hanya orang biasa-biasa saja dengan ekonomi pas-pasan. Yang membuat Eva betah berteman dengan mereka karena sef
P mereka sudah berjanji bersama-sama untuk bisa bersekolah di SMA TB. Biaya sekolah juga kebutuhan yang mahal dan besar membuat mere
nat dan bakat. Sekolah seelit ini menyediakan banyak sekali beasiswa untuk orang-orang yang kurang mampu agar dapat ikut merasakan pendidikan juga segala fasilitas yang mumpuni dan disediakan untuk
kan menikmati bekal. Hal itu sudah menjadi rutinitas setiap hari. Yang p
man di bahu sang sahabatnya, Uma. Namun tiba-tiba saja bangku Eva
egup jantung yang berdetak kencang. Gadis itu mengidap hipert
Ketuanya adalah Melly Diandra dengan anggota yang hanya dua orang. Yakni Dina Marenza dan Salsa Dian Aviani. Mereka itu rombongan cewek-cewek cen
g perlu ditakuti dari mereka ini? Cuma modal
ukan takut. Eksistensi mereka sangat berpengaruh di sini. Khususnya sang ketua yang m
siswi lain akan merasa terintimidasi dengan hal ini. Namun ingatkan bahwa ini Eva Nur Shafaah. Kenapa pula terintimidasi? Mereka sa
sa ngejawab pertanyaan pak Er
Padahal Eva hanya diam saja, tapi mereka sudah tersulut emosi sendiri. Apalagi ketika Iq
gan iri. Jangan iri dengki, puter-puter jari!" Cowo