KETUA OSIS
V
egera menoleh ke arah sumber su
lo? Dipanggi
epalanya celingukan memandang ke
daharaan. Pastinya cewek itu menerima uang yang san
uuuu. Tadi gegara lo ribut sama geng Qotsa jad
rseru tak terima. "Mer
muanya juga udah tau mereka emang gitu. Sok berkuasa te
ah jadi, gak diladenin n
alan jangan diem di sini aja
ke kantin bentar,
apa
ayangin lo jadi gue ngomong keras di
sih. Minum air putih biasa aja kena
i. "Gak mempan minum air putih tuuh. Pengennya
tri di kantin tuh jadi lama. Gue udah lape
atan ini maka tak ada yang mau mengalah. "
berapa. Nggak lama lagi bel masuk, mana kita juga belum makan.
ang dikatakan Yana memang ada benarnya juga. Mengalah sajalah. Sepengen
udah
dari teras kantor, nama Eva seketika dipanggil me
sumber suara yang setelah d
Yana ikut Eva kembali ke sana. Seakan menge
pa. Ia berjalan ke arah Adam berada. Mendon
sengaja denger pas di pintu kantor," lanj
es. Tak pergi dengan Yana, bolehlah pergi dengan Adam. Malah lebih bagus, biar kebakaran j
rencananya mau
nitip mi
!! N-
a ada urusan. Ia mengeluarkan secara acak isi dompetnya yang justru m
ungut kembali uangnya yang berserakan. "Astagaaa!" keluhnya tak lagi m
uang merah itu adalah jajan Eva selama satu minggu. Ia menelan saliva, syok melihat uang se
lembar uang dari Adam. "Minuman apa aja ter
es, tapi Adam sudah jauh dari pandangan, sedang uang suda
benar-be
sahabatnya yang masih menunggu. "Adam nitip minum ke guee!" s
nepuk jidat. "Kenap
lak tadi. Cuma gimana,
k katanya? Sudahla
*
tu. Yana menghela napas berat ketika kantin sangat padat sekali oleh si
uk sana, gue
beli apa yang ia mau, Eva sesegera mungkin untuk keluar. Sambil menuju pintu utama kantin, ia bersenandung kecil dengan
apat menyeimbangkan tubuhnya dengan baik. Di sini memang Eva yang menabrak. Demi apapun sedari tadi ia tak
tabrak diam di tempat tak bergeser sedikit pun. Hal yang refleks ket
yang berdiri tangguh di depannya ini adalah Artanabil Hibriz
Ia menelan saliva dengan susah payah. "K-kak Arta maa
sah kuyup mencetak dadanya yang bidang akibat tergu
suk Eva. Ia rasakan kakinya gemetar hebat tanpa bisa dikendalikan. Eva mundur beberapa lan
ampaikan dengan lirih. Suaranya bergetar ingin mena
di sana menahan jejeritan memandang nikmat tuhan yang tidak dapat didustakan. Sementara di lain si
engan air jus itu? Apakah dia tidak punya mata hingga tak menyadari ada Arta sebesar itu berd
cari masalah pada Arta? Walau telah menjadi ketos pun ia tetap tak ada apa-apa
gingat suasana saat ini sedang mencekam. Apalagi baju yang diserahkan Reza bukan baju sekolah, melainkan baju kaos berwarna hitam membuat ketampanan Arta bertambah berkali-kali lipat. Cowok itu berdi
a masih berani pada apa pun di Taruna Bangsa ini selain Kompeni. Namun tidak untuk ketua geng ini. Kabar yang tersebar adalah cowok itu memancam Arta tak akan pernah menerima permoho
gue gak pe
nang itu dapat didengar oleh semua orang. Seluruhnya tahu, dibalik ketena
ang, gue gak pernah peduli. Asal gak ganggu ranah ketenan
ang mancing buat bikin gu
ndya? Cowok itu adalah salah satu anggota inti geng Kompeni yang paling terkenal dalam urusan perundunga
u saja, Arta kebal hukum. Tak ada yang berani mengusiknya bahkan maje
terupsi
emahami apa yang ketuanya itu mau. Ia menyer