KETUA OSIS
ngga masing-masing ujungnya menjuntai di belakang. Tubuhnya mundur dan k
mpertahankan diri agar tak tertarik lebih jauh. Nyatanya kal
belakang, tapi lilitan di lehernya terlal
ung paling sadis seantero TB. Kabarnya beberapa anak yang menjadi korban memi
etuk-etuk satu pahanya sendiri yang diposisikan menekuk. Sedangkan tangan kirinya me
anlah p
suatu kesenangan tersendiri untuknya. Tak heran ia mendapat gelar s
ampak lebar dan berkilau. Ia juga merupakan anggota inti Kompeni yang posisinya berjalan
iapa lagi jika bukan Rehan? Tangan Ari yang kekar menyentuh kepalan Rehan
o. Kasian,
u. Melepaskan genggamannya pada ujung jilbab gadis yang menjadi ma
sak jilbab gue!" geram Eva sangat kesal. Tak takut sama sekali menunjukkan
ta berusaha untuk tampil rapih bukanlah hal gampan
ikan hal itu. Ia mengedar pandang dan bert
nar diabaikan membuat gadis itu terpancing emosinya sendiri. M
ua kelasn
itu menyahut ketu
ng ia bawa ini milik kelas ini 'kan? Tapi seakan-akan jadi Ev
tahu saja di bawah sana tangannya mengepa
ernyataannya penuh penekanan. Sepertin
a. Masih berbaik hati Eva membawakan absen ini pada mereka
ab baik-baik juga nggak?" bisik
balik. "Lo nanya mulu dari tadi! Gue udah bilang ngg
eneriaki Eva hingga mereka berdua menjadi pusat perhatia
i niat tersebut urung mengingat ada Kompeni di kelas ini. Gerombolan orang paling b
iya? Lihat saja Eva perhatikan sedari tadi ia sangat toxic dan sesuka
r
ak kelas. Tak peduli budaya senioritas. Tak peduli juga posisinya sebagai apa di sini. Kalau songong begini Ev
Cewek itu berdiri den
kasihin ke ketua kelas!" Setelah bicara dengan tegas
*
u menoleh menampilkan sosok putra tampannya yang telah siap dengan seragam. Rambut semrawut menutupi sebagian
Ar
emu. Kemudian ia mendekat lalu menyematkan sebuah kecupan
u
mbutnya. Setelahnya Arta me
mah ini. Lelaki itu telah siap dengan pakaian
menyahut sap
ra yang bertanya. Ia selalu siap melayani kebutuha
k papi aja,
n pergerakan maminya yang begitu cekatan itu. Hanya 30 d
or
ergeleng meng
ri. Tatapan matanya terus terarah pada tangga, tentunya menungg
belum sih?" decak Za
ggak?" Sang suami bertanya seray
o gak bangun. Cuma kebiasaan tuh anak kalo Mami tinggal lan
ggelegar memenuhi seisi rumah. "Sabilaa!!
ntal guling karena kesal. "Aaaa Mamiii!! Kaos kaki aku gak tau di
ah ini memang bers
cara sarapannya, menunda sementara untuk
Kalo bangunnya pagi mendingan. Ini udah siang, siapin ap
ruh isi kamarnya dengan perasaan kesal. Kamar yang pada dasarnya su
nda putih yang ternyata teronggok di bawah keranjang cucian kotor.
Udah Ketemu, nih. W
ketika Sabila katanya telah menemukan kaos kaki yang i
uruni tangga dengan
kecilnya dan ambil posisi menyempil d
pala melihat kelakuan putri bungsunya itu. "Di sebelah Mami k
a ingin Zahra menampol anak itu de
api sama abang," serunya tanpa p
nar kupi
*
ulutnya, decitan dari kursi sebelah membuat gadis itu menoleh
aling tampan di rumah i
emangnya siapa lag
Pi. Assala
tasnya dan berlalu begitu saja membuat
menekuk. Tak lupa mulutnya yang penuh dengan makanan
lat lagi, ya,"
elap mulutnya dengan punggung tanga
u wish
hra memutar bol
an, melainkan karena Rehan sahabatnya, salah satu anggota inti geng Kompeni berkata akan mengantar Sabila ke sekolah pagi ini. Cow