She's Mine
Gue cuma ke luar negeri dua minggu bu
berbicara dengan suara tinggi kepada seorang
ma banget!" Kakak dari perempuan bernama Salju itu tid
ama keras kepala dan tidak aka
n gue mau digaji apaan? Masih banyak di antara mereka yang anak-anaknya masih kecil, masih banyak tanggungan, lagi nabung buat modal nikah, lo kaga kasian sama mer
gan segala permasalahannya. Iya, gue ngerti." Michelle Sean. Sosok berkulit cerah itu mengangguk takzim mendengar pernyataan Salju
sebelum paspor miliknya benar-benar sudah ia genggam sendiri. Selama ini, hampir semua identitas m
tetap ngga
a secara kasar. Ia benar-benar membuang tenaga berdebat dengan
a akan terus bersih kukuh dalam pendiriannya, namun Salju akan mem
antara mereka. "Gue akan melakukan apapun yang lo mau, asalkan gue bisa pergi ke luar negeri untuk pertemuan bisnis ini. Please! Cuma ini kesempat
erdiri dari sofa dan membelakangi adiknya yang masih berlutut di atas karpet beludru mer
umnya,
, lo mau minta apapun gue kasih! Lo mau gue bikinin lapangan basket depan rumah atau ng
senyuman puas. Ia pun mengangguk sendiri dan pergi meningga
membaringkannya lagi ke atas sofa. Dalam hati, ia mengutuk kakaknya yang keras kepala dan sedikit posesi
mun, satu tahun kemudian ayahnya meninggal. Sean saat itu harus bekerja dan putus sekolah demi menghidupi adiknya sendiri. Ia tid
adik berusaha untuk membantu kebutuhan finansial mereka dengan bekerja paruh waktu. Awalnya, Sean melarang hal tersebut karena
an memulihkan finansial, mereka juga semakin sibuk dalam urusan masing-masing. Sean sadar bahwa ia adalah sosok yang berperan penting
uma buat gebetannya yang mau dateng ke rumah. Huh! Padahal itu kan sahabat gue sendiri!" Salju memijat pelan pelipisn
ponsel di atas meja. Dengan segenap usaha, ia bangkit dan mengga
Mars tertera di sana. Ia langsung menetralkan suaranya denga
Ha
alj
empuan itu tiba-tiba memelan saat
n lain sepakat untuk buat pe
ung di seberang sana. Seketika suasana hati perempuan itu menjadi tid
yang pasti. Tapi, mereka sepakat
anya itu langsung berseru, membuat Mars maupun S
." Mars menutup sambungan telepon secara sepihak. Tidak memberika
gsung. Dan perempuan bersurai panjang itu belum mempersiapkan a
nghampiri kakaknya yang masih terpaku di depan kulkas samb
pertemuan bisnis, please bang, gue butuh banget izin lo sekarang, Please! Kasih tau gue
engguncang tubuh kakaknya yang belum mengeluarkan sepatah kata pun. Hingga suara
sih tau syaratnya." Sean menuangkan soda ke dalam gelas dengan sant
u membukakan pintu dan ia ingin segera ta
yang berdiri tegap di hadapannya. Laki-laki itu terse
y Ju