She's Mine
kakaknya yang tiba-tiba muncul dari koridor. "Mau ke mana?" tanya Sean sambil me
gue harus berangkat ke
u yang baru saja ingin menuruni tangga, dengan p
bareng J
eh kakak sulung Salju berulang ka
luar, ke supermarket, belanja dikit d
mau, gau
h menahan emosi. Kali ini ia benar-be
idak berakhir dengan baik. Walaupun ia hanya mendengar rumor, Salju benar-benar tid
iri. Ia tidak peduli dengan kakaknya yang terus berteriak meman
k punya alasan untuk bisa mencegah adiknya pergi. Lagipula ia sudah punya surat izin mengemudi dan umurnya sudah cukup untuk mengendarai mobil send
apa susahnya sih?!" Sean meracau sendiri. Ia menyambar kunci mobil dari atas meja kamarnya dan mengu
menambah kecepatannya. Beberapa belokan membuat laki-laki bersurai kecoklatan itu kesulitan untuk menyusul dan nyaris kehilangan jejak. Samp
nsel yang ada di kursi penumpang di sebelahnya. Ia mencari nama se
, b
gi di
t, nih ban
adi Salju kabu
g mendengar pernyataan dari Sean itu
nggak bisa gue kejar gara-gara lampu merah. Gue minta tolong deh, Salju pasti belanja ke RM
iran langsung melihat sebuah mobil hitam berukuran besar melesat di depann
utus sambungan dan memasukkan barang belanjaannya ke dalam bagasi mobil. Se
u Sean. Raut wajahnya sangat kesal, bahkan dari kejauhan tampak sekali kulitnya yang putih bersih itu memerah karena emosi. Saat
sar dan mendorongnya dengan penuh emosi. Laki-laki dengan bucket hat hitam itu
empuan dengan cardigan putih itu sangat cepat mengambil barang yang dibutuhkan. Dalam sekejap berpindah dari rak sa
al comot sih?" tany
barang belanjaannya ke kasir untuk dibayar. Masih memantau Salj
rang kasir laki-laki menyebutk
an, Salju keluar dari supermarket sambil mendorong trolinya. Justin yang tidak memiliki waktu untuk membayar be
i, membuat Justin mematung seketika. Tiba-tiba Shinju menoleh ke belakan
awatir ketahuan. Ternyata, perempuan yang sedang diikutinya itu masuk ke
mbalikkan tubuh, sorot mata tajam Salju sudah mengintimidasinya.
antau adik Sean itu sudah diketahui. Bersamaan dengan jarak ya
nnya malam tidak akan mengalahkan suara Salju. Tubuh kekarnya merinding
-ng
laki-laki yang sedikit lebih tinggi darinya. Tanpa kedip
lipat tangan di depan dada. "Gue bukan anak kecil yang perlu
dan Salju menoleh bersamaan. Sosok laki-laki berkulit cerah itu b
di tengah jalan begini? Kalian juga ngapain di sana? Buruan p
ak menyangka Sean akan menyusulnya hingga ke supermarket. "Abang kenapa nyu
o yang nanya diri lo sendiri. Siapa yang
i, biasanya juga lo biasa aja, kenapa jadi emosional gini deh?" Salju tidak m
tangannya, mengisyaratkan adiknya itu untuk segera pulang. Dengan napas yang mem
erdebat, mendapatkan isyarat dari Sean untuk menyusul ke rumah. Laki
an raya, disusul sedan putih milik Sean dan mobil lambo
lju membawa kantong belanjaannya dibantu Sean, kemu
kedua saudara kandung yang jarang akur ini. Namun, permintaan S
gkah pergi tanpa sepatah kata dari mulutnya. Ia m
waktu yang bersamaan. Beberapa detik mereka saling menatap, seolah berbicara dengan telepati. Hin
aja, belum a