Mantan Istriku Hamil?!
Penulis:BARKAT MAJID
GenreRomantis
Mantan Istriku Hamil?!
Sekarang Scarlet tidak memiliki siapa pun yang bisa dia andalkan. Dia hanyalah seorang siswa yang baru berusia 19 tahun.
Kyra sudah merencanakan untuk berpura-pura baik pada Scarlet sehingga dia akhirnya akan patuh untuk menandatangani surat itu. Namun, dia tidak pernah menyangka Scarlet akan bersikap sangat keras kepala dan tidak tahu berterima kasih.
Merasa sangat marah, dia menahan rahang Scarlet dengan satu tangan dan tangan lainnya menunjuk ke arah kontrak, memaksanya untuk segera menandatanganinya.
Scarlet melirik ke arah Nolan yang duduk di hadapannya. Dia adalah ayah kandungnya, tapi dia sama sekali tidak peduli saat melihat Kyra menyerangnya secara fisik dan hanya menonton dengan menunjukkan ekspresi acuh tak acuh di wajahnya.
Meskipun Scarlet sudah sangat terbiasa dengan sikap dingin Nolan padanya, dia masih tetap merasa patah hati.
Mereka terus memaksanya untuk menandatangani dan bahkan mencap kontrak itu.
Sebenarnya, Scarlet bisa saja memberikan semuanya pada mereka tanpa melakukan perlawanan, tapi mereka memilih untuk bersikap jahat padanya, ini hanya menunjukkan orang seperti apa mereka.
Nolan tidak pantas untuk menjadi seorang ayah. Ketiga orang ini tidak memiliki sedikit pun rasa kemanusiaan di hati mereka.
Sekarang Scarlet tidak berdaya untuk melawan mereka. Bahkan jika dia ingin menuntut mereka, mereka akan menemukan cara untuk membungkamnya. Dia tidak punya pilihan selain mengakui kekalahannya.
"Apa aku sudah bisa pergi sekarang?"
Scarlet berdiri, menegakkan punggungnya, dan mengepalkan tinjunya dengan kesal. Dia menekankan setiap kata-kata yang diucapakannya, menolak untuk membungkuk di hadapan orang-orang yang mengerikan itu.
"Kamu sama persis seperti ibumu. Pelacur itu bisa saja menyelamatkan kita dari banyak masalah jika dulu dia setuju untuk menceraikan ayahmu saat pertama kali ayahmu memintanya. Kenapa dia harus sangat keras kepala? Dia benar-benar wanita bodoh!" kutuk Kyra.
Mendengar hinaan yang ditujukan pada mendiang ibunya, Scarlet merasa sangat marah dan merasa seperti baru saja ditusuk tepat di jantungnya.
Dia bersumpah pada dirinya sendiri bahwa dia akan membalas dendam pada mereka suatu hari nanti. Dia akan melakukannya untuk ibunya yang sudah meninggal, untuk adiknya yang hilang, dan untuk semua rasa sakit yang sudah dia derita selama bertahun-tahun karena ketiga orang ini.
Suatu hari nanti, dia akan menjadi orang yang tertawa terakhir. Saat ini, dia masih terlalu lemah untuk melawan, dan tidak ada orang yang mendukungnya. Dia harus bekerja keras dan membangun kehidupannya terlebih dahulu.
Tanpa menunggu tanggapan dari mereka, Scarlet berbalik dan hendak pergi, tapi Colleen langsung menghalangi jalannya dan menghentikannya.
"Apa lagi yang kamu mau dariku?" tanya Scarlet sambil mengerutkan keningnya. Mereka sudah mendapatkan uangnya. Apa lagi yang mereka inginkan darinya?
Colleen mengarahkan matanya melihat perut Scarlet, tatapan itu membuat Scarlet merasa sedikit tidak nyaman.
Merasakan jantungnya seakan melompat ke tenggorokannya, Scarlet secara refleks langsung melindungi perutnya.
"Levon selalu berada di luar negeri sejak kalian berdua menikah. Bagaimana bisa kamu hamil? Kamu benar-benar luar biasa. Aku tidak percaya kamu berani berhubungan dengan pria lain. Bagaimana jika Keluarga Fabianto mengetahui bahwa kamu sudah selingkuh dari Levon? Jika kamu tidak ingin berurusan dengan bajingan itu, kami bisa membantumu untuk menyingkirkannya. Keluarga Fabianto tidak perlu tahu tentang ini."
"Bagaimana kamu bisa tahu ...." Scarlet mulai merasa gugup.
Dia saja baru tahu tentang kehamilannya dan dia juga tidak memberi tahu siapa pun tentang itu. Bagaimana bisa Colleen mengetahuinya?
Scarlet sekarang mengerti kenapa keluarganya menawarkan bantuan padanya untuk menyingkirkan bayinya. Mereka pasti percaya bahwa dia selingkuh saat menikah dengan Levon.
Jika Keluarga Fabianto tahu bahwa dia mengandung anak dari pria lain saat dia masih menjadi istri Levon, mereka pasti akan mengambil kembali semua yang sudah diberikan Levon padanya saat penyelesaian perceraian mereka. Itu artinya Keluarga Benvolio tidak akan mendapatkan apa-apa.
Nolan, Kyra, dan Colleen mulai berjalan mendekati Scarlet. Mereka mengitarinya seperti sekumpulan hiu yang baru saja mencium bau darah di dalam air.
"Kalian ... jangan bertindak macam-macam. Anak yang kukandung ini ... bayi ini adalah milik Levon. Jangan berani-berani menyentuhku, atau Levon akan marah dan tidak akan pernah melepaskan kalian!"
Colleen mencibir, "Kamu benar-benar seorang pembohong yang buruk, Scarlet. Aku tahu kamu dan Levon hanya bertemu dua kali. Pertama kali saat kalian menikah, yang kedua dan terakhir saat kalian bercerai. Sekarang kamu sedang hamil tiga bulan. Tiga bulan lalu, kamu hanya di rumah saja, dan dia sedang berada di luar negeri. Jadi, tidak mungkin anak itu miliknya."
"Tahan dia dan bawa dia ke rumah sakit untuk melakukan aborsi. Kita harus membereskan masalah ini hari ini juga," perintah Kyra.
Mereka takut Scarlet akan melawan, jadi mereka sudah lebih dulu menyiapkan obat bius dan langsung menyuntik obat itu di lengannya.
Mereka tidak bisa menyuntikkan setiap tetes obat itu karena Scarlet berjuang keras melawan mereka, tapi mereka bisa menyuntikkan cukup banyak untuk membuat tubuhnya lemas.
Mereka kemudian langsung membawanya ke rumah sakit.
Scarlet merasa lemas karena pengaruh obat bius yang diberikan padanya, tetapi dia masih cukup sadar untuk mengetahui bahwa dia kini sudah dibawa ke ruang operasi. Dia ingin meronta, tetapi dia merasa terlalu lemah untuk melakukan apa pun.
Dia hanya bisa menyaksikan saat dokter melebarkan kakinya dengan perasaan ngeri. Dari tempatnya berbaring, dia bisa melihat beberapa pisau bedah stainless steel yang mengilap dan peralatan bedah lain di sekitarnya.
"Tidak, kumohon ... aku tidak ingin melakukan aborsi. Tolong, jangan lakukan itu ...." Scarlet menangis dan memohon belas kasihan dari mereka.
Dia belum memutuskan apakah akan melakukan aborsi atau tidak. Jujur, dia memang sempat berpikir untuk menyingkirkan anak ini. Namun, jelas itu bukan waktu yang tepat, dan saat ini, dia tidak ingin kehilangan bayinya di luar keinginannya sendiri.
Dia ingin menyerah untuk berjuang dan menerima takdir hidupnya.
Berbaring di meja operasi yang dingin, dia merasa sangat ketakutan.
Tidak bisa! Dia tidak boleh membiarkan mereka membunuh anaknya. Bayinya tidak bersalah.
Dia tidak punya keluarga di dunia ini. Dia sangat kesepian selama ini. Anaknya adalah kesempatannya untuk memiliki keluarga sendiri.
Jika bukan karena keinginan terakhir dari ibunya, Scarlet tidak akan bisa bertahan.
Dia ingin melindungi anak ini, seperti bagaimana ibunya selalu melindunginya sepanjang hidupnya.
Perawat memberitahunya bahwa hanya tiga persen kemungkinan kontrasepsi gagal. Itu adalah kesempatan yang sangat tipis, tapi dia ternyata tetap hamil. Scarlet hanya bisa berpikir bahwa anak ini memang sudah ditakdirkan untuk diberikan padanya.
Dia harus bisa menjaga bayinya, melahirkannya, dan membesarkannya seorang diri.
Bahkan tanpa bantuan Levon, Scarlet percaya bahwa selama dia terus menghujani anak mereka dengan cinta dan perhatian yang cukup, semuanya akan baik-baik saja.