Mantan Istriku Hamil?!
Penulis:BARKAT MAJID
GenreRomantis
Mantan Istriku Hamil?!
Pernikahannya dengan Scarlet adalah pernikahan yang tidak didasari oleh cinta, alasan kenapa dia melakukannya adalah karena dia tidak ingin ibunya merasa serba salah menghadapi neneknya. Jadi, demi ibunya, Levon terpaksa menikahinya. Dan sejak saat itu, hubungan antara ibunya dan neneknya menjadi lebih baik.
Sekarang, karena kesehatan neneknya berangsur-angsur memburuk, dia tidak lagi memiliki cukup energi untuk mempersulit ibunya. Ditambah lagi, Levon ingin menemukan dan menikahi wanita yang menyelamatkannya malam itu. Jadi, dia tidak bisa melanjutkan hubungannya dengan Scarlet.
Scarlet masih muda dan masih berkuliah. Selama ini pernikahan mereka telah dirahasiakan sehingga tidak berdampak pada kehidupannya.
Setelah bercerai, Scarlet juga akan mendapatkan banyak uang, yang cukup baginya untuk menghabiskan sisa hidupnya dengan damai dan stabil.
Selain itu, Scarlet juga tidak menyukainya. Ini adalah kali kedua mereka bertemu. Lagi pula, siapa juga yang akan menyukai seseorang yang baru ditemui dua kali?
Mendengar perkataan Levon, entah kenapa hati Scarlet merasa sedikit sesak. Ternyata, Levon sudah memiliki orang yang disukainya.
Scarlet berpikir, jika begitu dia tidak perlu lagi memberi tahu Levon bahwa wanita yang bersamanya malam itu adalah dirinya agar tidak membuatnya merasa tidak nyaman.
Lagi pula, bukankah ini yang dia inginkan? Bukankah waktu itu dia pergi ke luar negeri untuk mengumpulkan bukti perselingkuhan Levon agar bisa bercerai dengannya? Dan sekarang, semuanya berjalan sesuai keinginannya.
"Baiklah, aku setuju," ucap Scarlet tanpa ragu, dia sedikit pun tidak mencoba untuk menolak.
Selama ini, Levon cukup baik padanya. Tambahan pula, apa yang terjadi malam itu bukanlah kesalahan Levon. Dia mungkin sedang berada di bawah pengaruh alkohol dan dalam keadaan tidak sadarkan diri. Mungkin saja Levon juga sangat menyesali apa yang telah dia lakukan.
Scarlet lalu mengambil pena dan menandatangani surat tersebut.
"Terima kasih banyak." Levon berterima kasih pada Scarlet karena dia tidak membuat masalah untuknya. Bisa dikatakan, ini adalah perpisahan yang damai.
Setelah makan malam, Levon langsung pergi. Dia tidak menginap di vila malam ini.
Sementara itu, Scarlet mulai mengemasi barang-barangnya setelah Levon pergi.
Keesokan harinya, Levon mengirim mobil untuk menjemputnya. Sebelum pergi, Scarlet menoleh kembali ke vila yang telah ditinggalinya selama setahun.
Saat pertama kali dia datang, tempat ini terasa sangat sunyi, dan sekarang tempat ini masih sangat sunyi. Tempat ini sama sekali tidak berubah. Dalam setahun ini, yang berubah hanyalah statusnya yang telah bercerai dan juga dirinya yang dari seorang gadis telah menjadi wanita dewasa.
Setelah mendapatkan surat cerainya, Scarlet berdiri di bawah sinar matahari dengan perasaan linglung.
Asisten Levon menepikan mobil di depannya, lalu Levon menurunkan kaca jendelanya, menatapnya dan berkata dengan tenang, "Aku akan mengantarmu."
"Tidak perlu ... aku akan pulang naik taksi. Terima kasih karena telah merawatku selama setahun terakhir ini," jawab Scarlet sambil tersenyum.
Memangnya kenapa jika mereka tidur bersama untuk satu malam? Lagi pula, Levon telah memberinya sejumlah besar uang sebagai kompensasi.
Levon hanya menganggukkan kepalanya dan tidak memaksanya, kemudian menyuruh asistennya untuk menyetir. Scarlet yang masih berdiri di gerbang Biro Urusan Sipil pun mencoba memanggil taksi.
Meskipun sekarang sudah memasuki musim gugur, tapi cuaca masih terasa sangat panas. Sekarang waktu baru menunjukkan pukul sepuluh pagi, tapi matahari sudah begitu terik sehingga membuat orang hampir tidak bisa membuka matanya.
Karena lokasi gedung biro urusan sipil agak terpencil, jadi sangat susah baginya untuk mendapatkan taksi.
Scarlet yang dari tadi berdiri di sana mulai berkeringat, setelah beberapa saat dia pun mulai merasa sedikit pusing. Segala sesuatu yang ada di depannya tampak kabur dengan perlahan, kemudian semuanya tampak gelap dan dia tidak sadarkan diri lagi.
Saat dia terbangun, dia mendapati dirinya sudah terbaring di ranjang rumah sakit. Seseorang telah berbaik hati dan membawanya ke rumah sakit.
"Apa ... apa yang terjadi padaku?" tanyanya pada perawat rumah sakit.
"Kamu terkena serangan panas, untung saja kamu tidak apa-apa. Saat ini kamu sedang hamil, jadi kamu harus lebih memerhatikan kesehatanmu. Untung saja bayimu baik-baik saja dan dalam keadaan sehat. Kamu sudah bisa pulang setelah beristirahat sebentar."
"Apa yang baru saja kamu katakan?" tanya Scarlet sambil meraih tangan perawat tersebut, jantungnya berdebar sangat kencang.
"Aku bilang kamu terkena sengatan panas."
"Tidak, bukan yang itu. Kamu berkata aku hamil, apa maksudmu?"
"Kamu sedang hamil, apa kamu tidak tahu? Sudah tiga bulan, tidak mungkin kamu tidak tahu."
Scarlet langsung terperangah, hatinya bagaikan disambar petir.
Selama ini menstruasinya memang tidak teratur, kadang-kadang, dia bahkan tidak mendapatkan menstruasi selama berbulan-bulan, jadi dia sama sekali tidak terlalu memikirkan hal ini.
Selain itu, dia juga langsung meminum pil setelah dia berhubungan dengan Levon, jadi dia tidak mungkin bisa hamil.
"Tidak mungkin, aku tidak mungkin hamil, aku sudah minum pil kontrasepsi."
"Pil kontrasepsi tidak seratus persen efektif, masih ada peluang tiga persen untuk hamil. Tindakan keamanan apa pun juga tidak akan seratus persen bisa berhasil. Tidak ada jaminan tidak akan hamil," jelas perawat itu.
Setelah mendengar apa yang dikatakan perawat itu, Scarlet kembali merasa pusing dan kemudian pingsan lagi.