Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
"Tolong, jangan temui saya lagi. Saya tidak menyukai Anda." Erios Danbert, menatap seorang wanita di depannya dengan sopan. Wajahnya tidak menunjukkan penyesalan apa pun atas apa yang telah dia ucapkan baru saja.
Wanita di depannya tampak terdiam cukup lama, mencerna ucapan Erios. Terlihat di wajahnya, dia seperti tidak siap menerima pengakuan tersebut.
"Baiklah." Hanya itu jawaban yang diberikan sang wanita, membuat Erios bernapas lega.
Namun, beberapa saat kemudian, terdengar suara pintu terbuka kemudian terbanting menutup. Suara langkah sepatu high heels menggema di sepanjang koridor lantai satu mansion keluarga Danbert yang tersohor.
"Papa, ayo kita pergi! Percuma kita datang kemari!!" Wanita yang baru saja membanting pintu itu berteriak marah pada sekumpulan orang yang tengah duduk di ruang tengah. Wajahnya kini dihiasi kekecewaan yang teramat sangat.
Seorang pria berusia lima tahun lebih, memijit keningnya, sebelum berdiri. "Maafkan keponakan saya. Bisakah kita jadwalkan ulang pertemuan kita? Saya yakin Erios akan menerima Anda, Nona Julia."
Pria yang duduk di hadapan pria itu ikut berdiri, menghela napas. "Kami permisi dulu, Tuan Armando. Sepertinya benar rumor yang kami dengar, keponakan Anda belum siap untuk menikah. Jadi, kenapa Anda memaksakan kehendaknya? Anda sendiri sudah tahu hal ini akan terjadi. Tuan Erios telah membuat keputusan yang salah dengan menghina putri keluarga kami."
Pria itu menggelengkan kepala, kemudian berbalik melangkah pergi bersama wanita yang dipanggil Julia.
Armando tidak berusaha mengejar, karena dia tahu akan percuma. Dia akhirnya kembali duduk dan mendengkus kesal.
"Alton, bicara pada anak tidak tahu diri itu! Aku sungguh lelah menghadapinya!" perintah Armando pada putra sulungnya yang sedari tadi duduk tenang.
Alton Danbert, pria bertubuh tegap dan kokoh, wajahnya tampan dengan rahang kuat, segera berdiri. Dari penampilannya, bisa dipastikan dia sosok yang tidak suka banyak bicara. Mendengar perintah itu pun, dia hanya mengangguk dan melangkah ke arah kamar di mana wanita tadi keluar. Kamar sepupunya, Erios Danbert.
Alton tidak perlu mengetuk pintu, dia membuka pintu dan langsung mendekati sosok yang saat ini berada di teras belakang. Sosok itu tengah duduk tenang di kursi roda membelakangi kamar.
"Erios...," panggil Alton, memberitahu pria itu tentang kehadirannya.
Erios segera menoleh.
"Sepertinya aku mengacaukan perjodohan ini lagi." Erios nyengir hingga sudut matanya tertarik. Wajahnya tak kalah tampan, meski terdapat guratan kurang tidur di bawah mata, tapi sosok itu masih sanggup menggetarkan hati para wanita. Sorot matanya lembut, suaranya dalam dan manis. Jauh berbeda dengan sosok Alton yang terlihat tegas dan tanpa ampun.
"Ini bukan hal yang patut ditertawakan. Julia adalah wanita ke delapan yang kau tolak. Apa maumu sebenarnya?" Alton berdiri di sebelah kursi roda Erios dan ikut menatap taman belakang yang tersambung ke kamar itu dengan tatapan dingin.
"Kau tahu apa mauku. Aku tidak ingin menikah."
Suara Erios terdengar lemah, tapi dia masih menyunggingkan senyuman sinis.
"Kau harus menikah," tegas Alton, tangan kirinya menepuk kepala Erios dan mengusap rambut pria itu kasar.
Erios menepis tangan itu lembut, lalu menatap Alton lekat.
"Supaya kau bisa mengusirku dari sini? Bukankah aku sudah bilang, kalian bisa mengusirku tanpa harus memaksaku menikah."
"Tidak ada yang memaksamu."
"Kalian memaksaku!"
"Kami hanya ingin yang terbaik untukmu."
"Bullshit!"
"Kami memberikan pilihan, kau bisa menentukan pilihanmu sendiri. Tidak ada yang memaksamu menikahi gadis yang tidak kau cintai."
"Tapi aku tidak ingin dijodohkan, apa pun alasannya! Tetap saja itu pemaksaan!"
Alton menoleh, tatapannya sinis. "Lalu, apa kau yakin bisa mencari pendamping dengan kemampuanmu sendiri? Dengan keadaanmu saat ini, kau bahkan tidak bisa melepaskan pakaianmu sendiri tanpa bantuan Hans!"