Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Seorang gadis dengan wajah cantik dan senyum manis yang di pamerkan nya, berjalan dengan sedikit tergesa gesa, sambil menegur beberapa warga yang saling berpapasan dengan nya di jalan.
"Neng Hana"
"Iyah buk"
"Dari mana neng? kelihatannya buru buru banget" tanya salah satu warga desa yang berpapasan dengannya.
"Dari rumah pak kades buk. Biasalah, akhir bulan" jawab Hana dengan sedikit kekehan mengiringi ucapannya.
"Oalah, habis gajian toh neng"
"Ibu tau aja, Hana jadi malu"
"Bisa aja si Eneng. Terus ini mau kemana? Kenapa buru buru?"
"Mau cepet cepet pulang buk, takut keburu Maghrib di jalan"
"Oh yaudah, kalo gitu hati hati yah neng"
"Iyah buk. Hana pamit dulu yah" Hana sedikit menundukkan tubuhnya sebagai bentuk sopan santun, kemudian kembali melangkah dengan langkah yang terkesan buru buru.
Hana Arunika, atau sering di sapa Hana. Adalah gadis berusia sembilan belas tahun, yang rela menghabiskan masa remajanya dengan berkerja.
Jika anak anak di usia tengah bertempur di dunia pendidikan, maka berbeda dengan Hana.
Gadis yatim piatu yang sudah tak memiliki siapa siapa lagi, hanya bisa menghabiskan masa remajanya dengan berkerja paruh waktu di kebun teh milik pak kades.
Hana tinggal di desa ini sejak dirinya lahir, namun pada usia lima belas tahun Hana harus kehilangan kedua orang tuanya sekaligus.
Kedua orang tuanya mengalami kecelakaan tunggal, yang menyebabkan perginya orang tua Hana untuk selamanya.
Semenjak kepergian orang tuanya, Hana hidup sendiri dengan mengandalkan rumah peninggalan orang tuanya.
Hana yang sat itu masih sangat muda, memutuskan untuk berhenti sekolah, dan memilih berkerja untuk kelangsungan hidupnya.
Apakah Hana mengeluh akan nasibnya? Tantu saja tidak. Hana adalah seorang anak pekerja keras, yang tidak pernah mengeluh akan keras dan sulitnya hidup yang dia jalani.
"Hana"
Gerakan tangan Hana yang awalnya ingin membuka pintu, berhenti saat mendengar seseorang memanggilnya.
"Buk Siti.." kaget Hana
"Gimana kabarmu nak?" Tanya Siti. Tetangga Hana yang dulu sangat dekat dengan Hana.
"Alhamdulillah buk, ibu sendiri kabarnya gimana? Hana udah lama loh gak lihat ibu"
"Kabar ibu baik nak" Siti melihat penampilan Hana yang jauh dari kata baik. Tubuhnya yang makin kurus, dan juga pakaiannya yang nampak terlihat sangat lusuh. Di dalam benak Siti merasa iba melihat Hana yang seperti ini. Namun di balik itu semua, wajah cantik Hana masih sangat melekat dn tak pudar sama sekali.
"Hana dari mana nak?"
"Habis dri rumah pak kades buk, hari ini para pekerja kebun lagi gajian"
"Jadi Hana kerja di sama pak kades?"
"Iyah buk"
"Penghasilannya berada nak?"
"Biasanya lima ratus ribu, tapi kali ini Hana dapatnya tujuh ratus ribu, banyak kan" ucap Hana dengan senyum yang mengembang di wajahnya.
Tujuh ratus ribu Hana bilang banyak. Bahkan belum tentu uang segitu cukup untuk kebutuhannya selama satu bulan.
"Hana mau ikut kerja bareng ibu gak?" Tawar siti
"Kerja bareng ibu, di kota?" Tanya Hana