/0/24661/coverorgin.jpg?v=629f8f88baba399a125ab8ef389ce989&imageMogr2/format/webp)
PROLOG
“Apa?! Janda beranak empat? Apa kamu tiba-tiba sudah tidak laku, Denny! Kemana perginya wanita-wanita muda yang sering kamu bawa ke rumah ini? Kok tiba-tiba malah mau menikahi wanita yang sudah janda dan punya banyak anak?” Yanny langsung berdiri dari duduknya, menatap tidak percaya kepada putra kesayangannya yang berada di hadapannya.
“Tenang dulu, Ma? Diana bukan seperti yang Mama bayangkan, meskipun sudah punya anak empat, dia masih muda dan sangat cantik. Dia dulu teman kuliahku ketika di Samarinda.” Denny berusaha menenangkan ibunya yang langsung panik begitu pria tampan berusia tiga puluh tahun itu meminta izin menikahi mantan kekasihnya tujuh tahun yang lalu.
Diana Angelina, wanita cinta pertama Denny kala berusia dua puluh tahun. Kembali bertemu tanpa sengaja di sebuah mall, membuat Denny merasakan lagi cinta yang berusaha ia lupakan selama tujuh tahun ini. Meskipun dulu Diana meninggalkannya begitu saja karena tertarik dan menikah dengan pria yang lebih mapan, tidak membuat Denny membenci wanita yang cantik jelita itu. Ia masih berharap suatu hari nanti, Diana akan kembali kepadanya.
Harapan Denny terkabul, sang belahan jiwa tiba-tiba menjanda. Cinta lama mereka bersemi kembali. Pria yang kini sudah semakin mapan itu bertekad tidak akan melepaskan sang kekasih untuk kedua kalinya. Ia akan menikahi janda cantik itu meskipun ia harus menjadi ayah sambung bagi keempat putra putri Diana yang masih kecil-kecil.
***
Butuh Waktu dan Perhatian
Jika kau bilang cinta saja sudah cukup
Itu salah
Jika kau pikir sayang juga sudah cukup
Kau keliru
Coba sempatkan ‘tuk lihat isi hatiku
Apakah diriku bahagia selama ini?
Bisakah kau sedikit peka?
Ku butuh waktu dan perhatian
Suara nyanyian dari pemenang Indonesian Idol itu sudah yang ke sekian kalinya didengarkan Diana. Nada dan liriknya serasa cocok sekali dengan perasaannya selama ini. Menikah selama tujuh tahun tidak membuatnya merasa bahagia menjalani kehidupan berumah tangga dengan sang suami. Pacaran selama tiga bulan, lalu menikah, kemudian menjalani hari-hari yang membosankan.
Padahal dulu, wanita berusia tiga puluh tahun itu sangat berharap perkawinannya akan berjalan sesuai dengan keinginannya karena bisa menikah dengan laki-laki idamannya. Reynaldi yang ganteng, berbadan atletis dengan sikap yang cool, membuat Diana benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama. Setelah lelah dibucinin oleh beberapa orang pacar sebelumnya, ia jadi muak dan ingin mencari pasangan yang membuatnya menjadi budak cinta. Sosok itu adalah Rey yang mahal tersenyum dan dingin terhadap para wanita. Diana masih teringat ketika Rey melamarnya tujuh tahun yang lalu.
“Diana, aku ingin kita menikah saja, kamu siap?” Ucapan Rey membuat Diana merasa melambung tinggi ke udara. Tanpa ada ucapan ‘aku mencintamu’ dari Rey sebelumnya, tiba-tiba pria pujaannya itu mengajak menikah.
“Oh, My God, mimpi apa aku semalam, bisa dilamar oleh laki-laki impianku ini.” Diana bicara dalam hati dengan rasa bahagia tak terkira.
“Aku siap jadi istrimu, Mas Rey,” jawab Diana dengan wajah merona bahagia. Kencan selama tiga bulan, meski hanya sekedar makan malam, nonton, dan jalan-jalan, sudah cukup bagi Diana untuk memutuskan menjadi istri Reynaldi Yahya--seorang pengusaha tambang batubara yang berusia dua puluh delapan tahun. Diana merasa mereka akan menjadi pasangan yang ideal nantinya. Ia memang butuh seorang pendamping yang lebih tua dari dirinya yang baru berusia dua puluh tiga tahun.
Mungkin hanya dua tahun pertama saja Diana merasakan kebahagiaan dalam mengarungi kehidupan berumah tangga dengan Rey. Namun, sejak anak keduanya lahir, ia merasa sudah mulai bosan. Sifat tak acuhnya Rey yang awalnya ia sukai, ternyata malah akhirnya membuat Diana merasa tak bahagia. Rey benar-benar tak peduli padanya dan asyik dengan dunianya sendiri. Malah untuk nafkah batin mereka saja, harus Diana yang memulai duluan, meraba semua bagian sensitif dari sang suami.
***
“Mas, ntar siang kita ajak anak-anak jalan-jalan ke mall, yuk. Aku juga pengen jalan-jalan sama kamu, Mas. Sejak Jane lahir, kita belum pernah lagi keluar bersama.” Diana mengajak suaminya yang sedang sarapan bersamanya di pagi hari Minggu itu.
“Aku gak bisa, ada janji pergi mancing sama Ivan,” jawab Rey sembari mengelap mulutnya dengan tisu. Ia sudah mengakhiri sarapannya, padahal makanannya masih tersisa sepertiga lagi di piring.
Lelaki yang kini berusia tiga puluh lima tahun itu dengan cuek mengambil rokoknya dan berlalu ke teras depan rumah mewah mereka.
Diana menatap kepergian sang suami dengan hati yang sakit. Entah apa salahnya, sehingga Rey memperlakukannya seperti itu. Padahal tidak ada yang kurang dari dirinya. Meski sudah melahirkan sebanyak empat kali, Diana selalu sukses mengembalikan berat tubuhnya ke berat normalnya. Senam rutin dan yoga yang selalu dijalaninya setiap hari, membuat wanita berusia tiga puluh tahun itu tetap cantik dan langsing.
“Awas kamu, Mas. Aku akan bikin kamu menyesal suatu hari nanti,” desis Diana dengan mata yang menyala. Kedua tangannya pun terkepal kencang di atas meja makan.
***
“Diana!” Seseorang memanggil wanita yang sedang asyik memilih-milih sepatu yang ada di hadapannya.
“Denny? Ya, ampun ... kemana aja selama ini? Sudah lama sekali ya, kita gak ketemu!” Diana berseru kaget begitu dilihatnya seorang pria tampan tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya. Mantan pacar Diana tujuh tahun yang lalu sebelum menikah dengan Reynaldi.
“Aku pulang ke Balikpapan begitu lulus kuliah dulu, tapi setahun terakhir ini aku tinggal di Samarinda lagi karena kerjaan,” jawab Denny sembari menyodorkan tangannya mengajak Diana bersalaman. Mata bermanik hitam itu menatap tajam wajah wanita yang sangat ia cintai dulu.
“Kamu sama siapa, Den? Kok sendirian?” Diana bertanya begitu dilihatnya tidak ada orang lain bersama Denny.
/0/4390/coverorgin.jpg?v=b8ee77c21abd7b5d943b9abe0ee5b90d&imageMogr2/format/webp)
/0/13069/coverorgin.jpg?v=92545e4d9b349aafb1f003cbc8e9ea4a&imageMogr2/format/webp)
/0/5309/coverorgin.jpg?v=318edda748a512baafbab30c446567be&imageMogr2/format/webp)
/0/8394/coverorgin.jpg?v=3fd5a44b463fb4bca776667b01420ff2&imageMogr2/format/webp)
/0/18718/coverorgin.jpg?v=52f239a206a6440236781214a811b7a9&imageMogr2/format/webp)
/0/25067/coverorgin.jpg?v=1b7f87a99d0625a0fdd3f3dbfad7a5a7&imageMogr2/format/webp)
/0/4298/coverorgin.jpg?v=577f3c30b5c194d3127a7068a5bf8a09&imageMogr2/format/webp)
/0/23240/coverorgin.jpg?v=c997b3e39e8840ccf5e8fc6adcbe5620&imageMogr2/format/webp)
/0/26640/coverorgin.jpg?v=50f7ee4506f813e18ca91fa1c40175e8&imageMogr2/format/webp)
/0/19461/coverorgin.jpg?v=1174dd9860ac80523985678eb2cda9d6&imageMogr2/format/webp)
/0/18043/coverorgin.jpg?v=93bbc9fdb4cf9ed3f940860698309fb4&imageMogr2/format/webp)
/0/2844/coverorgin.jpg?v=a650e7428e8eb6597c8c30594bb6ebed&imageMogr2/format/webp)
/0/2846/coverorgin.jpg?v=90d8497687cb5086ef965897874b1be6&imageMogr2/format/webp)
/0/16927/coverorgin.jpg?v=7b46931921d8c029c2f0426f3bf18b01&imageMogr2/format/webp)