/0/23599/coverorgin.jpg?v=ed918f85207337f1a3fe2e5fd61a4091&imageMogr2/format/webp)
"Berita terkini, terjadi tabrakan dari belakang di Jalan Nasional 257. Seorang pengemudi truk mabuk menabrak taksi di depannya sampai terguling. Kondisi penumpang taksi tersebut belum diketahui, tapi para saksi mengatakan salah satu dari mereka adalah seorang wanita hamil yang hendak melahirkan."
Suara sirene, teriakan, dan deru lalu lintas memekakkan telinga.
Hiruk-pikuk suara mengguncang gendang telinga Kayla Herdian dengan rasa sakit yang menusuk dan udara menguar dengan bau anyir darah yang pekat.
Dalam keadaan hampir tidak sadarkan diri, dia berhasil meraih ponselnya dan menghubungi sebuah nomor.
Tepat saat panggilan telepon itu hendak terputus, seseorang mengangkatnya.
Suara wanita yang tidak asing menjawab, "Kak Kayla, Kak David sedang mandi dan tidak bisa menjawab panggilan telepon. Ada apa? Apa ini mendesak?"
Pada saat ini, hati Kayla hancur.
Itu adalah suara Vanessa Wilarso! Tentu saja!
Orang yang sanggup membuat David mengabaikannya, memblokir nomornya, bahkan pada hari persalinannya adalah Vanessa, adik angkat tercinta yang tumbuh bersama David Wilarso.
Dengan mata terpejam, Kayla merasakan sesuatu yang hangat mengalir keluar dari bawah tubuhnya, yang menandakan kehidupan di dalam dirinya perlahan memudar. Berusaha menahan semua rasa sakit, dia masih berjuang untuk memohon, "Tolong aku ... Jalan Nasional 257 ... selamatkan anakku ...." Darah yang terus mengucur membuat suaranya terpotong-potong.
Kecelakaan yang tiba-tiba itu telah merobohkan pagar di kedua sisi dan seketika memblokir akses ke jalan nasional sehingga tidak memungkinkan kendaraan lain memasuki lokasi kecelakaan, termasuk tim penyelamat, yang terjebak di luar.
Proses pengerahan helikopter terlalu rumit. Namun, Kayla tahu bahwa Keluarga Wilarso memiliki helikopter pribadi. Jika David dapat mengirimkan helikopter itu sesegera mungkin, masih ada harapan baginya untuk selamat.
"Maaf, Kak Kayla. Kak David sedang sibuk dengan persiapan ulang tahunku hari ini dan tidak sempat untuk mengurus urusanmu," ucap suara gadis muda itu, terdengar naif tetapi kejam.
Kemudian, sambungan telepon terputus.
Kehilangan harapan satu-satunya, tubuh Kayla lunglai seketika dan terjatuh di jalan. Bau bensin yang kuat tercium di hidungnya, yang menandakan bahwa dia harus segera melarikan diri sebelum kendaraan itu meledak.
Namun, tiba-tiba dia merasa pasrah akan nasibnya.
Di saat-saat terakhirnya, dia memikirkan tentang 25 tahun hidupnya, yang separuhnya dihabiskan untuk mencintai seorang pria yang tidak mencintainya.
Dari seorang nona manja Keluarga Herdian yang dihormati, dia telah terperosok menjadi sosok yang dibuang dan diinjak-injak.
Dia telah mempertaruhkan seluruh harta Keluarga Herdian, tetapi gagal mendapatkan sedikit pun cinta sejati David.
Dia kelelahan dan kehilangan keinginan untuk mencintai pria itu lagi.
Menyadari bahwa dalam kehidupan ini dia telah membuat keputusan yang buruk, dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membuat kesalahan yang sama di kehidupan berikutnya.
"Nyonya Kayla, apa Anda benar-benar akan mengenakan gaun haute couture merah muda yang mencolok ini ke lelang amal malam ini? Meskipun Pak David ...." Minah, sang pelayan, berhenti sejenak sebelum berusaha membujuk dengan sopan "Sepertinya gaun pendek ini kurang sopan jika dikenakan di acara tersebut. Apa Anda tidak ingin mengenakan gaun lain?"
Begitu kata-kata itu keluar dari mulutnya, dia langsung mengamati ekspresi wanita itu di depan cermin dengan cemas.
Setelah bekerja untuk Keluarga Wilarso selama bertahun-tahun, Minah mengerti betapa Kayla sangat mencintai David. Untuk menyenangkan David, Kayla berusaha menyesuaikan gaya hidupnya dengan preferensi pria itu.
Jantung Kayla berdegup kencang saat melihat pemandangan yang tidak asing di hadapannya.
/0/21617/coverorgin.jpg?v=d83e73ead6cd0559dde32b5af84cbd83&imageMogr2/format/webp)
/0/29425/coverorgin.jpg?v=c6a7e5faf29f819523ead7b98d62cc84&imageMogr2/format/webp)
/0/27012/coverorgin.jpg?v=9f2a2d98d2622241d650f65922e1e2aa&imageMogr2/format/webp)
/0/13488/coverorgin.jpg?v=f1ad8e35341160f4f8d0feabe1187191&imageMogr2/format/webp)
/0/2953/coverorgin.jpg?v=60678ef4de0d2131e5313582859027c8&imageMogr2/format/webp)
/0/3404/coverorgin.jpg?v=5045f89a127e58aca4fde590587897f1&imageMogr2/format/webp)
/0/13378/coverorgin.jpg?v=ccf175b59590ed22905f00b516dbe1e2&imageMogr2/format/webp)
/0/15858/coverorgin.jpg?v=437451542586af31549968a254f81cc6&imageMogr2/format/webp)
/0/17276/coverorgin.jpg?v=f48421a3957cf0d2753dcda12edfd578&imageMogr2/format/webp)
/0/7195/coverorgin.jpg?v=66de677581964fb1265823dbf8169755&imageMogr2/format/webp)
/0/10516/coverorgin.jpg?v=01aff05d00205982dc45aa23981f69dc&imageMogr2/format/webp)
/0/12796/coverorgin.jpg?v=eca4627df25f42688ff2af3f4c66f383&imageMogr2/format/webp)
/0/28796/coverorgin.jpg?v=d9cb979c3729e32d51506eb1a5a6ab82&imageMogr2/format/webp)
/0/29133/coverorgin.jpg?v=0869251bed929d24213432294bd85f08&imageMogr2/format/webp)
/0/24171/coverorgin.jpg?v=72d50be8b46a597a2aac3435a6b76aa1&imageMogr2/format/webp)
/0/27886/coverorgin.jpg?v=6707bb40ad7ca33a1d58ca7fd61e4710&imageMogr2/format/webp)
/0/22438/coverorgin.jpg?v=b720023cdad6b864ab6eade86bda3767&imageMogr2/format/webp)
/0/28635/coverorgin.jpg?v=30f8fa40a5e2ba29ac46d1345b7be8cd&imageMogr2/format/webp)
/0/19371/coverorgin.jpg?v=675dc0a4ae540045ea021ae373289abd&imageMogr2/format/webp)
/0/12295/coverorgin.jpg?v=ae0a2f9e8b8d575d1e2e15375b69ead9&imageMogr2/format/webp)