Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Prolog Dosa terindah
"Bawa keluar gadis itu, bukankah sudah papa tegaskan berulang kali Dika! Mama papa tidak merestui kalian!" Kata pak Heru orang tua Andika.
"Tapi pa, Dika cuma mau sama Ina." Tegas Andika dengan menggenggam tangan Lisna dengan begitu erat.
"Siapa pun nama gadis itu. Papa tidak setuju, silahkan bawa keluar. Kalau kamu mau menikahi nya, silahkan cari kehidupan sendiri dan biaya sendiri. Jangan berharap sepeserpun dari uang papa!" Sahut sang Ayah lebih tegas tegas.
"Pa.."
"Diam Andika! Jangan membantah kata-kata papa lagi! Papa hanya mau hidup bersama anak yang menuruti kemauan papa. Yang membangkang silahkan angkat kaki dari rumah ini!" Pak Heru menatap wajah Andika tajam. Lisna yang tersudut hanya diam membisu. Ia meremas tangannya, rasanya ia ingin berlari namun kakinya seperti terikat beban seberat seribu ton. Tak bisa bergerak sama sekali.
"Baik jika itu titah dari papa, Andika terima. Ayo Ina kita pergi." Andika menarik lengan Lisna dan membawa keluar dari rumah besar itu.
"Kembalikan kunci mobil papa." Andika menghentikan langkahnya. Merogoh kantong celana lalu mengambil kunci mobil dan melemparkan ke meja yang berada di hadapan papa mamanya. Andika terus berjalan menggenggam tangan Lisna erat.
Bab 1
Lara Terpendam
Pagi yang indah bagi Lisna, setelah terlelap sepanjang malam bersama suami tercintanya dalam pelukan hangat penuh cinta. Matanya terbuka dengan senyuman mengembang. Ia memberikan kecupan hangat di pipi suaminya.
Danar mengerjap mendapatkan sentuhan hangat di pipinya dari sang istri. Ia menarik tubuh Lisna kembali dalam pelukan hangatnya. Lisnas tersenyum mendapati itu. Sebagai pengantin baru, Lisna sangat menikmati masa-masa indah yang membawanya ke surga kenikmatan yang selalu membuatnya terengah kelelahan.
Namun lelah itu membuatnya selalu tersenyum dan bisa melewati malam-malamnya dengan begitu nyenyak dalam dekapan hangat sang suami. Lengkungan indah dari bibirnya selalu terulas ketika sang suami mampu membuatnya melewati klimaks yang membuatnya merasa lemas dan terlena.
Dan adalah kepuasan tersendiri baginya ketika mendapatkan pelukan erat dari sang suami ketika tubuh lelakinya menegang hingga terkulai lemas dalam dekapannya. Ia akan membisikkan ucapan lembut dengan manis tepat di telinga suami.
"Aku mencintaimu Mas, terima kasih, ini enak banget. Muach."
Bisikan itu membuat tangan Danar yang sedikit gemetar akan meraup tubuh Lisna ke dalam dekapannya, hingga malam berlalu. Masa-masa yang indah yang tak ingin ia lewati sepanjang ia bersama sang suami.
Namun itu tak berlangsung lama bagi Lisna, ia mulai mendapatkan perubahan yang signifikan dari sang suami. Danar yang sejak awal pernikahan begitu manis dan romantis padanya, sedikit demi sedikit mulai berubah tak acuh padanya.
Tak jarang ia pergi sampai larut malam tanpa kabar apapun. Belum lagi ketika Lisna tak lagi diizinkan oleh suaminya memegang ponselnya. Dengan alasan, ia tak ingin ada laki-laki lain yang menghubunginya.
Satu sisi ia bahagia, karena Lisna merasa suaminya begitu mencintainya. Namun disisi lain ia sangat tersiksa, karena pekerjaannya yang membutuhkan komunikasi bersama rekan kerjanya.
Hingga suatu pagi, untuk pertama kalinya, Lisna akan ikut suaminya ke kantor sang suami untuk mengambil gajinya. Ia tak terlalu memikirkan perubahan yang terjadi pada suaminya. Ia berpikir itu hanya proses saling mengenal pasangan saja.
"Lisna kita pergi lebih pagi saja ya, biar nggak macet" kata sosok tinggi tegap yang baru tiga pekan yang lalu mengesahkan Lisna sebagai istrinya di depan penghulu.
"Iya mas, sebentar lagi Lisna siap. Kita sarapan dulu ya." jawab Lisna sambil merapikan kerudungnya. Setelah rapi Lisna menyiapkan sarapan di atas balai. Mereka menikmati makanan mereka dengan tenang.
Setelah selesai mereka pergi ke kantor Danar yang berada di kabupaten. Perjalanan mereka ditempuh sekitar dua jam dengan menggunakan kendaraan roda dua. Setelah sampai, Lisna melepas penutup kepalanya, dan meletakkan di atas motor suaminya. Sementara Danar sudah memasuki Kantor terlebih dahulu tanpa menunggu sang istri untuk diajak bersamanya.
Lisna segera berlari menyusul suaminya yang sudah sedikit jauh darinya. Karena ia tidak tahu ruangan-ruangan yang ada di kantor suaminya itu. Danar masuk ke sebuah ruangan yang ada seorang karyawan wanita duduk fokus dengan komputernya.