Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
14
Penayangan
5
Bab

Helena menikahi Liam sebagai sebuah pembuktian. Perempuan itu membuang semua impian indahnya tentang pernikahan di usia pertengahan 30. Liam juga menikahi Helena untuk mempertahankan posisinya. Tidak banyak yang tahu jika Liam benar-benar sendiri dan banyak orang ingin menghancurkannya. Helena kemudian bersama Liam menghadapi banyak situasi yang membuat mereka saling membutuhkan. Apakah pernikahan ini akan berjalan normal? Seperti kehidupan pernikahan yang pernah Helena bayangkan?

Bab 1 Acara Besar

"Sudah siap?" Sebuah suara membuat Helena menegakkan kepalanya. Sedari tadi perempuan itu tidak memperhatikan sekeliling. Dia berada dalam sebuah ruangan yang terang dan juga mewah. Perempuan itu menatap laki-laki yang benar-benar di luar jangkauannya itu.

"Kamu harus menampilkan senyum sepajang acara. Pasti tidak mudah." Laki-laki itu mencoba untuk melihat wajahnya di cermin lagi memastikan penampilannya.

"Lagipula ini adalah sebuah resiko dari permintaanku sendiri." Helena tersenyum sedikit meski terbesit khawatir di wajahnya.

"Baguslah kalau kamu menyadari hal seperti itu." Laki-laki itu tersenyum sedikit sinis dan kemudian menatap perempuan bernama Helena itu. Tubuh yang sungguh cantik dibalut gaun berwarna putih yang modelnya benar-benar sederhana, tapi gemerlap mewah.

"Permisi, Tuan Liam dan Nona Helena. Silahkan menuju tempat acara." Seseorang dengan jas berwarna biru muda memberikan instruksi. Liam hanya tersenyum sedikit dan mengangguk. Laki-laki yang bersama Helena itu memang terlihat benar-benar berbeda jika berhubungan dengan orang lain. Helena beranjak dari tempat duduknya. Liam sudah berada di sebelah perempuan itu ketika Helena maju satu langkah. Helena menoleh sebentar. Liam meraih tangan Helena dan menggenggamnya seolah mereka memang berbahagia dengan apa yang terjadi hari ini.

"Tersenyumlah, bukankah kamu juga setidaknya bahagia?" Helena menyunggingkan senyumnya yang hangat, Liam juga tersenyum sedikit. Mereka berdua berjalan bersisian dan sepertinya siap menghadapi ratusan orang di ruangan yang akan mereka tuju. Setelah melewati pintu ruangan itu mereka dipandu sampai ke sebuah pintu besar menuju ke sebuah ruangan yang cukup besar. Helena menghentikan langkahnya dan tentu saja Liam juga berhenti, dia menoleh melihat ke arah Helena di sebelahnya.

"It's oke, kamu gak sendirian." Liam terlihat berucap kalimat yang hangat didengar oleh Helena. Laki-laki yang benar-benar memiliki kesan jauh dari jangkauan Helena. Tapi dia benar-benar bisa didapatkan oleh perempuan itu. Perempuan itu mengangguk pelan dan kemudian tersenyum seolah mengumpulkan keberaniannya lagi.

"Setidaknya ini adalah sebuah pernikahan. Kamu harus bersikap seperti seorang mempelai." Liam kembali memberikan pengertian kepada Helena. Sepertinya apa yang dikatakan Liam berhasil untuk perempuan di sebelahnya itu. Liam mengangguk pelan kepada dua orang yang ada di depan pintu dan kemudian membuka pintu besar itu. Helena dan Liam tersenyum dan kemudian mulai berjalan perlahan masuk dengan tatapan dari seluruh tamu undangan yang ada di ruangan itu. Suara riuh memenuhi ruangan setelah seorang pembawa acara memberikan arahan untuk Liam dan Helena berjalan ke atas pelaminan yang terlihat begitu megah.

"Kedua mempelai yang berbahagia hari ini terlihat begitu menawan. Dan mempelai hari ini adalah Tuan Liam Fernanda Pharma dan Nona Helena sudah berada di pelaminan. Selanjutnya para hadirin dipersilahkan untuk mengucapkan selamat dan juga menikmati acara dan sajian yang disediakan malam ini." Pembawa acara selesai mengucapkan kalimatnya dan kemudian beberapa orang mulai berbaris untuk mengucapkan selamat pada Helena dan Liam. Tidak ada orang lain pelaminan selain mereka berdua. Acara malam ini memang merupakan sebuah rangkaian dari acara pernikahan Helena dan Liam yang sudah dilaksanakan sejak kemarin. Pernikahan Helena dan Liam memang tidak bisa dianggap sebagai pernikahan biasa, Helena mungkin perempuan biasa. Tapi Liam adalah pewaris utama keluarga Pharma meski kehadirannya juga tidak pernah disadari oleh banyak kalangan.

"Jika lelah kamu bisa duduk, kita bisa duduk. Sepertinya tidak perlu juga kita menerima ucapan selamat seperti ini." Liam terlihat menoleh karena khawatir Helena kelelahan berdiri dengan hak tinggi di sampingnya.

"Bukankah kita hampir tidak mengenali siapa yang datang?" Helena bertanya kepada Liam dengan perlahan dan santai.

"Ironis, pernikahan memang begitu. Bahkan aku tidak pernah membayangkannya." Liam tersenyum sambil menatap seluruh penjuru ruangan yang besar itu.

"Tidak pernah berfikir untuk menikah?" Helena bertanya kepada laki-laki yang sudah menjadi suaminya itu.

"Tentu aku memikirkan pernikahan. Pernikahan juga merupakan sesuatu yang penting untuk orang seperti aku." Liam membuat Helena menoleh dan menatap.

"Pesta maksudnya. Aku tidak pernah berfikir jika bisa berada di pesta seperti ini." Liam menjelaskan sedikit tanpa senyum dan masih mengamati ruangan itu. Para tamu memang sepertinya sudah tidak banyak berdatangan dan mengucapkan selamat atau berfoto. Tentu saja mereka berdua memang terlihat lebih santai.

"Bukankah pernikahan memang begini?" Helena kembali berkomentar.

"Jadi aku mewujudkan pernikahan impianmu?" Liam bertanya kembali, kali ini dia menoleh sebentar melihat Helena.

"Di usiaku sebelum 30an, aku mendambakan pernikahan seperti ini. Tapi ini pernikahan yang jauh diluar dugaanku." Helena tersenyyum membuat Liam juga ikut tersenyum.

"Untungnya kamu bertemu dengan aku bukan?" Liam kembali berucap seolah dia adalah seorang penyelamat. Helena menunjukkan giginya dan kemudian berpaling melihat beberapa tamu yang saling berbicara. Perempuan itu tentu melihat beberapa orang yang dia kenal sebagai keluarga.

"Tentu, aku merasa sangat beruntung." Helena berbisik pelan di samping Liam. Laki-laki itu kemudian melirik jam tangan mewah di tangannya.

"Kenapa semua orang masih terlihat bersenang-senang begitu padahal sudah larut." Liam berkomentar sedikit pedas dan kemudian hendak turun dari pelaminan. Helena juga ikut berdiri karena Liam melakukan hal itu.

"Bukankah sebaiknya mempelai menghormati tamu dengan tetap berada di pelaminan?" Seseorang terlihat menegur dari bawah pelaminan. Seseorang yang tidak Helena kenal, tapi sepertinya membuat langkah Liam terhenti. Liam belum menoleh ke arah orang yang seolah sedang melemparkan sindiran kepadanya itu.

"Apa mungkin pernikahan ini hanyalah sebuah drama romantis yang terlaksana karena sebuah ketidaksengajaan?" Sebuah kalimat kali ini membuat Liam terlihat gelisah meski belum menoleh. Helena melihat kegelisahan dari sikap Liam berdiri meski laki-laki itu belum berbalik.

"Perkenalkan, saya Helena. Mempelai wanita malam ini." Helena terlihat berusaha bersikap sopan pada seseorang yang berada di bawah pelaminan itu. Laki-laki, Helena jelas melihat laki-laki itu kemudian berjalan menuju tangga dan naik pelaminan menghampiri perempuan itu. Laki-laki itu berhenti dihadapan Helena dan menatap sebentar kemudian tersenyum sedikit dan mengangguk pelan kemudian tertawa kecil merendahkan Helena.

"Bukankah kamu belum pernah datang ke pernikahan yang begitu megah seperti ini? Ah, karena itu kamu belum juga beranjak dari sini? Aku lihat kamu mencoba membuat banyak koneksi dengan bergerak ke segala penjuru." Liam berucap pelan setelah berjalan mendekat ke arah laki-laki yang sedari tadi mengejek Helena dengan senyumnya itu. Laki-laki itu berhenti tertawa dan kemudian menghilangkan senyum dari wajahnya.

"Bahkan sekalipun kamu melakukan semuanya itu, posisimu akan tetap sama dan tentu tidak akan pernah sebanding dengan tempat dimana aku berdiri." Liam terlihat tersenyum dan kemudian meraih tangan Helena.

"Bukankah ini juga sudah larut, sebaiknya kita menikamati waktu berdua dengan lebih baik." Liam seolah sedang bicara dengan Helena dan menariknya untuk berjalan bersamanya meninggalkan pelaminan. Beberapa penyelenggara acara terlihat memperhatikan ketika Liam dan Helena turun dari pelaminan.

"Acara bisa tetap dilanjutkan, kami berdua lelah." Liam terlihat berterus terang ketika salah seorang penanggung jawab acara menghampirinya.

"Baiklah, mungkin sebentar lagi tamu akan mulai meninggalkan acara." Liam hanya mengangguk sedikit dan kemudian menghentikan langkahnya.

"Lagipula ini bukanlah acara formal. Biarkan saja sampai semua tamu memang meninggalkan acara sendiri. Sebagian besar tamu adalah keluarga." Liam terlihat memberikan arahan lagi. Laki-laki itu kemudian terus menggandeng Helena menuju sebuah kamar di hotel tempat resepsi pernikahan itu berlangsung. Helena hanya mengikuti laki-laki yang menggenggam tangannya sambil melangkah pelan itu. Laki-laki yang mungkin akan diikutinya sejak hari ini. Pernikahan yang megah ini, entah sakral atau tidak jika hanya dilandasi dengan sebuah perjanjian dan kebutuhan.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh tami ilmi

Selebihnya

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku