Dididik sedemikian keras oleh Ibunya membuat Nathasia Marieta menjadi gadis yang begitu angkuh dan dingin. Masa lalu yang kelam membuat ia begitu tak tersentuh. Pria manapun akan berpikir ribuan kali untuk mendekatinya. Belum lagi ucapan pedasnya yang selalu menyakiti lawan bicaranya. Hingga seorang pria yang tak pernah diduganya merubah cara pandangnya terhadap segala sesuatu.
Nathasia Marieta, gadis yang kerap disapa Nath itu menyisir rambut lurus sepinggang nya dengan telaten. Setelah dirasa rapi, ia keluar dari kamarnya lalu menuruni anak tangga. Di meja makan, ia sudah melihat sang panutannya sedang memakan sarapannya dengan begitu elegan. Pemandangan yang sama setiap paginya yang selalu ia dapatkan.
"Mom, apa pria tua itu menemui mom lagi?" Tanpa basa-basi Nath duduk di kursi yang ada di depan Mommynya.
Ia meminum segelas susu putih kesukaannya.
"Dia tidak akan menyerah. Tapi, aku juga akan mengeraskan hatiku!" Ujarnya sombong.
Diana Webster. Seorang wanita yang usianya hampir setengah abad itu mengambil tissu kemudian membersihkan mulutnya dari sisa makanan yang menempel. Ia dan suaminya sudah berpisah sejak dua tahun yang lalu. Penghianatan yang dilakukan oleh suami tercintanya membuat ia muak dan sangat sakit hati tentu saja. Dia pikir suaminya yang kelihatan baik itu tidak tahu menyimpang. Nyatanya, yang kelihatan baik belum tentu benar-benar baik.
Akibat perceraian yang terjadi sekitar dua tahun silam, membuat Nath, gadis belia itu membenci mahluk yang namanya pria. Rasa trauma membuat dirinya selalu membatasi diri jika berdekatan dengan pria. Begitu juga di tempat ia bekerja. Ia tidak pernah benar-benar memiliki teman yang dekat dengannya. Ia selalu membatasi diri untuk itu.
"Kemarin, dia mendatangiku ke kantor. Bisa mommy bayangkan kan? Dia berlagak seperti papa yang baik. Bahkan, ia seperti sudah tidak memiliki harga diri lagi jika mengingat perlakuannya dahulu!" Mengingat kejadian tiga hari lalu membuat Nath kembali kesal lagi.
Bagaimana tidak, ia yang selama ini berusaha mati-matian menyembunyikan identitas dirinya malah bocor hanya karena ulah papanya yang sungguh menyebalkan itu.
"Berani sekali dia? Apa dia sudah tidak punya wajah lagi?" Gerutu Diana.
"Jadi, bagaimana pekerjaan mu? Kau tidak ingin resign? Mommy siap merekrut kamu jika ingin keluar dari sana!" Bujuk Mommynya seperti yang terjadi sudah-sudah.
Sebenarnya, itu tawaran yang sangat menarik. Tetapi, Nath ingin bekerja dengan jujur. Ia tidak ingin masuk kantor hanya karena koneksi. Itu justru memperburuk citranya sebagai
seorang wanita workaholic. Nath ingin mencoba hidup mandiri tanpa harus bergantung pada oranglain terlebih Mommynya.
Mommynya memang memiliki perusahaan yang bergerak di bidang tekstil. Bidang yang sama sekali bukan jurusannya. Nath hanyalah seorang pegawai kantoran. Perusahaan yang merekrutnya merupakan salah satu perusahaan terbesar di Negaranya. Dan ia bekerja di bidang akuntan. Bidang yang membuat wajahnya jarang tersorot oleh orang-orang kantor.
Itu sebabnya ia menyukainya. Nath tidak terlalu senang menjadi bahan perhatian orang-orang. Meski ia sering mengalaminya. Ia juga selalu mengenakan kacamata bulat ke kantornya untuk menambah kesan santai di setiap penampilannya. Ia tidak ingin penampilannya terlampau mencolok sehingga menjadi perhatian banyak orang.
"Aku akan resign setelah mengumpulkan uang yang sangat banyak!" Ujarnya tanpa ragu.
Jam masih terlalu pagi untuk berangkat ke kantor. Jadi, ia ingin menghabiskan waktunya pagi ini bersama mommy cerewetnya.
"Kau tidak ingin menikah?" Tanya Diana lagi.
"Dan akhir yang aku dapatkan adalah perceraian seperti mommy dan papa? Big No. Nath nggak sudi!" Tolaknya seraya menggelengkan kepalanya cepat.
"Memiliki Mommy di hidupku sudah membuat aku merasa lengkap. Aku juga sudah tidak butuh pria lagi di hidupku. Hidupku terlalu berharga hanya untuk sebuah perceraian!" Lajutnya lagi. Dengan begitu, Diana hanya diam saja. Ia rasa ia sudah tak memiliki pembelaan lagi. Perkataan Nath putri tunggal nya itu memang benar. Untuk apa menikah jika hanya berujung perceraian.
"Kamu benar Nath sayang. Kadang mommy menyesal jika mengingat perlakuan papamu dulu. Namun, saat melihat kamu sudah sebesar ini, membuat Mommy bersyukur. Dan Mommy punya kamu. Kamu adalah alasan mengapa Mommy tidak menyerah dalam hidup ini!" Ujarnya haru.
"Jangan sedih mom. Sudahlah, aku akan terlambat jika mommy bersedih seperti ini!" Nath kemudian mengecup pipi Mommynya kemudian sedikit berlari mengambil mobilnya di garasi.
Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya karena kaca yang ia biarkan terbuka.
Setelah sampai di parkiran, Nath berjalan seraya menenteng Tote bag yang senantiasa ia bawa itu. Didalamnya hanya ada ponsel dan laptopnya. Tidak ada bekal siang atau apapun itu.
Ia terbiasa makan di kantin perusahaan. Yang harganya lumayan irit. Hingga ia bisa menabung uangnya.
Ia memasuki lift yang hampir tertutup itu dengan setengah berlari meluruskan tangannya. Dua orang pria di dalam lift itu, yang Nath sendiri tidak tahu namanya memandangnya dengan kerutan di dahi. Terlebih seorang pria yang berdiri tidak jauh darinya. Namun, Nath tak menghiraukan itu. Ia terlalu sibuk untuk hal-hal seperti itu.
"Apa anda pegawai disini?"
Nath sedikit tersentak mendengar nada bariton pria itu menyapanya. Sebenarnya ia tak ingin menjawab. Hanya saja, ada sesuatu di dalam dirinya yang mendorong agar menjawab pertanyaan pria itu.
"Ya. Kau juga pegawai disini?" Nath sedikit memutar badannya demi bisa melihat pria itu.
Nath bisa menebak jika pria itu bukanlah pegawai atau semacamnya. Dilihat dari penampilannya yang terlihat rapi dan bukan seperti orang sembarangan.
Seorang pria yang berdiri di belakang orang yang menyapanya tadi ingin menjawab. Namun di hentikan oleh temannya itu.
"Bukan. Aku memang bekerja disini. Tapi, bukan seorang pegawai!" Jawab pria itu lagi.
Kerutan di dahi Nath sedikit jelas. "Baiklah. Senang bertemu denganmu!" Ucap Nath lalu kembali ke posisinya semula.
Pria itu menatap Nath dari belakang dengan intens. Ucapan yang dilontarkan Nath tidak sesuai dengan ekspresi wajahnya yang begitu dingin, seolah ada tembok yang menahannya.
Ia berkata senang, namun wajahnya tidak menyertakan senyuman sebagai pelengkap di kalimat akhirnya. Terlebih lagi jika tatapan mata gadis itu adalah tatapan mata yang merasa bosan. Bukan tatapan memuja seperti yang biasa ia dapatkan dari wanita-wanita di sekelilingnya.
Pria itu melihat jika gadis itu berhenti di lantai 25. Lalu ia keluar setelah memberikan senyuman sarkastik nya.
"Selidiki segalanya tentang gadis itu!" Perintahnya mutlak. Gadis itu sudah menarik atensinya. Dan ia tidak suka perasaan itu. Seharusnya ia yang mendominasi. Bukan gadis kecil itu.
"Baik tuan!" Jawab sang ajudan yang masih setia berdiri di belakangnya.
"Mungkin ia bekerja di bidang akuntan. Nanti, perintahkan kepala divisi itu untuk menghadap ku!" Lanjutnya lagi.
Kedua orang itu berhenti di lantai paling akhir di gedung itu. Salah satu gedung pencakar langit yang paling tinggi di kota itu.
Dari ketinggian itu, seluruh ibukota serasa mampu ia genggam. Maka, ia tak akan membiarkan semut apapun mengusiknya. Auranya adalah sebuah bukti kepemimpinan.
Dia adalah Joseph Trenton. Pemilik serta pendiri Trenton corp. Pengusaha muda paling sukses di negaranya. Serta mulai menyebarkan taringnya ke beberapa negara tetangga dan negara-negara maju.
Bab 1 Gadis yang tak Tersentuh
18/05/2022
Bab 2 Nath Sang Bintang
21/05/2022
Bab 3 Pulang Bersama
21/05/2022
Bab 4 It's Ok!
21/05/2022
Bab 5 Visiting
21/05/2022
Bab 6 My New Boss
24/05/2022
Bab 7 Perdebatan Cookies
24/05/2022
Bab 8 Dua Jiwa, Satu Tubuh
24/05/2022
Bab 9 Keep You Safe
25/05/2022
Bab 10 Gosipping
25/05/2022
Bab 11 First Kiss
25/05/2022
Bab 12 A Night With Papa Jo
25/05/2022
Bab 13 Europa I'm Coming!
25/05/2022
Bab 14 Missing You.
26/05/2022
Bab 15 Morning Tea
26/05/2022
Bab 16 Bertemu di Ujung Rindu
27/05/2022
Bab 17 Bukan Antagonis
27/05/2022
Bab 18 Buckingham Palace
30/05/2022
Bab 19 Sebuah Trauma
01/06/2022
Bab 20 Antara Cinta dan Pekerjaan
02/06/2022