Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Missing You Like Crazy

Missing You Like Crazy

Zee Olynne

5.0
Komentar
237
Penayangan
11
Bab

Rania, wanita yang baru saja merasakan kebahagiaannya karena menikah dengan lelaki pilihannya yang bernama Adipati. Tapi sebuah kecelakaan pesawat merenggut kebahagiaan Rania yang baru saja mengandung buah cintanya dengan Adi, terlebih Adi dinyatakan hilang. Setelah beberapa bulan usai kecelakaan itu tersebut, Rania melihat sosok mirip suaminya bersama wanita lain. Apakah lelaki itu adalah suaminya yang hilang? Atau lelaki lain yang hanya mirip dengan suaminya?

Bab 1 Firasat

Seorang wanita bernama Rania tengah bersiap untuk pergi, ia akan menjemput suaminya di bandara, satu minggu yang lalu suaminya melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri. Ia membaca kembali pesan singkat yang dikirimkan oleh suaminya.

"Aku akan pulang hari ini. Apa kau mau menjemputku?" Begitulah isi pesan singkat yang di kirimkan suaminya, Adipati Zainuri.

Rania tersenyum mendapati pesan itu dari suaminya lantas langsung membalas, "Iya, aku akan menjemputmu. Aku juga punya sesuatu untukmu. Kembali lah dengan selamat," balas Rania. Tapi Adi tak lagi membalas karena terlanjur mematikan ponselnya karena harus segera masuk ke dalam pesawat dan lepas landas.

Dua jam sudah ia menunggu, wanita yang berprofesi sebagai seorang guru sekolah menengah atas itu pun berulang kali mencoba menghubungi nomor yang tertera di layar ponselnya yang ia beri nama 'suamiku', tapi tak dapat di hubungi. Ia pun berpikir jika suaminya masih belum menyalakan ponselnya, karena mungkin baru saja sampai di bandara.

Terlepas dari pekerjaannya sebagai seorang guru, ia juga tak jarang membantu suaminya mengurus perusahaan. Meski tak banyak yang bisa ia lakukan, tapi ia harus bisa ikut andil dalam kemajuan perusahaan yang telah dirintis oleh ayah mertuanya.

Wanita berusia 27 tahun itu berdandan secantik mungkin untuk menjemput suaminya, tak lupa ia membawa seikat bunga lily putih kesukaan suaminya dan alat pendeteksi kehamilan untuk memberikan Adi sebuah kejutan bahwa ia tengah mengandung anak pertama mereka.

Namun sebelum ia pergi, tiba-tiba sebuah bingkai foto pernikahannya terjatuh dan membuatnya pecah. Ibu mertuanya terkejut saat mendengar suara benda pecah dari dalam kamar Rania, ia pun segera berlari dan masuk ke kamar anaknya khawatir jika terjadi sesuatu pada menantunya.

"Rania, apa kau baik-baik saja?" tanya Sarah, ibu mertuanya dan memastikan jika Rania tak terluka.

"Aku tidak tahu kenapa, tapi tiba-tiba saja benda itu jatuh." Rania dan Sarah segera membersihkan pecahan kaca dari bingkai tersebut. Rania merasa tak enak hati, tapi ia berusaha menepis rasa itu.

"Apa Adi pulang hari ini?" tanya Sarah.

"Iya. Aku akan menjemputnya sekarang," jawab Rania yang terlihat tak sabar ingin bertemu dengan pria yang telah menikahinya 10 bulan yang lalu dan memberitahukan kehamilannya.

"Kau harus hati-hati. Kau sedang hamil. Apa perlu ibu menemanimu?"

"Tidak apa. Aku akan pergi sendiri. Kalau begitu aku pergi dulu." Rania berpamit pergi menuju bandara dengan memakai dress bermotif bunga berwarna merah muda yang semakin menambah kecantikannya.

Sarah lalu membantu Rania berdiri dan mengantarnya ke depan rumah. Sarah sangat menyayangi Rania, ia adalah menantu satu-satunya di keluarga Zainuri, karena Adipati Zainuri atau Adi terlahir sebagai anak tunggal.

***

Sepanjang perjalanan menuju bandara hari itu, sangat macet. Rania tampak sesekali melihat jam yang melingkar di tangannya, ia berpikir bahwa ia sudah sangat terlambat.

Setelah cukup lama dalam perjalanan, akhirnya Rania sampai, Rania pun sedikit berlari saat memasuki bandara, ia sudah tak sabar untuk memberikan kejutan tentang kehamilannya pada Adi, sang suami. Tapi sesampainya di sana, Rania kebingungan mendapati semua orang yang sedang menunggu penumpang pesawat dari Singapura yang sampai di bandara hari itu tengah menangis histeris dan beberapa dari mereka ada yang sampai tak sadarkan diri.

Rania hanya mematung melihat kehisterisan orang-orang yang berada di sana. Rania melihat siaran televisi di bandara yang menyiarkan berita tentang kecelakaan pesawat yang jatuh ke laut pun, hanya bisa terdiam. Rania pun menghampiri salah seorang pekerja bandara yang ada di sana.

"Maaf, ada apa ini?" tanya Rania yang terlihat kebingungan dengan situasi yang ia lihat sekarang.

"Pesawat dari Singapura mengalami kecelakaan."

"Singapura?" tanya Rania lirih. Rania berharap jika pesawat yang jatuh itu bukan pesawat yang membawa Adi dari Singapura.

"Benar. Pesawat yang jatuh hari ini adalah pesawat dari Singapura. Apa ada keluarga anda yang juga berangkat dari Singapura?" tanya petugas itu. Rania menjatuhkan bucket bunga yang ia bawa untuk Adi dan juga alat pendeteksi kehamilan yang akan ia tunjukkan pada suaminya itu.

"Ya...suamiku. Dia pasti selamat, kan?" Rania tak kuasa menahan tangisnya saat mendengar pesawat yang di tumpangi suaminya itu mengalami kecelakaan.

"Siapa nama suami anda? Kami akan beritahukan pada anda jika ada perkembangan yang lebih lanjut."

"Dia, Adipati Zainuri. Aku mohon pastikan dia selamat!" Rania berlutut di hadapan petugas bandara tersebut.

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin mengembalikan para korban. Sebaiknya anda menghubungi keluarga yang lain. Saya permisi." Petugas itu bergegas pergi.

Rania terus menatap televisi yang menayangkan berita tentang para tim SAR yang tengah melakukan pencarian korban pesawat itu. Ia masih tak percaya jika suaminya mengalami kecelakaan. Padahal beberapa jam yang lalu Adi masih sempat mengiriminya pesan singkat.

Kini ia tak lagi berlutut, tapi terduduk lemas tak berdaya di lantai karena tak kuat untuk berdiri.

***

Sementara itu di kediaman Zainuri, Sarah mendapat telepon dari seseorang.

"Halo? Iya, Benar ini kediaman Adipati Zainuri," ujar Sarah saat mendengar seseorang berbicara dari balik sambungan teleponnya. "Apa?" Sarah tiba-tiba saja lemas, lalu menjatuhkan telepon yang berada di genggaman tangannya. Bersamaan dengan itu, ia melihat saluran televisi yang menayangkan siaran berita tentang kecelakaan pesawat GT300 yang ditumpangi oleh putera semata wayangnya itu, dengan segera Sarah pergi ke bandara.

Sarah yang juga mendatangi bandara saat mendengar berita kecelakaan Adi pun segera berlari menghampiri Rania yang sedang terduduk di lantai sambil menangis.

Sarah segera memeluk menantu kesayangan nya itu. Ia juga ikut menangis karena kenyataannya Adi adalah anak satu-satunya di keluarga Zainuri menjadi korban kecelakaan dan harus meninggalkannya secepat ini. Ia sangat sedih karena harus kehilangan suaminya 15 tahun yang lalu dan sekarang harus kehilangan putera tercintanya.

Rania hanya bisa menangis dalam pelukan mertuanya itu.

"Bu, Mas Adi akan kembali, kan?" tanyanya dengan nada lirih. Tangisnya kini telah membasahi pundak Sarah.

"Iya. Dia pasti kembali, Rania. Percayalah!" ucapan Sarah sama seperti dia sedang menenangkan dirinya sendiri. Dia sendiripun tak percaya jika anaknya itu akan kembali, tapi ia harus tetap menguatkan menantunya yang tengah mengandung buah cintanya bersama Adi.

***

Hari terus berganti, seminggu sudah kepergian suaminya, namun Rania masih melakukan hal yang sama. Usai mengajar, ia pasti harus pergi ke bandara untuk menjemput Adi. Ia yakin, jika suaminya itu akan pulang.

Sovia, teman sekaligus rekan kerjanya yang sama-sama seorang guru pun menghampiri wanita dengan rambut panjang kecokelatan itu yang hendak pergi ke bandara usai memesan bunga Lily kesukaan suaminya.

"Kau pergi ke bandara lagi?"

"Ya, suamiku akan kembali. Aku pergi dulu."

Rania segera pergi, ia seolah terus menghindar dari orang-orang di sekitarnya. Ia tak ingin mendengar pertanyaan dan pernyataan mereka yang selalu mengatakan jika Adi masih belum di temukan.

Rania terlihat menyedihkan, tapi ia berusaha tegar dan tetap menunggu Adi kembali, ia yakin Adi pasti kembali padanya dan berkumpul bersama keluarga kecilnya yang telah menunggunya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku