icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Scandal Married With CEO

Scandal Married With CEO

Nadra Mahya

4.4
Komentar
53.5K
Penayangan
34
Bab

"Qiena aku suami mu, jangan pernah melakukan kesalahan sedikit pun. Kau mengerti !" ___Sean Gibert. "Apa salah ku jika aku jatuh pada pelukan Pria lain ? tidakkah kau merasa dirimu yang tidak becus sebagai seorang suami Mr.Gibert ?"_____ Qiena William. Sama-sama pewaris dari dua kerajaan bisnis membuat pernikahan mereka dikatakan sempurna bagi orang lain yang melihatnya. Qiena Direktur wanita yang sangat cerdas plus istri dan ibu yang baik bagi keluarganya. Sean Presiden Direktur pria yang tampan, gagah, berambisi juga suami yang baik. Begitu kata mereka yang melihat dari luar kehidupan Qiena dan Sean. Meski memang itu juga yang mereka berdua pertahankan. Namun, Qiena rupanya jatuh cinta. Pertama kali dalam hidupnya dan itu bukan kepada Sean. Apa yang dipilih Qiena ? Sean dan keluarga yang sudah dia miliki ? Atau, Jack. Pria yang membuat dia jatuh cinta ?

Bab 1 :: Perfect Wife but not Perfect Woman ::

Suara tawa seorang anak perempuan bersama pria membuat keadaan di rumah menjadi sangat ramai.

Selalu seperti itu disaat pagi hari Qiena menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya.

"Sarapan sudah siap," kata Qiena membawa satu nampan dan menatanya di meja makan.

"Waw...terima kasih Mommy," ujar Yasmine anak perempuan dan suaminya serempak.

Meski ada pembantu Qiena sudah terbiasa melayani kebutuhan suami dan anaknya. Sehingga pembantu hanya membantu dia merapikan rumah dan menjaga Yasmine saat dia sibuk di perusahaannya.

"Sean kau jadi berangkat ke Texas nanti ?"

"Ya aku akan pergi. Tapi aku pergi setelah Yasmine selesai sekolah, aku akan membawanya kesana untuk berjalan-jalan." Senyum tipis Qiena terlihat, entah harus merasa bersyukur atau dia kecewa karena Sean tidak pernah melakukan hal yang sama untuknya.

"Qiena ada apa ? Apa kau keberatan ?" tanya Sean dan Qiena otomatis menggelengkan kepalanya.

"Tentu tidak apa-apa. Berapa lama kalian akan pergi ?"

"Lusa kami sudah kembali." Qiena lagi hanya bisa tersenyum simpul.

"Mama tidak ikut ?" tanya Yasmine lucu membuat Qiena menjadi haru, anak umur lima tahun saja bisa mengerti tapi kenapa Sean selalu acuh tak acuh dengannya.

"Mama ada pekerjaan sayang, makanya mama tidak bisa ikut," jawab Sean.

Pagi itu Qiena tidak bisa langsung berangkat ke perusahaannya. Dia harus menyiapkan koper kecil untuk Yasmine juga. Agar semua yang dibutuhkan Yasmine di Texas nanti tidak merepotkan Sean__suaminya.

Setelah siap Qiena menarik napasnya lalu menaiki tangga menuju kamar dia dan Sean. Dilihatnya foto pernikahan mereka yang terpajang di dinding kamar dan Qiena tahu dia sangat nekat memilih menikah dengan Sean saat itu.

"Qiena kamu sudah sepantasnya menikah. Usiamu sudah dua puluh delapan tahun tapi kamu hanya selalu bekerja dan bekerja. Papa dan Mama tidak ingin kamu menua seorang diri tanpa ada yang menemani."

"Papa punya calon yang pas buat kamu. Dia masih singel dan anak dari teman papa. Namanya Sean, ya meski dia sudah berumur tiga puluh dua tahun, tapi dia masih sangat tampan. Kalian pasti cocok, kamu mau menemuinya ?"

Sean adalah Pria mapan dari keluarga terpandang sesuai dengan yang ayahnya katakan, meski tampan wajah Sean selalu datar, mata elangnya yang selalu disukai oleh Qiena tidak pernah menatap Qiena dengan hangat. Suaminya itu hanya akan berbicara dengannya jika ada hal yang perlu mereka bahas.

Semua ingatan itu terngiang di kepala Qiena. Dua tahun menikah dengan Sean dan akhirnya mereka mengadopsi Yasmine karena Sean yang meminta. Qienna setuju karena dia memang sangat menyukai anak-anak, dan baginya itu ide yang baik.

Selama ini mereka tidur bersama tapi Sean tidak pernah menyentuhnya lebih, Sean adalah sosok pria yang baik dan suami yang baik pula. Tapi dia tidak pernah menjadi suami yang hangat bagi Qiena.

Awal menikah mereka setuju untuk memulai pendekatan dan menjalani rumah tangga yang semestinya tapi kesibukan mereka berdua seolah menjadi jarak untuk keduanya memahami satu sama lain dan sepertinya Qiena semakin lama semakin merasa sendiri. Warna kehidupan setelah menikah tidak pernah singgah dalam hidupnya karena sikap Sean yang seolah enggan dekat dengannya terlebih memperhatikannya, namun Qiena masih menunggu Sean. Dia tidak keberatan jika Sean memiliki sikap dingin dia masih bisa bertahan meski entah sampai kapan.

Lelah dengan perihal hatinya dia memutuskan menelpon sekertarisnya dan mengatakan kalau dia tidak enak badan. Qiena memutuskan mengurung diri diruang kerjanya sehingga saat Sean pulang mengambil perlengkapan Yasmine, Sean tidak tahu kalau Qiena ada disana.

****

"Daddy," teriak Yasmine bahagia melihat sang ayah sudah berada didepan pagar sekolahnya.

"Hai sayang, ayo." Sean mengecup pipi putrinya dan penjaga wanita yang ditugaskan menunggu Yasmine disekolah berpamitan untuk kembali ke mansion mereka.

"Selama aku pergi tolong perhatikan makan dan tidur Qiena. Kau mengerti Stella ?"

"Iya tuan, saya akan memperhatikan nona Qiena."

Stella adalah orang kepercayaan Sean untuk menjaga Yasmine namun juga terkadang ditugaskan Sean untuk memperhatikan istrinya. Stella akan melaporkan pada Sean apa saja yang dia tahu jika Sean bertanya.

Dia dan Yasmine pergi ke Texas menaiki pesawat pribadi yang dia miliki dan setelah sampai disana hal yang pertama Sean lakukan adalah mengajak anaknya untuk berjalan-jalan.

Sean begitu menyayangi Yasmine, dan dia beruntung karena Qiena menyetujui permintaannya.

Mereka terlihat sebagai keluarga yang normal saat memiliki Yasmine, Qiena juga selalu pulang tepat waktu. Membuat Sean bersyukur karena itu.

****

Selama Sean dan Yasmine pergi ke Texas, Qiena menyibukkan diri dengan pekerjaannya di kantor. Banyak tawaran kerjasama yang diterima Qiena membuat jadwal pekerjaannya padat untuk dua bulan kedepan, Amber sekertarisnya bahkan tidak bisa bernapas melihat jadwal bos sekaligus sahabatnya itu.

"Miss, sudah jam pulang kantor apa saya sudah bisa pulang ?" tanya Amber dan Qiena tersenyum melemparkan pena yang tengah dia pegang.

"Kau temani aku dulu bertemu dengan Rose dan Tifany."

"WHAT ?! hey ini sudah waktunya aku pulang, aku ada kencan dengan seseorang."

"Yakin ? setahu ku kau tidak memiliki kekasih Am, ayo ikut saja. Aku akan membayar mu double hari ini." Amber yang awalnya masam langsung sumringah. Qiena hanya bisa geleng kepala melihat sahabat sekaligus sekertarisnya itu.

Pertemuan para wanita disebuah café membuat beberapa pasang mata pria melihat kearah mereka, gaya yang terlihat berkelas dengan tas-tas mahal yang mereka bawa serta pakaian yang mereka kenakan juga bukan pakaian yang harganya biasa. Kenapa mereka menjadi pusat perhatian ? semua tak luput dari Qiena yang mengajak mereka bertemu di café pinggir jalan yang biasa menjadi tongkrongan para muda-mudi di London.

Lily terus kesal karena pilihan tempat yang dilakukan Qiena, tapi bagi Qiena dia menyukai café tersebut. Pemandangan yang langsung melihat ke hamparan rumput luas memperlihatkan orang-orang yang dengan bebas duduk disana dengan pasangan atau keluarga mereka, juga pemandangan London Eye yang masih saja membuat Qiena terpesona.

"Kau tahu dari mana tempat ini ? makanannya sangat enak ternyata."

"Sean, dia pernah mengajak ku dan Yasmine kesini. Aku suka tempatnya, terlihat sangat nyaman dengan pemandangan yang indah."

"Wah.aku tidak menduga ternyata Sean tahu selera mu Qin," ujar Rose salah satu sahabat Qiena yang menjadi seorang istri aktor ternama di London.

Wajah Qiena yang tadinya baik-baik saja berubah sendu dan tentu saja sahabatnya tahu akan hal itu. Lily mengusap bahu Qiena, mereka semua tahu kehidupan rumah tangga Qiena karena tak jarang mereka saling bercerita kehidupan pribadi mereka satu sama lain. Bukankah itu untungnya memiliki sahabat. Menurut mereka Sean Gibert adalah pria sukses yang ingin dimiliki semua wanita, karena selain kaya, tampan, refutasinya juga baik. Sean tidak pernah terdengar bermain-main dengan wanita seperti sahabatnya Prime Alexander.

"Kau bisa meminta cerai jika sudah tidak tahan dengan pernikahanmu Qin, kau perlu seseorang yang mencintaimu." Rose mengatakan pendapatnya.

"Aku berpikir Sean memiliki kelainan seksual." Sebuah pukulan mendarat dikepala Lily akibat ucapannya yang membuat Amber kesal. "WHAT ! Aku berkata opini ku, apa kalian tidak merasa aneh dengannya. Mereka satu kamar selama tiga tahun, dan dia tidak tertarik meniduri sahabat kita ini yang tidak usah diragukan lagi kecantikannya." Qiena yang tadinya lesu akhirnya tertawa. Lily memang paling bisa diandalkan untuk membuatnya merasa lebih baik.

"Ku pikir Sean memiliki masa lalu yangn buruk dengan wanita, itu sebabnya dia merasa belum siap untuk mendekatimu Qin." Pendapat Amber yang mungkin bisa menjadi pertimbangan Qiena untuk menunggu Sean bersikap hangat kepadanya.

"Pria memang menyebalkan ! apa mereka pikir uang, popularitas cukup untuk membuat wanitanya merasa baik-baik saja." Rose sepertinya mulai kesal.

"Hey..hey...cukup Qiena saja yang murung hari ini, kau tidak perlu ikut-ikut." Mereka semua tertawa karena Lily lagi, dan pandangan Qiena tertuju pada sepasang suami istri yang terlihat bahagia. Tanpa dia sadari perasaan yang dia tahan selama ini tercurah begitu saja membuat sahabatnya terdiam mendengarkan semuanya.

"Keinginanku sangat simpel saat menerima Sean. Aku ingin mengenalnya lebih dekat begitupun dia, lalu kami saling jatuh cinta dan memiliki anak yang lucu. Setiap harinya kami akan terus jatuh cinta hingga ada kalanya kerikil kecil seperti cemburuku membuat sedikit bumbu di pernikahan kami, namun itu hanya akan membuat kami terus saling mencintai sampai mati."

Rose menoyor kening Qiena dan berkomentar "Bukankah itu salah satu cerita novel yang kau pinjamkan pada ku saat kita masih sekolah dulu ?" Mereka lagi-lagi tertawa, memang benar itu cerita novel favorit Qiena, tapi benar juga jika dia sangat ingin hal itu terjadi antara dia dan Sean.

Dia menginginkan hubungannya dan Sean berjalan normal, bukan seperti sebuah drama yang harus mereka mainkan demi menyenangkan hati orang tua mereka dan juga orang-orang yang mengenal mereka dari luar.

Amber yang paham betul kegundahan Qiena mengusap telapak tangan Qiena, mungkin Qiena lelah karena sudah tiga tahun dia menunggu Sean tapi nyatanya tidak ada kemajuan di hubungan keduanya selain tanggung jawab Qiena yang berubah menjadi seorang ibu.

Qiena lalu melihat ponselnya kemudian mengumpat, Amber yang juga tahu situasi ikut mengumpat dan mereka buru-buru menuju parkiran mobil.

"Hey...kalian mau kemana ?" teriak Lily dan Rose bersamaan.

*****

Qiena dan Amber terburu-buru masuk kedalam sebuah restoran, terlihat Sean sedang berdiri disamping Yasmine yang sedang murung. Tamu undangan sepertinya sudah berpulangan karena suasana restoran itu sudah sepi. Qiena berlutut di depan Yasmine yang terlihat sedih.

"Sayang, sorry. Mommy lupa karena terlalu sibuk di kantor. Kau mau memaafkan ku ?" Qiena terlihat bersungguh-sungguh dan anggukan Yasmine membuat dia lega.

"Tapi apa kau juga melupakan kado untukku." Qiena tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Aku bahkan sudah menyiapkan kado istimewa untuk putriku yang cantik ini dari jauh-juah hari."

"Thank you mom." Yasmine kembali memeluk Qienna.

Sean hanya berdiri disebelah mereka dengan amarah yang siap meledak.

"Ayo kita kembali ke rumah," ajaknya yang langsung membuat Qienna dan Yasmine mengikuti Sean dari belakangn tubuhnya.

"Amber kau bawa saja mobilku, nanti aku kabari." Amber mengangguk dan mereka berpisah di parkiran depan restoran yang terkenal mahal itu.

*****

Qienna sedang bersama Yasmine dikamar gadis kecil itu, dia memang sudah membelikan kado untuk Yasmine. Kado boneka kuda poni yang sangat besar dan juga Biola. Yasmine memang mengikuti kelas musik di sekolahnya dan dia bermain Biola. Yasmine sangat bahagia, dan Qienna bersyukur dia tidak terlalu mengecewakan anaknya itu. Qienna menidurkan Yasmine dengan membaca buku dongeng kesukaan Yasmine, lalu setelah Yasmine tidur Qienna berniat mencari Sean untuk meminta maaf.

Sean ternyata ada diruang kerjanya, Qienna berdeham membuat Sean mengalihkan pandangannya dari laptop. "Ada apa ?" tanya Sean dengan suara yang berat dan dinging.

"Sean aku ingin meminta maaf," kata Qienna terdengar sangat menyesal. Namun tanggapan Sean adalah decihan tak suka.

"Kapan kau akan berpikir kalau aku atau setidaknya Yasmine adalah hal yang penting. Kau hanya terus dan terus mengutamakan pekerjaanmu." Qienna tidak menyangka jika kalimat yang keluar dari mulut Sean akan setajam ini dan juga panjang.

"Maksudmu apa Sean ? Baru kali ini aku lupa dan kau seolah menganggap aku tidak becus."

"Tentu saja kau tidak becus ! apa kau tau bagaimana perasaan Yasmine. Dia meniup dan menyanyikan lagu ulang tahunnya tanpa ibu yang dia cintai dan dia harapkan kehadirannya. Kita mengadopsinya karena sepakat ingin membahagiakan gadis kecil itu Qienna. Apa kau tidak berpikir apa yang dipikirkan para tamu yang ada tadi." Qienna yang tersulut amarah berkata dengan nada rendah dan dinging.

"Jika masalah kebahagiaan Yasmine kau harusnya tahu apa yang selama ini ku perbuat untuknya Sean dan aku benar-benar menyayanginya. Tapi sepertinya bukan tentang bagaimana perasaan Yasmine yang kau pikirkan, melainkan para tamu yang hadir disana."

Qienna pergi dari ruangan itu, dia benar-benar sudah muak dengan pernikahannya dan Sean. Sekalinya dia berbuat salah Sean sudah mengucapkan kalimat-kalimat pedas untuknya bagaimana nanti. Sudah jelas jika memang mereka tidak bisa bersama, lalu untuk apa lagi dia bertahan ?

Qienna masuk kedalam kamar menyiapkan beberapa pakaiannya kedalam koper. Saat koper itu sudah siap, Qienna turun menuju kamar tamu. Malam ini dia memilih untuk tidur di kamar tamu dan mungkin akan berlanjut di malam berikutnya.

Mengambil ponselnya Qienna menelpon Amber. "Hei, siapkan peninjauan perusahaan cabang kita yang berada di Jerman. Kita akan kesana besok," ucap Qienna tidak perduli Amber masih terkejut dengan perintah darinya itu.

****

Sean mengamati gerak-gerik Qienna pagi setelah pertengakaran pertama mereka. Qienna terlihat biasa-biasa saja dia menyiapkan sarapan untuk mereka semua. Qienna dan Yasmine juga sempat berbincang-bincang di pagi itu. Sean bersiap akan berangkat ke kantornya dan Yasmine ikut untuk diantar ke sekolah, tapi sebelum Sean pergi satu kalimat yang Qienna katakan membuat Sean kesal.

"Sean aku nanti ada pekerjaan ke Jerman. Mungkin akan lama karena ada beberapa masalah disana." Yasmine terlihat kecewa, dan Sean menggeram. Qienna tahu hal itu.

"Sayang jika kau mau, kau bisa ikut denganku." Qienna tersenyum kepada Yasmine namun mengabaikan Sean.

"Mom sorry, aku ada les Biola dan aku tidak sabar untuk memainkan kado dari mu." Yasmine menjawab dengan senyumnya.

"Ya sudah tidak apa-apa. Mommy akan menelponmu nanti ya," ucap Qienna lalu melambaikan tangan seraya tersenyum lebar.

Sean tidak bisa berbuat apa-apa, didalam mobil dia terus menggerutu akan sikapnya semalam terhadap Qienna.

****

Sean masuk kedalam kantornya membuat beberapa karyawati disana masih saja mendamba dirinya meski tahu jika dia sudah menikah. Pria kaya raya saja sudah membuat wanita tergoda apalagi jika ditambah dengan ketampanan dan fostur tubuh yang menjadi dambaan para kaum hawa. Sean benar-benar tampan namun, pria ini terkenal sangat kaku dan pendiam. Sean memang tidak pernah terdengar menjalin hubungan dengan wanita, membuat beberapa orang mengira jika dia gay. Namun sepertinya semua terpatahkan saat dia menikahi Qienna William. Wanita cantik yang juga sama suksesnya dengan dirinya. Bahkan Qienna juga sering masuk majalah-majalah fashion karena paras dan style fashion yang dia gunakan.

Hidup mereka berdua tampak sempurna, begitu juga awalnya bagi Sean. Dia menyukai Qienna sejak pertama bertemu, karena itu dia menyetujui perjodohan mereka. Disaat sedang melamunkan Qienna, Maxim sekertaris sekaligus sepupunya masuk.

"Hei kau sibuk usai jam kantor ?" tanya Maxim dan Sean menggelengkan kepalanya.

"Ku pikir kau tahu semua jadwal ku."

"Jadwal pekerjaanmu aku tahu, tapi jadwal mu dengan Qienna mana aku tahu." Maxim tertawa lepas membuat Sean kembali ingat dengan istrinya itu.

"Qienna sedang ke Jerman. Dia ada urusan pekerjaan disana."

Maxim yang tidak pernah tahu hal sebenarnya hanya mengangguk saja, "kalau begitu ikut aku saja nanti malam. Ada party yang diadakan beberapa temanku, sekalian bawa saja Prime." Sean mengangguk lalu Maxim keluar dari ruangannya.

Sean melihat jam lalu menelpon baby sitter Yasmine. "Hallo Stella, apa Yasmine sudah kembali dari les musiknya ?"

["Yes sir. Nona Qienna juga baru saja menelpon. Yasmine sedang menonton televisi. Apa anda mau berbicara dengannya ?"]

"Ya tentu !"

Sean lalu berbicara dengan anaknya itu dan mengatakan dia akan pulang larut malam. Karena besok sabtu dan Yasmine libur sekolah dia mengatakan jika lebih baik Yasmine tinggal beberapa waktu di rumah orangtua-nya. Adam___ ayahnya juga akan sangat bahagia jika cucunya menginap disana.

Yasmine setuju untuk mengunjungi kakeknya itu, sehingga Sean bisa tenang untuk pergi nanti malam. Dia juga sudah lama tidak berpesta bersama teman-temannya.

****

Party sudah tidak asing bagi mereka yang tinggal di London. Bahkan Maxim hampir diakhir pekan membuat pesta di apartementnya. Sean dan Prime___sahabatnya masuk kedalam apartement yang sudah tidak asing bagi mereka itu.

"Hei akhirnya kalian datang juga. Ayo bersenang-senanglah." Maxim menghidupkan musik sangat kuat dan banyak pria serta wanita yang sudah ada disana. Mereka minum, bermain permainan konyol menurut Sean, dan ada yang hanya bergoyang mengikuti musik. Oh jangan lupakan mereka yang bercumbu di setiap sudut ruangan. Sean sampai bingung kenapa sepupunya itu sangat gemar berpesta. Hanya menghamburkan uang saja.

Awalnya dia dan Prime duduk di sofa menikmati minuman alkohol, tak lama beberapa pria dan wanita yang mereka kenal duduk bergabung. "Kau hari ini single Mr.Gibert ?" tanya wanita yang kini sudah menyentuh lengan kokoh Sean dan menempelkan tubuhnya.

Prime tertawa melihat Sean yang hanya diam lalu kembali menenggak minuman. Prime tak lama melayani wanita yang menggodanya membuat Sean tak habis pikir.

"Sean ayo bergabung dengan mereka," kata wanita yang sudah bosan menggoda Sean.

"Kau saja, aku tidak tertarik." Sean menjawab tanpa melihat wajah wanita itu.

"Oh ayolah Sean, atau kita gunakan kamar Maxim. Aku yakin dia tidak keberatan, istrimu juga tidak akan tahu. Just one night." Hal ini memang familiar jika sudah menghadiri pesta, akan ada saja pria atau wanita yang menghabiskan satu malam bersama lalu ke esokan harinya mereka tidak lagi merasa ada beban. Tapi tidak bagi Sean, dia selama ini berhasil mengontrol kenakalannya. Dia ikut berpesta tapi tidak lebih bermain kartu atau minum sampai mabuk. Tidak untuk menghabiskan malam dengan wanita. Tentu ada alasan mengapa Sean tidak ingin melakukannya, dan hal itu bukan karena Qienna. Dia sudah melakukan hal itu sebelum mengenal Qienna.

Wanita disebelah Sean itu langsung mencium bibir Sean, begitu menggoda namun Sean menjambak kuat rambut wanita tersebut. "Jika kau melanjutkannya ku pastikan kau akan menyesal." Desis Sean dan wanita itu langsung mengumpat. Sean tersenyum sinis lalu melanjutkan minumnya.

Telponnya berdering lalu melihat nama Qienna disana.

"Hallo,"

["Sean apa kau bersama Yasmine ? aku tidak bisa menelponnya."]

"Yasmine sedang berada dirumah orang tua ku, ada apa ?" tanya Sean berharap dia bisa lama mendengar suara Qienna.

["Tidak ada apa-apa. Lanjutkan saja pesta mu !"] Sambungan telpon terputus membuat Sean menghela napas kasar.

"Qienna William," ucapnya dan tersenyum menatap langit-langit.

Bersambung...

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Nadra Mahya

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku