Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Perfect Servant

Perfect Servant

Rucaramia

5.0
Komentar
722
Penayangan
5
Bab

WARNING MATURE CONTENT!!! Setelah mengalami silent treatment dari pacarnya. Satu waktu Angga diberi kesempatan bertemu. Pemuda itu langsung bersiap all out saat itu juga. Membeli bunga untuk sang kekasih dan juga menyiapkan cincin untuk melamarnya. Namun tidak dia duga, harapan untuk menjadikan sang kekasih sebagai miliknya sirna sudah lantaran dia justru meminta putus. Putus asa dengan kehidupannya, Angga dihubungi oleh Doni sahabat yang usianya sedikit lebih tua. Dia menelepon untuk meminta bantuan. Tapi siapa sangka, bantuan tersebut justru malah menyeret Angga dalam sebuah petualang yang tidak dia pernah sangka. "Pekerjaan ini cocok untuk pria yang sedang patah hati," kata Doni padanya saat pertama kali menawari Angga. "Kau pikir aku gigolo?" "Coba dulu saja, bayarannya menggiurkan. Dengan ini kau bisa punya banyak uang sekaligus kenikmatan. Jadi kita sepakat?"

Bab 1 Kejutan Tak Terkira

Lalu lintas Sabtu sore cukup padat membuat motor yang ditumpangi olehnya sedikit terjebak di jalan raya. Tentu saja gara-gara hal ini dia jadi membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sampai ke tujuan. Apalagi Angga berencana untuk mampir ke sebuah toko bunga terlebih dahulu sebelum dia datang ke tujuan utama. Sudah bisa dipastikan dia akan terlambat beberapa menit dari waktu yang di janjikan.

Ini adalah hari yang baik baginya. Setelah sempat bertengkar karena perbedaan pendapat, akhirnya sang kekasih kembali mengontaknya lagi dan meminta untuk bertemu. Makanya di kesempatan itu, Angga ingin merealisasikan niatannya dan hari ini barang kali hubungan mereka bisa jadi lebih membaik dari pada sebelumnya.

Ketika pandangan matanya menangkan sebuah toko bunga, Angga langsung bermanuver dan memarkirkan motor sport-nya. Lalu masuk ke dalam toko tersebut.

"Selamat datang," sapa seorang perempuan yang tak lain adalah pegawai di toko bunga tersebut.

"Saya mau dibuatkan rangkaian bunga untuk seorang gadis."

"Ah tentu saja, akan saya buatkan. Duduk dulu saja ya."

"Ya." Angga menganggukan kepala sebagai bentuk mengiyakan dan kemudian duduk di kursi tunggu.

"Saya akan mulai merangkai ya," sahut sang florist yang kemudian dengan cekatan mulai merangkai satu persatu bunga yang berada di depan badannya. Bagaimana wanita itu merangkai bunga sesaat membuat Angga terpaku, dan tidak lebih dari sepuluh menit pesanannya telah siap.

Sebuah rangkaian bunga mawar merah yang mengelilingi mawar putih diserahkan kepada Angga. "Ini pesanan Anda."

Angga mengangguk. "Terima kasih," ucapnya lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dari sakunya.

"Saya yakin gadis yang akan menerimanya pasti sangat senang, apalagi bunga itu diberikan oleh pemuda setampan anda," katanya sambil memberikan kembalian.

Angga hanya tersenyum tipis, respon yang biasa dia berikan bila dia mendapatkan pujian soal ketampanannya. "Kuharap begitu, semoga dia mau menerimaku."

"Oh ya ampun, anda mau menyatakan cinta rupanya?"

Gelengan kepala merupakan jawaban yang diberikan Angga kepada sang florist. "Sebenarnya saya ingin melamarnya," timpal pemuda itu dengan semburat tipis di wajahnya.

"Ah, begitu rupanya. Dia gadis yang beruntung," sahut sang florist.

"Tidak, justru saya yang beruntung," ralat Angga.

"Ya, tentunya karena Anda tampak sangat mencintainya."

"Begitulah."

"Kalau begitu bersemangatlah, Tuan. Cinta yang tulus pasti akan berbalas," kata si florist sambil memberikan senyuman hangat.

"Terima kasih banyak," ucap Angga lalu berbalik dan melangkah keluar. Dia tidak bisa terlalu lama jika tidak ingin membuat wanita itu menunggunya.

***

Angga duduk di sebuah kursi dan meletakan buket bunga yang dia beli di atas meja. Dia merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sebuah kotak beludru dari sana. Pelan dia membuka kotak tersebut, menampakan sebuah cincin emas yang dia beli dari hasil kerja kerasnya.

Senyum terulas di bibir si pemuda, harapannya begitu besar agar cincin yang dia usahakan ini bisa terpasang di jari manis sang pujaan hati.

Setelah memastikan semuanya siap, pemuda itu kemudian menutup kotak dan mengusap bagian atas kotak tersebut dengan ibu jarinya sembari berdoa agar gadis itu menerima lamarannya.

"Angga!"

Mendengar namanya disebut, pemuda itu berbalik dan tersenyum mendapati si gadis yang tampaknya juga baru tiba. Dia terlihat sangat menawan di matanya.

"Maaf ya, aku terlambat."

Angga menggeleng. "Kau tidak terlambat, Ay," ujar pemuda itu seraya bangkit dari tempat duduknya untuk menghampiri si gadis, kekasihnya. Tidak lupa diraihnya buket bunga di atas meja dan diserahkannya kepada sang kekasih.

"Terima kasih, Angga," ucap gadis itu. Dia memandangi buket bunga tersebut dan tersenyum tulus. "Dan ini sangat indah."

"Kau suka?"

"Tentu saja," sahut gadis itu tersenyum pada Angga.

Angga lantas menarik kursi untuk gadis itu, baru kemudian dia kembali duduk di kursinya sendiri. Posisi mereka kini saling berhadapan setelah dia duduk.

"Aku jadi penasaran apa yang ada dibalik semua sikap manismu ini," ujarnya.

"Sebentar lagi kau juga akan tahu," jawab Angga misterius.

Tak lama pelayan datang dan mereka mulai sibuk memilih menu. Makan malam itu berjalan ringan dan menyenangkan. Angga dan kekasihnya banyak membicarakan hal-hal yang menyangkut keseharian mereka. Angga tidak sedikit pun menyinggung soal niatnya malam itu, dia berpikir untuk menyimpannya dahulu setidaknya sampai seluruh sajian di atas meja habis.

Namun niat Angga tampaknya hanya tertinggal sebatas niat, dan tidak pernah terealisasikan menjadi sebuah kenyataan karena sebelum kata-kata yang telah persiapkan meluncur dari bibirnya, gadis itu keburu mendahului.

"Angga, sebenarnya ada yang ingin aku katakan," kata sang kekasih.

"Silahkan, aku akan mendengarmu." Satu tangan Angga masuk ke dalam saku jaketnya. Menggenggam kotak beludru yang rencananya akan dia perlihatkan kepada sang kekasih.

"Aku mau kita putus."

Kening Angga berkerut pertanda tidak mengerti atas kata-kata yang gadis itu ucapkan.

"Aku mau kita pisah saja. Kita akhiri hubungan kita."

Kedua mata si pemuda langsung melebar dan tak berkedip menatap gadis yang duduk di hadapannya. Berbeda dengan dirinya gadis itu tampak tenang dan nyaman seolah dia memang telah menyiapkan segalanya untuk moment ini. Berbeda dengan Angga yang begitu gusar.

"M-maksudmu apa, Ay?"

"Kita tidak bisa bersama lagi," jelas gadis itu lugas.

"Tapi kenapa?"

"Kita tidak cocok dalam berbagai hal, terlalu banyak perbedaan yang aku rasakan diantara kita dan seiring berjalannya waktu aku tidak bisa menemukan titik tengahnya. Selama ini aku mencoba untuk menolerir semuanya, tetapi aku rasa aku telah mencapai batasku. Aku sudah lelah dengan semuanya. Berpisah adalah jalan terbaik untuk kita."

Angga memejamkan mata berharap ketika dia membukanya semua ini bisa melebur menjadi bunga tidur. Tapi sayangnya ini adalah realita. Sebuah kenyataan yang harus dia hadapi. Kekasihnya memang meminta perpisahan.

Angga menggenggam erat kotak beludru yang dia genggam hingga siku-siku bagian bawah kotak menggores telapak tangannya sendiri. Dia tidak mempedulikan rasa sakit dan perih di tangannya karena kini justru yang lebih sakit adalah bagian lain. Ya, hatinya lebih sakit.

"Jangan bercanda, Ay." Angga tertawa kering menutupi rasa sakit. Entah kenapa egonya berteriak nyaring pada dirinya untuk melakukan hal itu. Harga dirinya terlalu tinggi untuk hancur di depan gadis yang sudah dia pacari nyaris satu tahun.

"Maaf, tapi aku serius. Aku ingin kita putus."

Ucapan maaf sama sekali tidak memperbaiki keadaan atau pun kenyataan pahit yang sedang dihadapi oleh Angga.

"Jadi cuma ini yang ingin kau sampaikan setelah kau mendiamkan aku nyaris satu minggu tanpa kabar?" Kedua mata Angga menatap padanya dengan sendu. Ada sakit yang begitu kentara disana dan dia yakin perempuan itu pasti menyadarinya.

"Maaf, Angga."

Seribu kata maaf tidak akan bisa memperbaiki hatinya yang hancur. Sejuta maaf tidak akan mengobati hati yang terluka. Malam itu Angga putus cinta, dan rasanya benar-benar parah.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Rucaramia

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku