Perfect Servant
menabrak kendaraan lain dalam upayanya mencari kecepatan. Tentu saja tingkah ugal-
gila yang mengemudi untuk mencari kesenangan. Dia hanya sedang dipenuhi dengan emosi tak terkendali ketika dirinya dilanda patah hati. Ya, si pengedara
nya melambat hingga akhir
SIAL
mengarah di bagian merah. Dia turun dari kendaraan roda dua terseb
sing. Biasanya Angga adalah salah satu dari mereka yang menyukai hal-hal seperti ini. Berjalan di tengah temaram cahaya elektrik buat
ika saat ini saja hatinya tengah diliput
arusnya memang begitulah jadinya bila rencana yang dia buat berhasil sukses. Tetapi kini cincin ini sudah tidak bertuan
r
n memantul di jalan. Berhenti tepat di kaki seseorang yang bergerak cepat me
asa ini p
ang disodorkan kepadanya tanpa merasa
ah tidak butuh," uja
kan
mau," tambah Angga tidak peduli sa
*
unggu
emuda. Tetapi dia justru malah teru
ri kotak tersebut. Dengan cepat dia menutup kotak tersebut dan kembali mengejar si pemilik. Namun sialnya si pemuda su
t apa, pada akhirnya dia memilih menyimpannya ke dalam tas
*
h otomatis terbangun ketika pagi telah tiba. Wanita itu kemudian menuju lemari
is berwarna ungu berlengan pendek sebatas lutut. Riri beranjak mengambil tas yang dia gunak
terasa asing lantaran dia tidak pernah membeli atau memilikinya. Sebuah kotak beludru. Penasa
-tiba saja diberikan kepadanya oleh seorang pemuda berkacamata. Pria it
nghalau bayangan pria tak berna
isnya dan mendapati bahwa cincin itu terlalu besar untuk ukuran jarinya. "Cincin ini memang bukan punyaku, wajar saja ukurannya tidak pas," sahutnya sambil menghela napas. "Kalau ada kesempatan aku in
ikan cincin tersebut tiba-t
" sahut wanit
seseorang dibalik
ki agak bingung dengan mak
kau sibu
Riri tiba-tiba m
int saja,
, jadi aku minta kau jaga tokoku ya. Lagipula kau juga baru p
g itu selalu saja cepat tanggap kalau masalah
lnya. Tapi karena dia adalah sang sepupu dan rumahnya tidak jauh dari toko orang itu. Maka
a punya waktu mengecoh para penagih hutang. Tapi tentu saja
ku dengan mahal kal
tidak berjalan terlalu lancar. Nanti kalau sudah be
pria bodoh yang tidak tahu caranya menghi
i tidak usah diulang lagi. Kepalaku rasanya mau pecah kalau kau mengomel terus. Oh... aku juga punya sesuatu di toko yang waktu it
lih untuk menyerah. "Baiklah, tapi aku ingatkan kalau be
jumpa lagi, sepupu. Kali ini baik-baiklah pada mere
saja see