Bagaimana jika kau tiba-tiba saja dicium oleh sosok laki-laki yang tidak kau kenali? Lalu, tanpa kau tahu bahwa dia adalah psikopat yang suka membunuh orang tanpa ampun? Dan tidak lama kau mengetahui bahwa psikopat itu ternyata bos Mafia yang selalu menggunakan topeng emasnya ketika dia berurusan dengan dunia bisnis gelapnya. Lalu, ketika akhirnya masa lalu membuat keduanya masih terhubung sampai sekarang. Terpisahkan oleh jarak yang begitu lama ternyata tidak membuat keduanya saling mengenal satu sama lain. Akankah Shaiqa dapat menerimanya? Atau justru lari setelah mengetahui sisi gelap laki-laki itu?
Leviathan Appolion Mossart kerap dipanggil 'lord' oleh anak buahnya dan 'Levin' oleh orang terdekatnya merupakan iblis dari segala iblis yang terkejam yang dapat membuat siapa saja tunduk di kakinya. Tidak ada satu kekurangan apapun darinya, dimana semua orang berada dibawah perintahnya namun yang melawan akan binasa saat itu juga tidak peduli orang terdekatnya atau bukan. Dia juga selalu mengenakan topeng emas jika menjalankan misi dan dia dijuluki sebagai 'Iblis bertopeng Emas' oleh musuh-musuhnya.
Tak ada belas kasih baginya karena itu hanya dapat melemahkan seseorang menurutnya. Dellen merupakan orang terdekatnya sekaligus sahabat kecil yang selalu menemaninya hingga sekarang dan menjadi tangan kanan sang iblis bertopeng tersebut. Dellen sangat gesit, cekatan, lincah, dan licin seperti ular dalam menghadapi musuh-musuhnya. Ia tidak perlu berpikir dua kali untuk membunuh bahkan Dellen pernah membunuh 15 orang hanya dalam kurun waktu 5 menit. Gila bukan?
Kini seorang pria paruh baya sedang bersujud di kaki sang iblis meminta pengampunan dikarenakan kesalahan fatal yang ia buat.
"Jangan bunuh saya," gumam lelaki itu dengan badan bergetar hebat sementara kedua tangan terikat tanpa bisa berkutik. Ia bahkan sama sekali tidak berani menatap laki-laki yang ada di balik topeng tersebut dan yang dilakukannya hanyalah bersujud serta meminta belas kasih pada sosok yang akan menjadi dewa kematiannya. "Saya mohon."
Dibalik topengnya, Leviathan menyeringai kejam. "Aku akan membuatmu mati perlahan jika kau memang takut mati." Bukannya memberikan belas kasih, dia malah semakin membuat mangsanya ini tak berkutik karena sekali menyenggolnya, semua keluarga yang tersisa akan terkena imbasnya.
Setelah mengatakan hal itu, pria tadi langsung mencium kaki Leviathan dan kembali memohon, "Jangan jangan jangan. Tolong ampuni saya." Keringat dingin bercucuran dari wajah lelaki paruh baya tersebut. Dia tidak pernah merasakan takut sebesar ini. "Saya akan melakukan apapun yang Anda perintahkan, saya bersumpah."
"Harga sepatuku lebih mahal darimu, jadi menyingkirlah." Leviathan mendepak wajah pria tua itu hingga tersungkur.
"Keith, potong lidahnya." Ia menyuruhnya dengan kejam.
Jika Keith tidak menurutinya maka ia sendiri akan memotong lidah Keith sebagai gantinya karena tidak ada yang bisa membantah seorang Leviathan. Keith merupakan anak buah Leviathan yang ia latih beberapa tahun silam, ia menyelamatkan Keith dari kematian dan menjadikannya anak buah yang handal.
"Yes, my lord." Keith segera mengambil pisau lipat dibalik saku jasnya. Tak butuh waktu lama baginya untuk memotong lidah pria itu.
Rong-rongan kesakitan terdengar ke seluruh penjuru ruangan. Darah mengucur begitu saja membuat siapapun yang melihatnya pasti akan pingsan seketika.
"Bagaimana rasanya? Masih bisa memohon, huh?" Kata-kata itu penuh ejekan. Leviathan lagi-lagi menyeringai keji, benar-benar tidak ada belas kasih sama sekali.
Rintihan pria tua itu terdengar sangat memilukan dan menyayat siapa saja yang mendengarnya namun terdengar seperti alunan musik yang indah di telinga sang iblis. Pria itu terus saja merintih dan menangis lalu menggelengkan kepalanya bahwa ia tak mau disiksa lebih lama.
"Aku lupa kalau kau sudah tidak punya lidah. Membosankan!" lanjutnya sinis. "Keith, selesaikan ini. Dia telah membuang waktuku."
"Baik, my lord."
Leviathan segera keluar dari ruangan tersebut dan dia menemukan Luke sedang berjaga di luar. "Luke,"
"Ya, my lord," jawab Luke sopan.
"Apakah sudah ada kabar dari Di Paggeos?" tanya Leviathan pada Luke yang merupakan partner Keith ketika mereka sedang ada misi tertentu.
Luke menunduk, "Belum, lord. Dia bahkan belum menghubungi kita sekalipun. Saya takut jika dia sedang bertindak diam-diam tanpa sepengetahuan kita."
Levin tersenyum misterius dan berkata. "Biarkan dia. Lalu, bagaimana dengan anaknya?"
"Kami sudah menyiksanya dan mengirimkan foto penyiksaannya kepada Di Paggeos sesuai dengan yang anda perintahkan." Luke menjawab seolah tanpa beban sama sekali.
"Kerja bagus. Oh ya, aku butuh pelampiasan malam ini." Kemarahan Levin tidak hanya membunuh seorang korban namun juga melampiaskannya pada seorang gadis. Ya gadis yang masih perawan! Tidak sembarangan gadis yang tidur bersamanya. Luke selalu memilihkan gadis dari kalangan atas yang masih menjaga mahkotanya dan itu dibuktikan dengan surat dari rumah sakit milik Leviathan jadi tidak akan ada yang berani menipunya. Levin hanya tidak mau terkena penyakit yang menurutnya 'menjijikkan'.
"Baik, lord."
Setelah itu Levin pergi menggunakan mobil sport miliknya menuju apartemennya.
***
Luke menaikkan sebelah alisnya ketika ia mendapatkan satu nama yakni 'Ananta Leandass' salah satu model terkenal papan atas di luar negeri. Ia segera mengerahkan seluruh anak buahnya untuk mencari model tersebut. Setelah dua jam menunggu akhirnya dia menemukan model itu.
"Dimana dia?"
"Dia berada di New York, bos," jawab anak buahnya membuat Luke mengangguk puas.
"Baiklah. Atur pertemuanku dengannya segera."
"Baik, bos." Luke mematikan sambungannya dengan anak buahnya dan segera berangkat ke New York.
Setibanya di New York ia langsung pergi untuk menjumpai wanita yang dikatakan oleh anak buahnya di sebuah restoran mewah. Pria itu melihat sosok wanita yang duduk seorang diri lalu memperhatikan dengan seksama foto yang diberikan oleh anak buahnya sebelumnya.
Mereka adalah orang yang sama. Luke segera menghampiri wanita itu dan menyapanya.
"Selamat siang," sapa Luke sopan kepada wanita itu.
"Si-ang. Ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita itu gugup di depan Luke karena ketampanan Luke tidak bisa di remehkan.
"Ananta Leandass, saya Luke Harrson asisten pribadi Tuan Leviathan Mossart." Luke menghilangkan nama tengah Leviathan karena sang 'lord' sendiri yang menyuruhnya seperti itu. Dia tidak ingin nama dunia hitamnya menyebar dan itu menjadi senjata bagi musuhnya nanti. Sedangkan di dunia hitamnya dia menghilangkan nama keluarganya agar tidak tercemar.
Ananta membelalakan matanya kaget. Bagaimana tidak? Luke menyebutkan nama seorang cassanova paling terkenal di dunia. Dia sangat terkenal dan dijuluki 'untouchable men'. Itu sudah menjadi rahasia umum dan dia juga dikenal sebagai pria paling sukses abad ini.
"Apa?!" pekik Ananta kaget karena dia benar-benar tidak percaya jika Leviathan Mossart sendiri menyuruh asistennya menemuinya. Benar-benar sebuah keajaiban.
"Ya, nona. Tuan meminta Anda untuk menemaninya malam ini. Bagaimana?"
Sekali lagi Ananta di kejutkan oleh permintaan yang tidak pernah dia bayangkan. Selama ini teman-temannya selalu berharap bahwa mereka menjadi salah satu wanita dari Leviathan Mossart. Dia juga mendengar kabar bahwa mereka mencari yang masih perawan dan sepertinya dia tidak akan mempermasalahkan hal tersebut dan keberuntungan sedang di pihaknya saat ini.
"Baiklah, akan saya lakukan," ujarnya tanpa berpikir dua kali untuk menutupi rasa senangnya yang luar biasa.
Luke tersenyum sangat manis memang tidak ada yang bisa menolak sosok Tuannya itu. wanita manapun akan melemparkan tubuhnya secara cuma-cuma mengingat tuannya itu termasuk orang yang sangat-sangat tampan dan juga kaya.
***
"Baiklah, akan saya lakukan."
"Tapi, sebelumnya anda harus menandatangani kontrak ini terlebih dahulu." Luke mengeluarkan selembar kertas yang berisi kontrak selama menjalani hubungan dengan Leviathan.
"Kontrak apa ini?" tanyanya sambil mengambil kertas itu.
"Bacalah, nona. Saya akan menunggu anda disini. Jika anda bersedia silahkan tanda tangani, jika tidak kami akan mencari pengganti anda."
Ananta berpikir bahwa ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Tanpa membaca kontrak tersebut ia segera menandatangani perjanjian tersebut.
"Aku tidak perlu membacanya." Ananta kembali memberikan kontrak tersebut kepada Luke.
Luke tersenyum. Bukan hanya wanita ini saja yang seperti itu, namun wanita lain juga tak akan segan-segan menandatangani kontrak itu tanpa membacanya terlebih dahulu dan juga terlalu banyak korban dari mereka
akibat tidak membaca kontrak itu.
"Semoga Anda tidak menyesal. Mari ikut saya."
Mereka langsung berangkat ke Las Vegas untuk memeriksa kondisi Ananta. Setelah hasil keluar, Luke tampak puas dan membawanya langsung ke hotel MGM Grand bintang 5. Luke mengantar Ananta ke kamar president suite yang sudah di pesan olehnya. Ananta tidak tahu jika ia akan di perlakukan seistimewa itu.
"Anda tunggulah disini. Makanan Anda sudah disiapkan di dalam. Saya permisi, jika butuh sesuatu tinggal tekan tombol interkom."
Luke pergi meninggalkan wanita cantik yang masih tercengang karena kamar itu luar biasa mewah. Memang seorang Levin tidak akan pernah menyiakan mangsa-mangsanya.
Dia membuat para wanita terbang tinggi menyentuh angkasa sebelum dengan sadisnya melemparnya kembali ke bumi tanpa parasut.
***
Levin sedang bersiap-siap untuk menemui gadis yang dipilihkan Luke untuknya. Ia mengenakan kemeja berwarna navi dengan 2 kancing di atas ia buka, lengannya ia gulung sampai siku dan celana panjang berwarna hitam. Ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata-rata dan tentunya ia tak akan memakai topeng. Setelah sampai dia segera masuk ke kamar itu dan melihat seorang gadis yang sedang menatap ke jendela. Merasa di perhatikan, Ananta segera berbalik kemudian matanya membelalak kaget saat melihat pria di depannya ini.
"Kau.. Leviathan... Mossart?" Ananta tergagap melihat pria yang sedang bersender di pintu sambil bersedekap karena pria didepannya ini sangat luar biasa tampan. Ketampanannya sungguh sempurna.
Dia jauh lebih tampan dari pada di majalah maupun televisi. Batin Ananta.
Bagaimana tidak? Postur tubuhnya proporsional, badannya yang mungkin berbentuk eightpack di balik kemeja navinya itu, kulitnya yang putih, rambutnya coklat kekuningan dengan gaya faux haux, matanya berwarna keemasan, hidungnya yang terpahat sempurna, bibirnya yang tipis dan berwarna pink seolah tak pernah merokok, bahkan wajahnya seperti malaikat. Tidak! Iblis bertopeng malaikat lebih tepatnya.
Leviathan tersenyum sinis, "Menikmati pemandangan, nona?"
Dia sudah biasa mendapatkan tatapan memuja wanita seperti di depannya.
"A..aku, ma..afkan aku." Wanita itu kembali gugup saat Levin memergokinya.
"Baiklah, aku tidak punya banyak waktu. Bisa kita mulai sekarang?" tanyanya langsung.
Ananta hanya menganggukkan kepalanya pelan.
Levin segera mendorong Ananta kasar ke atas kasur kingsize itu dan menindih tubuh Ananta yang terbilang mungil menurutnya. Ia segera melumat bibir itu kasar namun ciumannya mendominasi.
Sraakk.
Pakaian Ananta yang mewah dari designer ternama langsung di robeknya begitu saja. Levin segera membuang bra dan celana dalam senada milik wanita itu asal lalu mengulum puting dan menggigitnya kasar. Lenguhan dari wanita itu membuat Levin semakin liar, tangan wanita itu mencoba melepaskan kancing kemeja yang di gunakan Levin namun Levin menahan tangannya.
"Belum waktunya, sayang," ucapnya lembut namun tersirat tajam dari nadanya.
Levin kembali mengulum puting wanita itu, "A..ku su..dah tidak ta..han" Ananta menjawab sambil mendesah karena Levin terus saja menyiksanya tanpa memasukinya.
Benar-benar seperti jalang sejati padahal wanita ini masih perawan. Tapi dengan tidak tahu malunya mendesah seperti orang yang sudah lama bekerja menjadi seorang pelacur.
Sang iblis mulai menunjukkan tanduknya, ia menyeringai. Levin hanya membuka kancing celana dan menurunkan resletingnya.
"Kenapa kau tidak membuka semua bajumu?" tanya Ananta heran melihat Levin yang hanya membuka sedikit celananya saja.
"Kau tidak seberhagra untuk melihat badanku, sayang," ucapnya dengan kejam tanpa perasaan.
Dapat dilihat bahwa Ananta sangat kecewa mendengar kata-kata tajam Levin. Raut mukanya juga sedikit suram, namun bagaimanapun malam ini ia akan mendapatkan keinginannya untuk menjadi salah satu wanita Levin atau mungkin dia akan menjadi wanita terakhir Levin, berharap bahwa Levin puas akan pelayanannya lalu mematahkan semua prinsip lelaki itu.
Levin memakai pengaman lalu mendorong juniornya dengan sekali sentak.
Wanita itu sedikit menjerit dan menangis karena kesakitan. Benar-benar seorang iblis tanpa berniat memberikan kelembutan sedikitpun. Ananta diibaratkan seorang jalang sama halnya seperti wanita lainnya yang sudah Levin tiduri.
"Kau yang meminta, bukan? Jadi jangan menangis."
Tidak ada wanita perawan yang tidak menangis di perlakukan kasar seperti itu dan tanpa menunggu jawaban wanita itu yang terus saja mengeluarkan airmata, Levin langsung menghujamnya dengan kasar dan wanita itu merasakan kesakitan yang amat sangat namun lama-kelamaan kesakitan itu menjadi kenikmatan yang luar biasa. Permainan Levin membuatnya ketagihan dan ingin mengulanginya lagi dan lagi. Namun itu tidak mungkin terjadi, karena Levin tidak akan tidur dengan wanita yang sama dua kali.
Tak butuh waktu lama untuk Levin melakukan hal tersebut. Ketika ia sudah puas, dia kembali menarik resletingnya dan mengancingnya lalu menelepon Luke.
"Kirimkan uang berapapun yang diminta kepada wanita ini. Aku sudah selesai."
"Apa kau akan langsung pergi?" tanya Ananta dengan wajah pasrah yang terbaring tak berdaya di kasur mewah tersebut. Tak ada satupun pakaian yang melekat ditubuhnya karena saat ini dia benar-benar lelah bakan untuk bergerak.
"Apa kau berharap lebih?" tanya Levin sarkas sambil menatap wanita itu dengan tajam. "Jika ya, maka buang jauh-jauh harapanmu. Aku tidak akan melakukan hubungan intim dengan wanita yang sama dua kali."
Sesaat ia hendak pergi, Ananta kembali menahannya. "Bagaimana jika aku berhasil melakukannya dua kali bersamamu?"
"Artinya kau cukup beruntung mendapat perhatianku." Ia meraih dompet dan ponselnya dan tanpa melihat keadaan wanita itu dia segera keluar ruangan dan tidak peduli lagi pada teriakan wanita memanggilnya di dalam kamar tersebut. Meninggalkannya seperti seorang jalang yang tidak ada harganya.
Levin tetaplah Levin yang tidak akan tersentuh oleh wanita mau secantik apapun itu. Ia sudah mendedikasikan hidupnya hanya untuk membunuh sementara wanita, hanyalah permainan di waktu senggangnya saja. Ya, tidak akan lebih karena nyatanya ada sosok lain yang berada dipikirannya.