Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cinta Terlarang & Rahasia

Cinta Terlarang & Rahasia

Gustini

5.0
Komentar
2K
Penayangan
29
Bab

Tanpa ia duga, perasaan cinta tumbuh di hati Karina terhadap Evan, kakak sahabatnya yang telah menikah. Karina, gadis muda yang tumbuh dari keluarga broken home, merasa terjebak dalam perasaan yang salah. Ketika cintanya akhirnya terbalas, hubungan terlarang antara mereka pun dimulai. Namun, kebahagiaan itu hanya sementara. Karina terpaksa melepaskan Evan saat hubungan mereka terbongkar, membuat dirinya dibenci oleh semua orang, termasuk sahabatnya, Siska, yang menganggapnya sebagai perusak rumah tangga. Dengan hati yang remuk, Karina memilih pergi, membawa serta buah cintanya dengan Evan yang diam-diam telah tumbuh di rahimnya. Beberapa tahun berlalu, Karina kembali ke Jakarta bersama seorang anak laki-laki yang tampan. Kehadirannya memunculkan banyak pertanyaan: siapa ayah dari anak itu? Rahasia yang selama ini Karina jaga mulai terancam terbongkar. Sampai kapan ia mampu menyembunyikan kenyataan bahwa Evan adalah ayah biologis anaknya dari semua orang di masa lalunya?

Bab 1 Bayang-Bayang Masa Lalu

Karina menarik napas panjang ketika pintu kedatangan bandara terbuka. Udara Jakarta yang lembap langsung menyambutnya, membawa kembali kenangan-kenangan yang selama ini ia coba lupakan. Di sebelahnya, seorang anak laki-laki berusia lima tahun menggenggam erat tangannya. Wajah polos bocah itu adalah campuran sempurna dari dirinya dan seseorang yang dulu sangat ia cintai.

"Ma, kenapa Mama diam aja?" tanya Renzo sambil memandang Karina dengan tatapan penasaran.

Karina tersenyum tipis, menunduk menatap anaknya. "Mama cuma lagi mikir, sayang. Ayo kita cari taksi."

Renzo mengangguk, lalu berjalan mengikuti Karina. Langkah kecilnya membuat Karina tak bisa berhenti memikirkan risiko besar yang ia ambil dengan kembali ke kota ini. Tapi ia tahu, cepat atau lambat ia harus menghadapi masa lalu yang selama ini ia hindari.

Mereka tiba di sebuah apartemen sederhana yang Karina sewa dengan sisa tabungan yang ia miliki. Ruangan itu kecil, tapi cukup nyaman untuk ia dan Renzo. Setelah memastikan anaknya sudah tertidur, Karina duduk di sofa kecil dengan secangkir teh di tangannya. Pikirannya kembali melayang ke hari terakhir ia melihat Evan.

---

Lima Tahun Lalu

"Evan, kita tidak bisa seperti ini terus," kata Karina dengan suara bergetar. Ia menatap pria di depannya, pria yang selalu menjadi sumber kebahagiaannya sekaligus penderitaannya.

Evan menghela napas, lalu mengulurkan tangan untuk menggenggam jemari Karina. "Aku tahu ini sulit, tapi aku tidak bisa melepaskanmu, Karina. Aku mencintaimu."

Karina menggeleng, air mata mulai mengalir di pipinya. "Tapi aku hanya menjadi perusak hidupmu. Kita tidak punya masa depan, Evan. Kau punya keluarga."

"Dengarkan aku," Evan memotong dengan suara tegas. "Aku tidak pernah mencintai istriku seperti aku mencintaimu. Kau adalah segalanya bagiku, Karina."

"Tapi semua orang akan membenciku. Bahkan Siska, sahabatku sendiri, akan membenciku. Aku tidak bisa..." Karina menarik tangannya dari genggaman Evan, lalu berdiri dengan gemetar. "Aku harus pergi."

"Karina, tunggu!" Evan bangkit, tapi Karina sudah melangkah pergi, meninggalkannya dengan hati yang hancur.

---

Kembali ke Masa Kini

Karina memejamkan mata, mencoba menyingkirkan kenangan itu dari pikirannya. Namun, hatinya masih terasa sakit setiap kali ia mengingat Evan. Ia tahu keputusannya untuk pergi saat itu adalah yang terbaik, tapi luka yang ia tinggalkan tidak pernah benar-benar sembuh.

Ponselnya bergetar di meja, membangunkannya dari lamunan. Nama Siska muncul di layar. Karina menatap nama itu dengan jantung berdegup kencang. Ia tidak pernah mengira Siska akan menghubunginya lagi setelah apa yang terjadi. Dengan ragu, ia menjawab panggilan itu.

"Halo, Karina," suara dingin Siska terdengar di ujung telepon.

"Halo, Siska," jawab Karina, mencoba terdengar tenang meski tangannya gemetar.

"Kau sudah kembali ke Jakarta?" tanya Siska tanpa basa-basi.

Karina menelan ludah. "Iya. Aku baru sampai tadi."

"Aku ingin kita bertemu. Banyak hal yang harus kita bicarakan," kata Siska dengan nada datar.

Karina ragu sejenak. "Baiklah. Kapan dan di mana?"

"Besok sore, di kafe biasa." Siska langsung menutup telepon tanpa menunggu jawaban Karina.

Karina meletakkan ponsel di meja, lalu memejamkan mata. Ia tahu pertemuan itu tidak akan mudah. Tapi ia juga tahu, ia tidak bisa lari selamanya.

---

Keesokan Harinya

Karina tiba lebih awal di kafe yang dulu menjadi tempat favoritnya bersama Siska. Jantungnya berdegup kencang saat ia duduk di salah satu meja, menunggu sahabatnya tiba.

Tidak lama kemudian, Siska datang. Wajahnya tampak lebih dewasa, tapi tatapan tajamnya membuat Karina merasa kecil. Siska duduk di depan Karina tanpa senyum.

"Lama tidak bertemu," kata Siska dingin.

"Iya," Karina menjawab pelan, tidak tahu harus berkata apa.

"Apa yang membuatmu kembali ke sini? Bukankah kau sudah cukup merusak hidup banyak orang di kota ini?" tanya Siska dengan nada penuh sindiran.

Karina terdiam. Ia tahu, apa pun yang ia katakan tidak akan mengubah pandangan Siska terhadapnya.

"Aku tidak kembali untuk mengganggu siapa pun. Aku hanya ingin memulai hidup baru bersama anakku," kata Karina akhirnya.

"Anakmu?" Siska menatap Karina tajam, lalu menghela napas. "Dan kau pikir itu alasan yang cukup untuk kembali ke sini?"

Karina tidak menjawab. Ia hanya bisa berharap pertemuan ini tidak berakhir lebih buruk dari yang sudah ia bayangkan.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Gustini

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku