Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
803
Penayangan
5
Bab

(21+ CERITA INI MENGANDUNG UNSUR DEWASA, MOHON BIJAK DALAM MEMILIH DAN MEMBACA, PASTIKAN ANDA SUDAH DEWASA DAN TAU RESIKONYA) Bercerita tentang anak gadis remaja yang diperbudak oleh seorang bapak - bapak yang menjadi tukang ojek langganannya.

Bab 1 CHAPTER 01 JAHIDA

Dibawah panas nya terik matahari. Saat ini Jahida sedang duduk dibangku kelas 3 sma atau lebih tepat nya usia 17 tahun, dengan tubuh yang mungil, kulit yang putih karna selalu tertutup oleh hijab nya, panampilan nya yang cukup pendiam dari siswa - siswa sekolah lain nya, Jahida juga terlahir dari keluarga yang berada, bahkan bisa di bilang kaya, ayah nya seorang pengusaha yang memiliki banyak usaha, sehingga ayah nya jarang sekali ada di rumah, sementara ibunya adalah seorang ibu rumah tangga.

Untuk keperluan antar jemput Jahida sekolah ternyata sang ibu sudah menyiapkan tukang ojek yang tinggal nya tepat di sebelah rumah Jahida, pak Khairul yang sudah berusia lebih dari setengah abad itu adalah tukang ojek yang mengantar dan menjemput Jahida setiap hari, pak Khairul ini adalah seorang bujang tua, yang dari muda sampai tua hanya berkerja sebagai tukang ojek, sudah bertetangga dengan keluarga Jahida pun dari awal ayah dan ibu Jahida membangun rumah di daerah sini, Jahida yang baru saja keluar dari gerbang sekolah nya langsung berlari tergopoh - gopoh ke arah pak Khairul.

"Yuk pak... panas banget hari ini", ujar Jahida.

"Eh non Jahida?! ngagetin bapak aja", ujar pak Khairul yang sedang melamun.

"Bapak sih... siang - siang gini malah melamun, yaudah hayuk pak", Jahida langsung meraih helm dan langsung naik ke motor pak Khairul.

"Oke non, pegangan yah... kita ngebut ini, hehehe..."

Sepanjang perjalanan pak Khairul dan Jahida bersenda gurau, Jahida yang sudah menganggap pak Khairul sebagai kakek nya tidak risih kala pak Khairul mengajak nya bercanda, sesekali Jahida menggelitik kan pinggang pak Khairul yang di susul dengan kedua nya saling tertawa. Namun hal yang di lakukan Jahida ternyata mendapat tanggapan lain dari pak Khairul, kepolosan Jahida di salah artikan oleh pak Khairul, di dalam senda tawa tak jarang pak Khairul memandang Jahida dari kaca spion motor nya, gadis yang sedari kecil setiap hari di antar nya sekolah kini telah tumbuh menjadi gadis dewasa, yang dulu membuat pak Khairul gemes, sekarang malah membuat pak Khairul sange, hehehe... Namun semua itu hanya lah mimpi bagi pak Khairul, bagaimana bisa dia mendapatkan seorang gadis yang usia nya jauh di atas nya bahkan juga berasal dari keluarga yang kaya, juga teringat oleh pak Khairul tentang kebaikan kedua orang tua Jahida yang kerap menolong diri nya, terutama dalam segi materi.

Setiap hari mengantar jemput Jahida tentu saja membuat fikiran dan nafsu pak Khairul semakin tak terbendung, terbayang oleh nya tubuh mungil Jahida sedang berayun di atas dirinya, juga pernah terbayang oleh nya bagaimana kalau seharian dia bersama Jahida di rumah gubuk nya itu, tentu dia akan meminta Jahida untuk tidak mengenakan apapun sepanjang hari, hehehe... Fikiran itu la yang kerap membuat pak Khairul kerap melamun saat menjemput Jahida sekolah, dan selalu saja di kaget kan oleh Jahida yang baru keluar dari dalam sekolah, fikiran yang baru saja membayangkan Jahida, malah di samperin oleh Jahida untuk mewujudkan khayalan nya itu, hehehe... Sampai pak Khairul yang merasa gelisah sepanjang hari akan nafsu nya kepada Jahida, sehingga terbesit di dalam fikiran pak Khairul untuk menculik Jahida dan menikmati tubuh nya sepuas - puas nya, dan rencana itu itu sudah sangat matang, sisa nya hanya menjalan kan nya saja.

Hari ini adalah hari dimana pak Khairul akan melaksanakan rencana nya, dengan bermodalkan kepolosan Jahida, pak Khairul rasa tak akan sulit untuk membawa sang gadis ke rumah nya, dan di saat itu la pak Khairul akan menuntaskan nafsu binatang nya, urusan yang lain pun tak di fikirkan pak Khairul, yang ada di kepala nya saat ini tak lain dan tak bukan hanya la tubuh Jahida. Matahari sudah berada di atas kepala, hari ini Jahida memang pulang sekolah cepat karna di ujung minggu, pak Khairul yang tampak santai di depan sebuah sekolah sambil bersiul, tidak ada waktu buat bermenung karna apa yang diinginkan nya selama ini akan segera dia dapatkan. Tampak Jahida dengan riang keluar dari gerbang dan langsung menuju ke arah pak Khairul biasa menunggu nya, dan tanpa curiga sedikitpun Jahida yang memang keseharian nya di jemput oleh pak Khairul pun langsung naik ke motor untuk segera menuju rumah nya. Sebelum melajukan motor nya pak Khairul pun akan mulai meluncurkan alasan agar Jahida bisa terhasut dan percaya pada nya.

"Oh iyah non, tadi ibu pesan katanya non balik nya agak sorean aja, karna ibuk lagi ga di rumah, ada urusan mendadak katanya", ujar pak Khairul berbohong.

"Masa sih pak?! kok mama ga nelpon aku yah?" jawab Jahida sedikit kebingungan.

"Yah bapak sih... ga tau non, soal nya ibuk pesan kayak gitu", ujar pak Khairul lagi dengan yakin.

"Emang mamah ga titipin kunci gitu pak?" Tanya Jahida lagi.

"Ga ada non, ibuk pesan gitu aja." Ujar pak Khairul.

"Jadi aku kemana dong? mana Jahizah sama Jalilah udah pulang, kalo ga bisa aku mampir ke rumah mereka dulu." lirih Jahida.

"Atau non mau bapak antar ke rumah teman non itu?" Tanya pak Khairul.

"Ga deh pak", ujar Jahida.

Mendapat Jahida yang tidak menelpon ibunya untuk sekedar meyakin kan, disini la pak Khairul menawarkan diri untuk Jahida sementara menunggu ibu nya di rumah nya saja, karna memang rumah mereka bersebelahan.

"Atau non tunggu ibuk di rumah bapak aja, kan sebelah rumah non juga", kata pak Khairul.

"Oh iyah boleh juga pak, kan dekat yah", Jahida tanpa menaruh curiga.

Padahal ibu Jahida tidak kemana - mana dan senantiasa menanti kepulangan Jahida, namun kepercayaan Jahida terhadap pak Khairul sangat kuat sehingga tak ada niatan Jahida untuk menelpon ibu nya, dan melaju la motor itu menuju jalan yang sama ke arah pulang, namun kali ini pulang ke rumah pak Khairul. Setiba nya di rumah pak Khairul tentu saja Jahida memperhatikan rumah nya, apa benar mamah nya pergi dan meminta nya untuk pulang sedikit lebih sore, tapi karna memang rumah yang berpagar tinggi itu, Jahida jadi tidak dapat tahu kalau mamah nya ada di dalam rumah atau tidak pergi kemana - mana seperti yang dikatakan pak Khairul. Tanpa Jahida sadari rasa percaya nya kepada pak Khairul adalah akhir dari kebahagian dalam hidup nya, dimulai dengan Jahida yang berdiri di depan rumah gubuk pak Khairul, keraguan tampak dari raut wajah nya untuk masuk ke dalam rumah pak Khairul, namun bukan karna takut dengan pak Khairul, melainkan rumah pak Khairul ini benar - benar tak terurus dan sungguh berantakan.

"Ayok masuk non", suara pak Khairul memecahkan keheningan Jahida.

"Oh iyah pak", Jahida membuka sepatu nya di depan pintu.

"Masuk aja non pakai sepatu nya, lantai nya kotor", ujar pak Khairul agar Jahida membawa kedalam sepatu nya.

"Seriusan gapapa pak?" Tanya Jahida.

"Gapapa dong, kan lantai nya emang kotor, nanti kaki non ikut kotor." Ujar pak Khairul.

"Okedeh kalau gitu pak", Jahida segera menuju sofa usang yang ada di ruang depan rumah pak Khairul.

"Bapak buatin minum dulu yah non, kali aja non haus", kata pak Khairul sambil berjalan ke dalam.

Cuaca yang panas memang membuat Jahida haus, kebetulan pak Khairul berinisiatif memberi nya minuman, dan ketika pak Khairul kembali dengan segelas minuman, Jahida langsung saja meminum nya sampai habis.

"Haus banget kayak nya non, hehehe..." ujar pak Khairul.

"Iyah pak, kan di luar itu panas banget." jawab Jahida dengan senyum manis nya.

"Emang mamah pergi dari pagi yah pak?" Tanya Jahida lagi.

"Iyah non dari pagi sih... pas bawa pulang dari ngantar non tadi pagi", jawab pak Khairul dengan yakin.

"Ini Jahida di sini beneran ga ganggu bapak?" Tanya Jahida.

"Gak kok non, mau narik lagi juga di luar terik banget, mending istirahat aja dulu." Ujar pak Khairul.

"Iyaah juga si pak... haaaaaahhh..." tiba - tiba Jahida menguap.

"Eh si non ngantuk yah? mau bapak ambilin bantal biar sambil rebahan di sofa?" tawar pak Khairul.

Jahida yang kebingungan kenapa tiba - tiba mata nya berat menolak tawaran pak Khairul.

"Jangan deh pak, Jahida nunggu mamah aja, paling bentar lagi juga pulang." Ujar pak Khairul.

"Oh gitu, yaudah deh non, bapak ke belakang dulu yah non bentar." kata pak Khairul lagi.

"Iyaa pak, haaaaahhh..." ujar Jahida sembari kembali menguap.

Pak Khairul yang berjalan ke dalam rumah nya menyadari Jahida sudah sangat ngantuk, yang berarti obat yang tadi di campurkan ke minuman Jahida berkerja dengan cepat, pak Khairul pun berlalu dengan senyum simpul di sudut bibir nya sambil menunggu Jahida terlelap, barulah rencana pak Khairul bisa di lanjutkan. Cukup lama pak Khairul meninggalkan Jahida sendirian di depan sampai keadaan menjadi sunyi, dan kembali nya pak Khairul ke depan terlihat Jahida yang sudah terbaring lemah tertidur, tak menunggu waktu lama, pak Khairul segera mengangkat tubuh Jahida ke kamar nya, dan langsung melucuti semua pakaian Jahida. Pak Khairul juga mengambil foto Jahida yang sedang tertidur bugil di atas Kasur dekil nya, dengan beragam gaya yang di ubah - ubah oleh pak Khairul, namun pak Khairul merubah strategi nya yang awal nya ingin segera menuntas kan nafsu binatang nya, hal itu karna ketika pak Khairul melihat meki Jahida yang masih sangat rapat, dan tentu saja masih perawan.

Pak Khairul ingin Jahida dengan sadar menyerahkan diri kepada nya, untuk saat ini pak Khairul hanya mengambil beberapa foto lagi, yang foto - foto pertama tadi hanya Jahida yang bugil, kali ini pak Khairul mengeluar kan benda pusaka nya yang panjang dan berurat itu, kemudian berfoto dengan kontol nya di sela - sela bibir Jahida dan foto dia mencium bibir ranum Jahida. Aktifitas itu di lanjutkan dengan pak Khairul mengocok kontol nya sambil mulut nya bermain di kedua gunung kembar Jahida, pak Khairul juga meninggalkan bekas cupang di sisi kiri buah dada Jahida.

"Arrrrrggghhhh... awas lu yah... besok gua obrak abrik meki lu non, crooottt... crooottt..." pak Khairul menyemprot kan mani nya di atas meki Jahida yang masih terlelap.

Setelah nya baru la pak Khairul kembali memakaikan seragam sekolah Jahida, dan buru - buru pak Khairul membawa Jahida kedepan dan setelah melihat kanan kiri sepi barulah pak Khairul membopong tubuh Jahida ke rumahnya yang bersebelahan.

"Permisi buk?" teriak pak Khairul dari luar.

"Oh iyah pak, tumben telat si Jahida pulang pak", jawab mamah Jahida dari dalam.

"Iyah buk, katanya tadi ada pelajaran tambahan, ini juga kayak nya non Jahida kecapekan sampai ketiduran." jawab pak Khairul.

"Astagggaa... jadi ngerepotin pak Khairul aja ni anak", ucap mamah Jahida.

"Gapapa buk, ini saya langsung bawa ke dalam atau gimana buk?" Tanya pak Khairul.

"Oh iya pak, langsung bawa ke dalam kamar nya aja yah pak", ucap mamah Jahida.

Pak Khairul pun berjalan masuk ke dalam rumah di ikutin oleh ibu Jahida menuju kamar sang anak, pak Khairul pun permisi untuk pulang setelahnya.

Bersambung...

JANGAN LUPA KOMEN, VOTE DAN FOLLOW, AYOO MARI BANTU ADMIN SUPAYA BISA LANJUTIN KARYA INI...

KALO ADA LEBIH REJEKI BOLEH DONASI KE ADMIN SUPAYA LEBIH SEMANGAT LAGI UPDATE NYA...

JANGAN LUPA JUGA FOLLOW SOSIAL MEDIA ADMIN

INSTAGRAM : @WIDASU.ID

INFORMASI!!! NANTI AKAN ADA KONTEN PREMIUM BERGENRE : NTR, GANGBANG, PEMERKOSAAN, CUKOLD DLL DARI KARAKTER YANG UDAH GW BUAT DI KARYA INI...

JADI BUAT KALIAN YANG MINAT BELI KONTEN PREMIUM GW, BISA KONTAK SOSIAL MEDIA GW ATAU KE PLATFORM SEBELAH YAITU KARYAKARSA!!!

TERIMAKASIH KEPADA PEMBACA YANG SUDAH DUKUNG KARYA INI...

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh naxxnawar12

Selebihnya
PACAR YANG TIDAK ADIL

PACAR YANG TIDAK ADIL

Fantasi

5.0

(21+ CERITA INI MENGANDUNG UNSUR DEWASA, MOHON BIJAK DALAM MEMILIH DAN MEMBACA, PASTIKAN ANDA SUDAH DEWASA DAN TAU RESIKONYA) Cerita ini merupakan cerita yang terjadi mulai aku alami ketika aku berpacaran dengan pacarku yang sekarang. Cerita yang bagiku menunjukkan betapa tidak adilnya Abidah sebagai pacar. Perkenalkan namaku Firdaus seorang cowo yang memiliki tinggi hanya 168 cm dan berat 54 kg dengan usia saat ini 22 tahun, berkuliah di salah satu universitas Islam di sebuah kota. Aku mempunyai seorang pacar bernama Abidah yang memiliki postur tinggi 152 cm dengan wajahnya cantik manis imut karena badannya yang pendek itu. Memiliki buah dada berukuran 34B. Bagiku tidak juga besar tidak juga kecil pas sekali di tangan. Kami jadian sudah 1 tahun lebih dimulai April tahun 2022. Abidah adalah teman kelasku di bangku kuliah. Akan tetapi kami baru akrab di semester 6 karena ada mata kuliah yang mengharuskan kita menjadi satu dosen bareng. maklum saat semester 1 dan 3 aku mempunyai pacar di kota asalku. bertahan hanya 16 bulan. Fyi, aku adalah seorang perantau di kota tempatku kuliah. lalu semester 4 dan 5 aku mempunyai pacar 1 tahun di bawahku. sedangkan adek tingkatku ini hanya bertahan 9 bulan. Aku menganggap Abidah adalah cewe yang polos. Siapapun yang aku tanyai pendapat tentang muka Abidah tidak ada satupun yang mengatakan dia cewe bandel atau begundal. Semua akan menjawab Abidah adalah cewe yang polos. Dan harus ku akui Abidah juga punya beberapa masa lalu yang kelam yang baru aku tau ketika fase pacaran memasuki 2 bulanan ke atas. Aku tidak masalah karena aku pun juga begitu, jadi aku anggap impas. Satu hal yang aku syukuri ketika mendapatkan Abidah, aku tidak mempunyai saingan di perantauan. Padahal muka Abidah yang cantik dan manis ini menggoda untuk didapatkan. Abidah memang memiliki kepribadian individualis, jadi dia memang suka sekali menjauh dari keramaian dan tidak banyak bicara. Berbeda dengan ku yang aktif di kegiatan organisasi dan mudah akrab dengan orang lain. Kalau Abidah jangankan aktif, ikut saja tidak. Padahal aku suka kalau pacarku aktif agar memperluas relasinya.

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

5.0

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku