Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
1.4K
Penayangan
12
Bab

Fulfi adalah wanita berusia 20 tahun yang berprofesi sebagai model. Fulfi hidup sebatang kara tanpa orang tua bahkan saudara. Fulfi merupakan pendiri sebuah yayasan wanita yang akhirnya mampu membuat banyak wanita selamat dan mampu kembali menjalani kehidupan yang normal. Fulfi mendirikan yayasan dengans sebuah alasan, dia tidak ingin ada wanita lagi yang tersiksa sepertinya. Fulfi memiliki karir yang cukup bagus di bidang modeling, dia juga wanita yang cerdas. Penderitaan itu dimulai ketika Fulfi diperkosa hingga hamil dan karirnya hancur. Banyak orang yang ingin sekali menghancurkan hidupnya bahkan tidak rela Fulfi kembali sukses dan bahagia. Dalam perjalanannya untuk bertahan hidup dan memulai karirnya kembal, dia dihadapkan dengan ancaman yang membuatnya bertemu dengan dalang di balik pemerkosaan yang menimpanya waktu itu. Bagaimanakah kisah Fulfi selanjutnya? Apakah Fulfi bisa kembali menjadi model?Apakah Fulfi mampu bertahan hidup?

Bab 1 Malam Mencekam

Fulfi, seorang wanita berusia dua puluh tahun yang berprofesi sebagai model. Malam itu, dia menghadiri peragaan busana lokal yang ada di kotanya. Malam di mana semua kesuksesan akan terenggut saat itu juga. Bahkan, wanita itu ikut terlibat.

Seseorang yang mengenakan pakaian berwarna ungu dengan sehelai cadar menutupi sebagian wajahnya, membawa sebuah minuman yang sudah dicampur dengan obat tidur. Lantas, ia menyerahkan minuman pembawa petaka itu kepada staf khusus yang menyiapkan hidangan untuk Fulfi.

Setelah acara peragaan busana selesai, sudah menjadi kebiasaan Fulfi untuk minum air karena lelah berjalan. Sang manajer yang biasa menemaninya, kebetulan sekali tidak ada di tempat karena ada sesuatu hal mendesak yang harus diselesaikan. Tiba-tiba saja, wanita itu merasakan pusing di kepalanya.

"Kenapa kepalaku sangat pusing?" Fulfi terus memijat kepalanya hingga lima menit kemudian wanita itu pun pingsan.

Saat wanita itu tersadar, kondisinya sudah berada di dalam sebuah kamar berisikan tiga pria yang sedang mabuk. Fulfi merasa sangat tidak nyaman. Rasa takut kian menyelimuti saat mereka menyergap tubuhnya, seperti binatang buas yang kelaparan.

Fulfi panik. Dia tak tahu harus berbuat apa. Tangannya terikat kuat dengan tali yang disematkan pada badan tempat tidur. Hal itu mempersulit niatnya untuk melarikan diri dari neraka yang menyamar menjadi kamar hotel itu.

"Jangan! Jangan! Jangan!" Teriakan Fulfi seakan teredam oleh waktu.

***

Sinar mentari menyelinap masuk ke sebuah ruangan yang ditempati Fulfi. Darah segar berceceran di mana-mana, membuat wanita itu kembali merasakan ketakutan yang begitu hebat. Sampai suara pintu yang didobrak berhasil mengalihkan atensinya. Syukurlah, ternyata Galdin―manajernya―yang baru saja membuat Fulfi terkejut.

"Sayang, ada apa denganmu?" tanya Galdin seraya melepas tali yang terikat di tubuh Fulfi.

Sang empu tak mampu menjawab. Fulfi menangis sejadi-jadinya sembari mendekap erat tubuh Galdin. Tak jarang, wanita yang berprofesi sebagai model itu menjabak rambutnya demi menuangkan segala rasa yang berkecamuk dalam dadanya.

"Sayang, tenangkan dirimu!" Sang manajer tampak kebingungan. Ia berusaha menenangkan Fulfi yang semakin histeris di tengah pelukannya.

"Jangan! Tidak! Jangan!"

"Kenapa? Kenapa aku begini?!"

"Tidak!"

Fulfi berteriak kala mengingat peristiwa buruk yang menimpanya semalam. Sungguh, ia tak sanggup menerima kenyataan. Kenapa? Kenapa harus dirinya yang mengalami? Tiada henti Fulfi merutuki nasib buruk pada dirinya.

"Sayang, Mbak tahu itu sulit. Tolong, tenangkan dirimu. Kamu sudah aman sekarang!" jelas Galdin. Dia masih berupaya menenangkan wanita yang ada di pelukannya kini.

Oh, Tuhan. Kenapa Fulfi bernasib seperti ini? Galdin bergumam dalam hati.

Semenjak kejadian itu, Fulfi mengalami depresi berat. Dia tidak mau keluar rumah barang sekalipun. Kesuksesan yang hampir diraih selama berkarir, seketika hancur karena kehamilannya.

***

Lima bulan telah berlalu. Kata dokter, kejiwaan Fulfi semakin hari semakin membaik. Namun, wanita itu masih sulit untuk bertemu orang lain. Dia sudah lama tinggal seorang diri, tanpa orang tua, dan tanpa saudara. Sebab, sepuluh tahun yang lalu orang tuanya meninggal dunia karena kecelakaan dan dia merupakan anak tunggal.

Fulfi tinggal di sebuah apartemen besar yang dibeli dari hasil kerja kerasnya sendiri. Meskipun karirnya hancur, sang manajer tetap setia di sisinya. Galdin mampu membiayai hidupnya dari pekerjaan sampingan, yaitu membuka toko kue di rumah.

"Bagaimana keadaan Nona Fulfi?" tanya Galdin kepada Darma, pembantu di apartemen itu.

"Dia sudah mau makan, Nona Galdin. Dia sudah tidak mengamuk dan lebih sering diam di dekat jendela," jawab Darma.

"Terima kasih, Bi." Galdin melangkah masuk ke kamar untuk menemui Fulfi yang sudah bisa diajak berbicara.

"Bagaimana keadaanmu, Sayang?" Galdin mencoba mendekati wanita itu. Lantas, mencari kursi untuk duduk di sampingnya.

"Aku baik-baik saja, Mbak." Fulfi menjawabnya dengan singkat.

Galdin tersenyum mendengar jawaban Fulfi. "Mbak hanya ingin memberitahu, tabunganmu makin hari makin menipis dan selama lima bulan ini kamu sudah tidak bekerja. Sebelum tabungan kamu habis, bagaimana jika kamu menjual apartemen ini dan tinggal di rumah Mbak?"

"Kamu bisa memulai hidup baru, Fi. Lupakan masa lalumu yang mencekam itu. Sebentar lagi kamu juga akan menjadi seorang ibu. Mbak sangat berharap kamu bisa menghirup udara bebas tanpa beban dan depresi lagi. Walaupun Mbak tahu melupakan kejadian itu adalah hal yang tersulit," imbuh Galdin.

"Mbak, keadaanku ini tidak biasa. Aku hamil di luar nikah. Apa lingkungan Mbak bisa menerima orang sepertiku?" tanya Fulfi sambil meneteskan air mata, lalu dia segera menghapusnya.

"Mbak akan bilang ke warga setempat dan menceritakan kejadian aslinya kepada mereka. Aku yakin mereka bisa menerima," jelas Galdin seraya memeluk Fulfi.

***

Akhirnya, Fulfi setuju dengan ucapan Galdin kala itu. Dia pindah ke rumah Galdin, sedangkan Darma terpaksa pulang ke kampung halamannya karena sudah tidak bekerja lagi dengan wanita itu.

Galdin memiliki toko kue yang dibangun di depan rumahnya. Wanita yang kerap disapa 'Mbak' oleh Fulfi itu ternyata sudah berkeluarga dan kini mempunyai seorang anak perempuan yang sangat lucu. Keluarga Galdin menyambut baik kedatangan wanita berbadan dua itu. Mereka selalu berusaha agar Fulfi kembali kuat menjalani kehidupan. Hingga sekarang, wanita itu mulai bisa menerima kenyataan, bahkan sudah bisa bertemu dengan orang lain.

Empat bulan kemudian, anak yang dikandung Fulfi telah lahir. Bayi itu berjenis kelamin laki-laki dan diberi nama Adi. Mantan model itu sangat menyayangi anaknya, walaupun dia harus menelan kenyataan pahit bahwa sang anak tidak memiliki ayah biologis yang jelas.

Setelah berselang satu bulan, Fulfi memutuskan untuk mencari pekerjaan karena tabungan yang dimiliki semakin habis, sedangkan kebutuhan anaknya semakin besar. Wanita beranak satu itu belum sempat berkuliah semenjak menjadi model, dia terus bekerja siang dan malam. Jadi, sekarang hanya berbekal ijazah tamatan SMA untuk mendaftar pekerjaan.

Suatu ketika, Fulfi sedang berjalan di mal. Dia membaca kertas yang berisikan informasi lowongan pekerjaan sebagai waitress yang tertempel di sebuah outlet. Hatinya seakan terluka saat tahu bahwa pekerjaan itu dikhususkan untuk wanita yang berstatus single. Fulfi sangat bingung karena statusnya masih single, tetapi dia memiliki seorang anak. Akhirnya, mantan model itu memutuskan untuk tetap membuat surat lamaran dan memasukkannya ke outlet tersebut.

Tidak hanya sampai situ saja perjuangannya. Sambil menunggu hasil, Fulfi masih terus mencari lowongan pekerjaan sesuai kriteria yang dimiliki. Sampai akhirnya, lima surat lamaran berhasil dimasukkan ke berbagai macam lowongan pekerjaan, seperti waitress, pegawai salon, penjaga toko, cleaning service, dan SPG. Fulfi tahu akan sulitnya mendapatkan pekerjaan jika sudah memiliki anak. Namun, wanita itu tidak peduli dengan syarat yang dicantumkan karena dia sangat membutuhkan pekerjaan.

Dua minggu kemudian. Apa yang Fulfi tunggu, akhirnya datang juga. Kala itu, salah satu pihak dari sebuah usaha salon meneleponnya. Dia menceritakan hal yang membahagiakan ini kepada Galdin sekeluarga. Mereka sangat beryukur mendengar kabar itu.

"Mbak, Mas, doakan aku besok pagi lolos wawancara di salon. Semoga pekerjaan ini membawa rejeki untukku dan anakku," harap Fulfi yang kini tengah menggendong anaknya yang masih bayi di samping meja makan.

"Kami ikut senang, Fi. Akhirnya, kamu bisa kembali tegar dan kuat. Mbak tahu kamu bukan wanita lemah. Kamu pasti bisa bangkit lagi. Doa kami selalu menyertaimu, Fi," kata Galdin yang sudah menganggap Fulfi sebagai adik kandungnya sendiri.

***

Pada keesokan harinya, Fulfi sudah bersiap dengan kemeja, celana panjang, serta jas hitam yang melekat di tubuhnya. Tak lupa, sepatu pantofel layaknya seorang pelamar pekerjaan.

"Mbak, aku berangkat! Titip Adi, ya, Mbak!" Fulfi melangkah pergi sambil menggigit roti isi yang disiapkan Galdin untuknya.

"Iya, Fi. Hati-hati!" sahut Galdin dengan sedikit berteriak karena Fulfi mulai menjauh dari penglihatannya. Dia sambil menggendong Adi.

Fulfi naik angkutan kota untuk sampai ke tempat wawancara karena mobilnya juga sudah dijual untuk menambal kehidupan sehari-harinya. Wajah wanita itu kembali ceria pada pagi ini. Dia sudah bisa menerima keadaannya sebagai single beranak satu.

Sesampainya di tempat wawancara. Dia bertemu dengan salah satu karyawan yang bekerja di sana. "Selamat pagi, Mbak. Saya mencari Bu Heny untuk wawancara," kata Fulfi. Karyawan itu pun mengantarkan Fulfi menuju ruangan yang dimaksud. Setelah sampai di ruangan itu, dia langsung memulai wawancara.

"Nama saya Fulfi Anastasia, usia saya 20 tahun, status saya single, tapi memiliki anak satu. Saya ingin bekerja di sini untuk menambah pemasukan sehari-hari saya." Fulfi selesai memperkenalkan dirinya.

"Kamu sudah punya anak satu? Bukankah kamu membaca di lowongan, kalau kami hanya menerima wanita berstatus single?" tanya Heny, sebagai kepala salon.

"Saya juga bingung ketika harus melamar di sini karena status saya memang masih single, tapi saya adalah korban pemerkosaan dan saya hamil karena hal itu. Apakah Ibu tidak bisa mempertimbangkan?" Fulfi memang orang yang sangat jujur dan polos.

"Jadi, begitu? Apa kamu sudah punya pengalaman untuk bekerja di salon?" tanya Heny.

"Saya belum punya pengalaman. Bukannya di situ tertulis bisa mendaftar tanpa pengalaman?" kata Fulfi.

"Iya, memang bisa. Aku hanya bertanya, karena nanti kamu akan ikut pelatihan salon. Jadi, kamu bisa belajar mencuci rambut, mengecat rambut, dan lain-lain," jelas Heny.

"Apakah ini berarti saya diterima, Bu?" tanya Fulfi dengan raut wajah bahagia.

"Iya, kamu diterima. Aku sangat berharap kamu bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan baik. Kamu bisa ikut pelatihan mulai hari ini. Nanti kamu akan diajarkan oleh beberapa senior di sini. Sekarang ikut aku!" perintah Heny sambil mengajak Fulfi untuk berkenalan dengan semua karyawan.

Hati Fulfi sangat bahagia. Dia bekerja dengan penuh semangat, walaupun harus melewati masa pelatihan selama satu minggu. Akan tetapi, Fulfi tetap bersyukur.

Fulfi bekerja delapan jam dalam sehari. Dengan pendapatan sebesar dua juta per bulan. Di kota, penghasilan segitu masih terbilang sangat kecil, tetapi Fulfi tetap mengerjakan pekerjaannya dengan penuh semangat. Setelah selesai bekerja, wanita itu langsung pulang ke rumah.

"Mbak, aku pulang!" seru Fulfi sambil melepas sepatu, lalu membawanya ke dalam.

"Gimana, Fi. Sukses wawancaranya?" Galdin tampak begitu penasaran.

"Iya, Mbak. Aku diterima bekerja di sana! Lumayan, aku dapat pelatihan salon juga!" jelas Fulfi dengan wajah yang sangat cerah.

"Syukurlah. Semangat, ya! Bekerja dengan baik. Mbak akan bantu mengurus Adi. Dia anak yang baik, kok." Galdin sangat bahagia mendengar kabar itu.

"Mbak, aku sangat lelah. Aku ke kamar dulu, ya," ujar Fulfi.

"Iya, Sayang. Sambil kamu istirahat, Mbak akan siapkan makan malam dulu. Kalau sudah selesai, nanti Mbak akan panggil kamu," jelas Galdin.

"Oke, Mbak." Fulfi pergi ke kamar dan bersiap-siap untuk mandi.

Setelah selesai mandi, Fulfi membawa Adi ke kamarnya untuk disusui. Wanita itu sambil merebahkan badannya yang sudah lelah bekerja seharian.

"Sayang, Mama sudah dapat pekerjaan. Kamu bisa beli baju baru dan beli susu formula jika mama bekerja. Doakan mama, ya, Sayang. Semoga semuanya lancar." Fulfi mencium anaknya itu, lalu tertidur.

"Fi, makan malamnya sudah siap!" Galdin membangunkan Fulfi yang sedang tidur. Adi pun ikut terlelap di samping mamanya.

Mendengar suara itu, Fulfi pun terbangun. Kemudian, dia menggendong sang anak untuk dipindahkan ke boks bayi, lalu pergi menuju meja makan untuk makan malam.

Fulfi beserta Galdin sekeluarga membicarakan tentang pekerjaan baru wanita itu di salon tadi. Betapa bahagianya mereka melihat Fulfi sudah kembali bersemangat untuk melanjutkan hidupnya yang sempat terpuruk.

Waktu sudah larut malam, keluarga itu kembali tidur untuk menyambut esok hari.

***

Fulfi masih menjalani proses pelatihan salon di hari kedua. Dia sudah menguasai cara mencuci dan mengeringkan rambut. Diam-diam, ibu muda beranak satu itu belajar untuk menata rambut wanita setelah dikeringkan.

Setelah satu minggu lamanya, Fulfi sudah boleh mengambil pelanggan untuk dilayani. Dia sudah ahli di bidang mencuci, mengecat, mengeritingi, meng-creambath, dan menata rambut. Baru bekerja sehari saja, sudah banyak pelanggan yang merasa puas dengan hasil tatanan rambutnya. Mereka sering memberikan bonus kecil kepada Fulfi.

Rasa syukur selalu Fulfi panjatkan setiap hari. Namun, keberhasilannya tak jarang menuai kendala ketika salah seorang karyawan bernama Juli sangat iri dengan hasil kerjanya. Kala itu, Fulfi mendapatkan salah seorang pelanggan creambath. Tiba-tiba saja, saat proses steam, Juli menaikkan suhunya diam-diam. Sontak, pelanggan itu pun teriak- teriak karena kepanasan. Fulfi mendapatkan komplain habis-habisan dari pelanggannya setelah itu.

"Kerjamu sangat tidak becus. Lihat kulit kepala saya jadi merah!" protes tante-tante itu sambil menunjukkan kepalanya.

Heny, kepala salon itu langsung menemui pelanggannya untuk meminta maaf karena peristiwa tersebut. Alhasil, Fulfi dihukum dengan gajinya yang akan dipotong sebesar lima puluh persen untuk bulan ini. Juli melihat hal itu jelas sangat senang.

Perasaan suhu yang aku gunakan standar. Kenapa berubah menjadi tinggi? batin Fulfi terheran-heran. Dia merasa ada yang aneh dengan kejadian itu.

Fulfi begitu penasaran, tetapi dia tidak terlalu menggubris hal itu dan memilih untuk kembali melanjutkan pekerjaannya. Para pelanggan selalu senang dengan pekerjaan yang dilakukan Fulfi. Hal itu pun membuat Juli semakin geram.

Nyatanya, Juli tidak akan pernah tinggal diam. Dia selalu membuat Fulfi menderita di tempat kerja selama berbulan-bulan. Sampai suatu ketika, Fulfi merasa setiap kejadian ini bukan karena ulahnya. Mantan model itu pun menceritakan kejadian yang menimpanya kepada kepala salon, lantas meminta Heny untuk melihat CCTV di salon itu. Keduanya sempat terkejut melihat rekaman CCTV itu.

"Jadi, selama ini bukan kamu pelakunya?" tanya Heny memandang Fulfi.

"Memang bukan saya, Bu. Sebenarnya, saya ingin bilang sejak dulu, tapi saya cukup lelah difitnah. Hanya saja saya tidak tahu siapa pelakunya. Saya semakin penasaran, makanya saya minta tolong Ibu untuk melihat CCTV," jelas Fulfi.

"Jika begitu, aku akan kembalikan gajimu yang dipotong selama beberapa bulan ini. Aku akan menyelidiki lewat polisi saja. Biar anak itu kapok dan tidak mencari masalah lagi. Maafkan aku, Fulfi. Aku suka hasil kerjamu. Sempat ragu, apa iya kamu memang melakukan itu?" kata Heny.

"Tidak apa-apa, Bu. Saya bisa mengerti. Terima kasih banyak, ya, Bu, untuk pengembalikan gajinya. Saya sangat membutuhkan itu," ujar fulfi sedikit lega dengan permasalahan ini.

Keesokan harinya, pihak kepolisian mendatangi salon itu untuk membawa Juli ke kantor polisi agar bisa diperiksa. Heny membawa barang bukti berupa CCTV yang sudah disalinkan rekamannya ke flashdisk.

"Kamu berani-beraninya melaporkan aku, Fulfi. Kamu memang sangat kurang ajar!" Juli berkata dengan raut wajah yang sangat marah. Kedua tangannya diborgol.

"Kami akan bawa Saudari Juli ke kantor polisi. Selamat siang, Bu Heny," ucap polisi itu berpamitan.

Sore itu hujan turun cukup deras. Tiba-tiba, ada seorang pelanggan mengendarai mobil merah berhenti di depan salon.

Sepertinya, mobil ini familiar, batin Fulfi sambil menyapu lantai salon.

"Tidak salah lagi. Itu pasti dia!" Fulfi mengingat orang itu.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Valen Ash1

Selebihnya
Comeback With You

Comeback With You

Lainnya

5.0

Terjerat hutang yang membawa seorang Gadis bernama Laluna berhadapan dengan sindikat perdagangan manusia yang ada di Nepal. Selama sepuluh tahun sejak Laluna masih belajar di sekolah menengah pertama pergi dari negara asalnya Tanpa bisa kembali ke negaranya lagi. Dia adalah seorang gadis yang dulunya tinggal disebuah desa kecil di Utara Indonesia. Kekelaman masa mudanya itu membawanya pada kehidupan baru yang menghilangkan kesan feminim dan ramah di dalam dirinya. Usianya sekarang sudah menginjak 22th Dia tumbuh menjadi seorang wanita yang sangat cantik tapi sangat tomboy, Dia bisa keluar dari perbudakan dan dunia prostitusi tapi akhirnya membawanya menjadi seorang wanita kriminal. Keadaan ini memang bukan sebuah pilihan, karena hanya ada dua pekerjaan untuk bisa bertahan hidup disana. Sebagai pencuri atau Wanita penghibur karena dia tumbuh tanpa pendidikan dan dia memilih yang pertama untuk mendapatkan banyak uang demi keluarganya sekaligus demi sebuah keinginan untuk pulang dan menyelamatkan semua teman-teman yang berangkat bersamanya. Sampai akhirnya seorang Tentara tidak sengaja datang pada sebuah pesta pora Di Nepal. Dia adalah utusan dari Indonesia untuk menyelamatkan para budak dan wanita penghibur yang terjebak di Nepal dengan cara menyamar. keduanya bertemu dalam satu misi yang sama untuk pulang ke Negara asal dan mereka berdua saling jatuh cinta. Keberanian mereka berdualah yang membuat mereka bisa kembali pulang dan membawa puluhan orang yang menjadi korban kekejaman perdagangan manusia ini. Bagaimanakah perjuangan mereka?

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku