Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
UNDER PINK MOONLIGHT

UNDER PINK MOONLIGHT

Adiatamasa

5.0
Komentar
4.1K
Penayangan
49
Bab

Sofia, gadis polos dari Kota kecil harus tinggal bersama ketiga sepupunya bernama Max, kaileen, dan Sean karena keadaan. Mereka memperlakukan Sofia dengan sangat baik. Namun, Sofia tidak tahu bahwa ketiganya memiliki kutukan selalu menyukai wanita yang sama. Kebersamaan mereka membuat Max, kaileen, dan Sean jatuh cinta pada Sofia. Lariette, Ibu Max, Kaileen, dan Sean pun meminta Sofia menerima ketiganya dan melahirkan anak perempuan agar kutukan itu berakhir. Lariette dan Sofia membuat kesepakatan. Sofia menghadapi Max, Kaileen, dan Sean setiap hari dengan sabar untuk memenuhi janjinya. Namun,ketika Sofia sudah mewujudkan keinginan Lariette, Lariette berkhianat dan ingin mencelakakan Sofia

Bab 1 Part 1

Hujan begitu deras. Angin berembus kencang dan beberapa ranting pohon patah. Jarak pandang pengendara sangat dekat. Oleh karena itu tidak ada orang berkendara yang lewat. Semua orang memilih untuk diam di rumah. Namun, seorang gadis dengan gaun selututnya yang lusuh berjalan dengan sekuat tenaga. Di tangannya ada tas besar berisi pakaian yang sudah pasti ikut basah terkena hujan. Meskipun ia kedinginan, ia terus berjalan menuju sebuah rumah.

Ia meletakkan tasnya di lantai depan pintu. Teras rumah membuatnya tidak terkena hujan. Ia bisa bernapas lega. Setidaknya ia sudah tiba pada tujuan. Untunglah alamat ini tidak sulit dicari sesuai dengan instruksi orang yang ditanyainya di jalan sebelum hujan.

Gadis bernama Sofia itu menekan bel sembari menggigil. Ia menunggu beberapa saat, tidak ada jawaban sama sekali. Wanita itu menarik napas panjang. Ia mencoba menekan sekali lagi. Mungkin saja penghuninya tidak mendengar bunyi bel. Atau bisa saja di rumah ini memang tidak ada orang sama sekali. Sofia mematung. Air menetes dari gaunnya membasahi teras rumah tersebut.

Pintu rumah terbuka. Pria dengan celana pendek biru muda dan hodie hitam muncul. Ia terlihat bingung melihat ada wanita di teras rumahnya.

"Kau kehujanan?" tanyanya langsung.

Pria itu berpikir kalau gadis tersebut sedang menumpang berteduh.

Sofia mengangguk."Iya."

"Tidak apa-apa, kau boleh berteduh sampai hujan reda. Tapi, kau basah~kau boleh masuk untuk mengeringkan badan."

Melihat keramahan pria tersebut Sofia menjadi bingung. "Ehmm~sebenarnya tujuanku memang ke rumah ini."

Pria itu tertegun."Ke rumah ini? Kau mencari siapa?"

"Maximillan,Kaileen, dan~Sean."

Kening pria itu mengkerut."Tapi, aku tidak mengenalmu. Kau siapa? Lalu, kenapa mencari kami?"

"Namaku Sofia Miller. Katanya aku masih memiliki kekerabatan dengan kalian. Aku juga tidak tahu pasti, tapi, aku~" Ucapan Sofia terhenti karena ia merasakan tubuhnya membeku.

Pria itu adalah Maximillan. Ia langsung menyadari bahwa Sofia kedinginan. Sungguh tega ia membiarkan gadis itu berdiri cukup lama."Ah, masuklah lebih dulu." Max meraih tas Sofia yang basah lalu membawanya ke ruang laundry. Ia segera memasukkan semuanya ke mesin pengering.

"Oh, ya, Sofia~kau harus mengeringkan tubuhmu dan berganti pakaian. Setelah itu baru kita bicara." Max tidak tega melihat wanita terlihat menderita. Apa lagi wajah Sofia terlihat sangat polos.

"Baik terima kasih."

"Ini pakaian Ibuku, pakai saja." Max menyerahkan gaun hitam milik ibunya yang tertinggal di ruang laundry. Tak lupa ia memberikan handuk baru.

Sofia bergegas mengeringkan tubuh dan mengganti pakaiannya sebelum sekujur tubuhnya membeku. Sementara itu, Max menyiapkan minuman hangat dan cemilan untuk tamu tidak diundang tersebut.

Sofia kembali dengan wajah pucatnya karena kedinginan. Ia melihat Max sedang menyajikan minuman hangat.

"Silakan duduk, Sofia."

Sofia duduk dengan hati-hati."Terima kasih, maaf merepotkanmu. Siapa namamu? Maksudku, kau ini Max, Sean, atau Kaileen?"

"Namaku Max, aku anak tertua di rumah ini. Minumlah dulu." Max menyerahkan secangkir cokelat hangat.

Sofia menyesapnya. Suasana hatinya langsung menghangat bersama dengan sekujur tubuhnya."Terima kasih."

"Sekarang ceritakan kenapa kau datang ke sini mencari kami?"

"Ayahku meninggal dan aku tinggal bersama Ibu tiriku. Lalu, dia menikah lagi dan aku diminta untuk pergi. Karena aku sebatang kara, salah satu tetanggaku menyuruhku mencari keluarga dari Ibuku. Mereka memberi tahu alamat ini."

"Kau ini~" Max berusaha mengingat siapa saja keluarga Ibunya.

"Kita mungkin tidak saling kenal. Ibuku juga tidak pernah memperkenalkan keluarganya padaku,"kata Sofia dengan ragu. Cerita yang ia bawa akan sulit dipercaya.

"Aku akan menghubungi Ibuku untuk memastikan. Kau tunggu di sini, ya? Nikmati minuman dan makanan ini." Max bangkit untuk mengambil ponselnya.

Sofia duduk terdiam cukup lama karena Max tidak kunjung muncul. Ia mulai merasa tidak nyaman. Seharusnya ia memilih tinggal sendirian saja. Namun, ia tidak memiliki apa pun yang bisa ia gunakan untuk hidup sendiri.

"Sofia~" Max muncul sembari tersenyum lembut.

"Max~apa Ibumu memberi tahu sesuatu?"tanya Sofia penuh harap.

Max mengangguk."Iya. Ibuku tinggal di tempat yang jauh dari sini. Dia datang sesekali menjenguk kami. Ibuku mengenalmu, Sofia. Jadi, kau memang anggota keluarga kami. Maaf kalau aku tidak mengenalmu sebelumnya."

Sofia mengembuskan napas lega. Perjalanannya yang panjang tidak sia-sia."Apa aku bisa bertemu dengan Ibumu?"

"Dia sedang melakukan perjalanan. Dia akan datang bulan depan. Tetapi, kau tidak perlu khawatir karena kami akan mengurus segala keperluanmu,"kata Max.

"Jadi, apa maksudnya?"

"Mulai sekarang kau akan tinggal di rumah ini bersama kami. Jadi, kau tidak perlu khawatir dengan rasa kesendirianmu."

Sofia merasa sedikit aneh karena Max menerimanya begitu saja tanpa banyak bertanya lagi. "Terima kasih, maaf telah merepotkanmu."

Max bangkit, kemudian menuju sebuah pintu."Ini adalah kamar tamu. Untuk sementara ini kamarmu, ya. Memang kecil, tapi, ini nyaman untuk istirahat."

"Tidak masalah. Jika ada kamar di belakang juga aku tidak masalah,"kata Sofia sungkan. Tiba-tiba saja Max berubah menjadi sangat baik padanya, walaupun sejak ia datang pria itu sudah sangat baik.

"Tidak, Sofia. Ini adalah kamarmu. Kau boleh istirahat sekarang."

Sofia mengangguk dengan penuh rasa sungkan. "Nanti saja. Di mana Kaileen dan Sean?"

"Mereka sedang sibuk, jadi, hanya ada aku di rumah ini. Mereka akan segera kembali. Aku akan memperkenalkannya denganmu nanti." Max menghampiri Sofia dan memegang tangannya,"tanganmu dingin sekali, ayo istirahat saja."

"Tap-tapi," Sofia tidak kuasa menolak. Ia memang sedang kedinginan sekaligus kelelahan akibat perjalanan panjang. Namun, ia merasa tidak enak hati jika ia langsung istirahat. Ia adalah tamu di rumah ini.

Max menepuk ranjang yang empuk."Kebetulan sekali seisi rumah baru dibersihkan. Sepertinya semesta sudah tahu kau akan datang. Berbaringlah."

Sofia menatap Max dengan bingung. Karena Sofia mematung di tempat, pria itu segera menarik Sofia dan membaringkannya. Setelah itu ia menyelimuti Sofia. Selimut tebal dan halus itu mampu menghangatkan tubuh Sofia seketika.

"Terima kasih, Max, tubuhku sudah mulai hangat."

Max duduk di sisi ranjang."Syukurlah kalau begitu. Kau bisa langsung istirahat."

"Tapi, kenapa? Maksudku, aku baru datang. Aku ini orang asing. Kenapa kau memperlakukanku dengan sangat baik. Padahal ini pertemuan pertama kita."

"Ibuku sudah konfirmasi bahwa kau adalah

keluarga Ibu. Ya status kita adalah saudara sepupu. Selain itu, Ibu yang memintaku menjagamu dengan sebaik-baiknya. Entahlah, aku juga tidak tahu kenapa. Hanya saja, aku tidak pernah membantah Ibu. Jadi, kau tidak perlu mempertanyakan hal ini,"jelas Max sembari mengusap-usap tangan Sofia.

"Terima kasih." Sofia menatap Max lekat-lekat. Rasanya seperti mimpi ia bisa bernapas dengan tenang di bawah rumah yang nyaman. Meskipun ini sedikit membingungkan, Sofia berusaha menerima apa pun yang terjadi. Ia harus mensyukurinya.

"Tidurlah yang nyenyak. Aku akan datang lagi nanti kalau kau sudah bangun."

"Baik." Sofia ingin terpejam ketika Max sudah pergi. Namun, rasa kantuk melandanya. Dalam hitungan detik pandangannya terasa gelap dan ia pun tidur.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Adiatamasa

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku