Demi menyenangkan hati ibunya yang selalu mendesaknya agar segera menikah, Aliya akhirnya memutuskan untuk menyewa jasa seorang gigolo dan diperkenalkan kepada ibu dan keluarganya sebagai kekasihnya. Tapi siapa sangka jika sang ibu terkesan dengan sikap baik pria yang diperkenalkan oleh Aliya, lalu meminta putrinya untuk segera menikah dengan gigolo yang bernama Hanan tersebut. Apa yang akan terjadi berikutnya? Apakah Aliya akan menikah dengan Hanan? Apakah ibu Aliya akan tahu tentang kebohongan putrinya? Dan masa lalu seperti apa yang disembunyikan oleh Hanan kepada Aliya? Temukan jawabannya dalam MENIKAHI SEORANG GIGOLO
"Mama ingin kamu menikah secepatnya dengan Hanan. Apa kamu tega membuat adikmu menjadi perawan tua sepertimu, hanya karena menunggumu menikah terlebih dulu?" Ucapan ibunya yang sangat menohok membuat Aliya sangat terkejut dengan wajah memerah.
Bagaimana bisa dirinya bisa menikahi seorang gigolo yang sengaja disewanya untuk berpura-pura menjadi pacarnya? Tidak mungkin ia menarik kembali ucapannya dan mengatakan pada ibunya bahwa Hanan sebenarnya bukanlah kekasihnya, melainkan gigolo yang ia sewa untuk membohongi kedua orang tua serta semua orang.
"Tapi, Ma ...." Baru saja Aliya hendak melayangkan protes, sang ibu langsung menyela.
"Tidak ada tapi tapian! Memangnya apa lagi yang kamu pikirkan? Bukankah kalian sudah lama kenal? Dan Mama lihat, Hanan adalah pria yang baik dan sopan. Dan dia juga mempunyai pekerjaan yang mapan," tukas Dinda, ibu Aliya.
What?! Pekerjaan mapan? Andai saja ibunya tahu pekerjaan apa yang sebenarnya digeluti oleh Hanan, entah apa yang akan dilakukan oleh wanita itu terhadapnya yang sudah membohongi dirinya.
Kini Aliya benar-benar terjebak ke dalam perangkap yang ia siapkan sendiri. Dan ia tidak tahu bagaimana melepaskan diri dari perangkap tersebut.
***
BEBERAPA HARI YANG LALU
Aliya menatap pria yang berdiri di depan pintu apartemennya dari atas hingga ke bawah. Pria dengan tinggi hampir 180 centimeter dan tubuh yang sedikit kekar itu terlihat sangat gagah. Pakaian yang dikenakannya membuat pria itu terlihat macho. Sebuah jaket kulit warna dark brown yang menutupi sebagian kaos press body warna hitam yang memperlihatkan lekuk dada dan perutnya yang terlihat liat, serta celana jeans warna broken blue menambah kesan manly.
Rahang tegas yang dihiasi bulu-bulu tipis juga tampak menutupi dagu serta bagian atas bibirnya yang berwarna merah alami. Hidung tegak dan juga lancip serta mata tajam yang berhiaskan bulu mata yang tidak terlalu lentik menambah sempurna penampilannya. Untuk sesaat Aliya terpukau dengan penampilan pria tersebut.
"Boleh saya masuk?" Pria itu bertanya dengan suara bariton-nya, hingga membuat Aliya seketika menjadi gugup.
"Si-silahkan!" Aliya mempersilahkan pria tersebut untuk masuk ke dalam apartemennya.
Aroma wangi maskulin yang samar tercium saat pria itu melintas di samping Aliya, sungguh sesuatu yang memabukkan dan pastinya membuat para wanita terhipnotis. Lalu Aliya segera menutup pintu apartemen begitu pria tersebut masuk ke dalam apartemen.
Sembari berjalan, pandangan pria itu tampak menelisik ke setiap sudut apartemen Aliya. Lalu pria itu melepas jaket yang dikenakannya kemudian menggantungnya di sandaran sofa. Kemudian ia duduk di sofa yang ada di ruang tamu apartemen Aliya yang tidak terlalu luas. Tapi terlihat sangat mewah dengan desain minimalis modern.
"Apa kita bisa memulainya sekarang? Dimana kamu ingin kita melakukannya? Di kamar atau di sini saja?" Tanpa basa-basi pria itu bertanya seraya menatap dengan lekat wajah Aliya, dan senyuman tipis tampak tersemat di bibir merah pria tersebut.
Wajah Aliya seketika berubah merah. Kegugupan dan rasa malu tampak jelas dari sikap dan juga wajahnya.
Pria itu yang menyadari jika ini adalah yang pertama kalinya untuk Aliya, segera bangkit dari duduknya lalu perlahan berjalan mendekati wanita berusia dua puluh sembilan tahun tersebut. Lalu pria itu mengulurkan tangannya menangkup pipi Aliya untuk mengusir kegugupan wanita itu.
"Relax, okay." Pria itu coba menenangkan Aliya seraya menatap kedua netra Aliya dengan lekat untuk menyalurkan kehangatan lewat sorot matanya.
Entah kenapa tatapan pria itu seakan mampu membius Aliya. Wanita itu merasa sedikit lebih tenang setelah ia membalas tatapan pria tersebut. Lalu perlahan pria itu memajukan wajahnya dengan tatapan mata yang terarah pada bibir tipis Aliya yang berwarna pink tanpa polesan lipstik. Tapi sebelum bibir pria tersebut sempat mendarat pada bibirnya, Aliya segera tersadar lalu mendorong tubuh pria tersebut agar menjauh darinya.
Pria itu mengernyit. Ia tidak mengerti kenapa Aliya tiba-tiba saja mendorongnya.
"What happened?" Pria itu meminta penjelasan seraya menatap kedua netra Aliya dengan tajam.
"Maaf ... tapi aku menyewa jasamu bukan untuk ini." Dengan suara pelan Aliya coba mengungkapkan alasannya.
Kening pria itu semakin mengerut dan tidak mengerti dengan perkataan Aliya. Sebab yang ia tahu, pekerjaan seorang gigolo ialah untuk melayani pelanggan yang menyewa jasanya dan membuat mereka puas di atas ranjang.
Ya, Aliya memang sengaja memesan jasa seorang gigolo secara online. Setelah melihat foto-foto beberapa gigolo yang terpajang dalam sebuah situs, akhirnya pilihan Aliya jatuh kepada Hanan, pria yang kini ada di hadapannya.
"Bisakah kita duduk dulu? Aku akan jelaskan padamu alasan aku menyewa jasamu," pinta Aliya agar Hanan paham dengan tujuan dirinya menyewa jasa pria tersebut.
"Baiklah." Hanan menyetujui permintaan Aliya lalu mempersilakan Aliya untuk duduk terlebih dulu.
Dengan kepala tertunduk dan jari saling memilin, Aliya coba mengusir perasaan gugup yang kini tengah dirasakannya.
"Maaf jika pekerjaan yang akan aku berikan padamu sama sekali tidak sesuai dengan pekerjaan yang biasa kamu lakukan selama ini." Aliya mengawali penjelasannya.
Hanan hanya diam seraya menatap wajah Aliya tanpa berniat menyela perkataan wanita cantik yang ada di hadapannya. Ia hanya menunggu Aliya melanjutkan penjelasannya.
"Aku ... terpaksa melakukan hal ini karena aku tidak mempunyai pilihan lain," lanjut Aliya.
"Hari ini adalah hari pernikahan sepupuku. Seluruh keluarga besar akan hadir pada pesta pernikahan tersebut. Begitupun orang tuaku. Dan diantara anak-anak dari keluarga Mama, hanya akulah yang belum menikah. Karena itulah aku ingin kamu menemaniku datang ke pesta itu dan berpura-pura sebagai pacarku," jelas Aliya kemudian menghembuskan nafas lega karena sudah mampu menjelaskan apa tujuannya menyewa jasa Hanan.
Kedua sudut bibir Hanan tampak terangkat. Meskipun hal ini di luar ekspektasinya, tapi pria itu sama sekali tidak merasa keberatan dengan permintaan Aliya. Hanya saja ia merasa aneh dengan permintaan wanita tersebut.
"Kenapa harus repot-repot menyewa jasa seorang gigolo hanya untuk menjadi pacar pura-pura? Kenapa tidak meminta tolong saja pada temanmu agar mau berakting di depan keluargamu?" Hanan bertanya untuk menepis sesuatu yang mengganjal pikirannya.
"Aku tidak punya banyak teman. Bahkan mungkin bisa dibilang aku tidak memiliki teman sama sekali. Dan itu disebabkan oleh kepribadianku yang introvert. Aku sulit untuk bergaul dan menerima kehadiran orang-orang baru dalam kehidupanku." Aliya menjawab pertanyaan Hanan dengan tatapan yang tampak menerawang dan raut wajah yang terlihat sedih.
Hanan mengernyit. Diperhatikannya wanita yang ada di hadapannya itu dari atas hingga bawah. Rasanya sulit untuk dipercayai jika wanita secantik Aliya adalah seorang wanita single. Ia yang sudah beberapa tahun malang melintang di dunia hitam bisa merasakan jika Aliya sama sekali tidak memiliki pengalaman dalam hal percintaan. Ia bahkan bisa merasakan tubuh Aliya yang gemetaran saat ia menyentuhnya. Bahkan tubuh wanita itu meremang dengan bulu-bulu halus di tubuhnya yang tiba-tiba berdiri ketika kulit tubuh mereka bersentuhan.
"Okay ... I see. Lantas apa yang harus aku lakukan dan aku katakan ketika kita bertemu dengan keluarga besarmu?" Hanan berujar.
Kedua netra Aliya sontak berbinar mendengar ucapan Hanan. Pertanyaan pria itu secara tidak langsung menandakan bahwa dia telah menyetujui keinginannya.
"Nanti di mobil aku akan menjelaskan padamu apa saja yang harus kamu katakan pada mereka, jika mereka bertanya tentang hubungan kita. Tapi sekarang aku harus segera bersiap-siap. Karena perjalanan kita sangat panjang, kurang lebih tiga jam," tukas Aliya lalu bangkit dari duduknya hendak pergi ke kamar untuk mengganti pakaian.
"Wait a minute!" Seruan Hanan menghentikan langkah Aliya. Lalu wanita itu membalikkan tubuh menatap Hanan.
"Apakah kita akan lama disana dan harus menginap? Soalnya aku tidak membawa pakaian ganti. Dan aku rasa pakaian yang aku kenakan ini tidak tepat untuk menghadiri acara pesta pernikahan." Hanan mengatakan apa yang mengganggu pikirannya seraya menunjuk pakaiannya.
"Tidak masalah, kita akan mampir ke pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa potong pakaian untukmu," sahut Aliya lalu melanjutkan langkahnya menuju kamar.
Dalam perjalanan menuju kota Bandung, Aliya menjelaskan kepada Hanan yang mengemudikan mobil, tentang apa saja yang harus pria itu katakan pada keluarga besarnya, terutama ibunya yang seorang perfeksionis. Sang ibu yang sangat tegas dalam mendidik Aliya serta adik perempuannya, dan selalu menuntut anak-anaknya untuk melakukan yang terbaik dalam kehidupannya. Begitupun dengan jodoh. Karena itulah Aliya memilih Hanan, karena menurutnya pria itu secara fisik sangat sempurna. Hanya pekerjaan yang dilakukan pria tersebut terbilang hina di mata sebagian orang. Oleh sebab itu Aliya meminta Hanan untuk mengatakan pada keluarganya bahwa dia bekerja di perusahaan yang sama dengan Aliya. Dan disanalah awal pertemuan mereka.
Setelah hampir tiga jam perjalanan, mereka berdua tiba di sebuah hotel berbintang tempat berlangsungnya pesta. Hotel yang merupakan milik keluarga besar dari ibunya.
Hanan yang tengah menjalankan perannya sebagai kekasih Aliya, langsung menggenggam tangan Aliya begitu mereka keluar dari mobil dan berjalan bersisian. Tangan Aliya seketika terasa basah oleh keringat dingin akibat genggaman tangan Hanan.
Kedua sudut bibir Hanan terangkat dan membentuk lengkungan tipis saat menyadari betapa gugupnya Aliya saat di sentuhnya. Membuat pria itu berniat menggoda Aliya dengan melepaskan genggaman tangannya lalu merengkuh pinggang ramping Aliya agar semakin merapat kepadanya. Dan benar saja. Semburat merah sontak menghiasi wajah wanita tersebut. Membuat Hanan tidak tahan untuk tidak tersenyum.
Saat hendak memasuki ballroom, tempat berlangsungnya pesta, tanpa sengaja tubuh Hanan bertabrakan dengan seorang wanita hingga membuat dirinya segera merengkuh lengan wanita tersebut agar tidak terjatuh. Tapi sejurus kemudian wajah Hanan berubah tegang dengan rahang yang tampak mengeras. Begitupun dengan wanita yang lengannya ia genggam. Wanita itu tampak terkejut melihat wajah Hanan.
Buku lain oleh Rin_Rien
Selebihnya