Mafia dalam penjara

Mafia dalam penjara

ernialasgari

5.0
Komentar
294
Penayangan
30
Bab

Cerita ini mengisahkan seorang narapidana yang merasa aneh dan heran dengan situasi yang ada dipenjara, tempat dimana dia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. Lalu, ada apa sebenarnya di penjara itu? Simak sampai tamat yah,,,,!

Bab 1 Jeritan

Jeritan

Tiba tiba aku terperanjat kaget saat sedang menikmati terlelapku menuju alam mimpi.

Karena mendengar suara jeritan kesakitan disudut lorong sebuah ruangan berjeruji besi.

" arrkh.... Sakit... Sakiiit... "rintihnya

" jangan... Jangan lakukan itu"

Teriaknya sambil menangis kesakitan.

Aku semakin kaget dan seketika itu juga rasa kantukku langsung hilang.

Aku jadi penasaran apa yang terjadi dan siapa yang menjerit jerit kesakitan itu.

Aku segera membangunkan temanku yang sedang tidur di sebelahku.

Tampaknya dia sama sekali tidak terganggu dengan suara jeritan itu,

Atau,,, seperti yang sudah bisa kuduga, dia hanya berpura-pura tidak mendengarnya.

"hei.. Hei... Bangun! Ayo bangun!." Kataku sambil menepuk nepuk kedua kakinya.

Tapi dia sama sekali tidak membuka matanya.

Aku goyangkan badannya berkali kali pun dia tetap tidak mau bangun.

"kau ini tidur atau pura-pura tidur! " Bentakku

Tapi tetep saja dia tidak mau bangun.

Akhirnya aku turun dari ranjang tempat tidurku untuk mencari tahu sendiri apa yang sedang terjadi.

" hei,,,, kau dengar tidak orang yang menjerit jerit itu?"

Tanyaku kepada orang di sebelah ruangan sel ku, yang kayaknya dia juga sedang mencari tahu apa yang sedang terjadi.

"Kurang tahu,, tapiii,, kita lihat saja besok atau lusa, paling seperti biasa"

Katanya dengan raut muka sedikit cemas tapi dia berusaha untuk tenang.

"sudah... Kau tidur lagi saja, kita tidak akan dapat informasi apa apa kalau hanya berdiri disini.

Nanti kita biasanya dapat berita ini itu kalau lagi pas kumpul kumpul,

Sudah...! Tidur lagi sana!

Lagian yang lain juga pada tidur...!" Katanya sambil naik lagi keatas ranjang tempat tidurnya.

Aku tetap penasaran apa yang sedang terjadi.

aku ingin bertanya pada orang-orang yang lainnya tapi seperti yang dibilang teman di sel sebelahku, semuanya pada tidur pulas atau lebih tepatnya seolah-olah pada tertidur pulas.

Aku semakin tidak mengerti dengan situasi ini.

kadang aku sering merasa aneh bahkan heran dengan orang-orang di penjara ini, tempat di mana aku harus mempertanggungjawabkan perbuatan ku.

karena hampir di setiap situasi, situasi apapun itu, mereka lebih memilih untuk tutup mulut, berpura-pura tidak tahu bahkan terkesan acuh.

walaupun ada di antara mereka yang teraniaya, terluka, menderita, atau bahkan jadi orang stress.

Mereka tetap bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

pernah aku melihat salah seorang dari mereka tangannya di perban dan merintih menahan kesakitan selama berhari-hari, tapi semua orang hanya acuh.

Dan jikapun ada yang melihat, dia hanya melihat sekilas lalu segera memalingkan muka dengan berpura-pura bersikap tenang dan tidak peduli.

seolah-olah raut muka mereka menggambarkan bahwa apa yang terjadi jangan sampai terjadi pada diri mereka, dan mereka akan melakukan apapun supaya mereka bisa selamat dan tidak mengalami hal yang sama seperti yang dialami teman satu penjara nya itu.

Begitulah kira-kira situasi yang kualami sekarang, sejak aku mendekam di penjara beberapa tahun yang lalu.

Memang tidak semuanya bersikap seperti itu. ada beberapa diantara mereka yang menunjukkan rasa kepedulian nya, rasa ibanya dan simpatinya.

Tapi itu pun hanya sebatas kata-kata supaya bersikap sabar dan menerima apa yang sudah terjadi sebagai bagian dari konsekuensi hidup di penjara.

yah.. penjara yang paling aneh, dan yang paling tidak kumengerti dengan situasi dan kondisi yang ada di dalamnya.

Karena hampir semua orang-orang yang mengalami penderitaan, entah itu penyiksaan, kelaparan bahkan sampai pemotongan anggota tubuh pun tidak ada yang memperdulikan nya.

dan semuanya bersikap seolah-olah tidak terjadi sesuatu apapun termasuk dengan teman satu sel ku.

Bahkan menurutku dialah yang paling acuh dan cuek diantara semuanya.

paling tidak punya kepedulian termasuk dengan diriku yang menjadi teman satu selnya.

Pernah aku bertanya kepadanya tentang sikapnya yang seperti itu, dan itu ku tanyakan berulang-ulang karena orangnya tidak juga mau menjawab.

Dan akhirnya dia mau bicara setelah aku mengancam akan membunuhnya.

"Supaya aku selamat sampai waktunya aku bebas nanti,,,, dan kuharap kau juga seperti itu." bisiknya ke telingaku.

Sebuah jawaban yang menurutku sangat menyebalkan, egois, sebuah jawaban yang menggambarkan sifat yang hanya mementingkan diri sendiri dan keselamatannya.

Sebuah sikap yang menurutku tidak pantas dimiliki seseorang walaupun dia hidup sebuah masyarakat dan alam bebas.

Apalagi di dalam sebuah penjara yang kehidupannya jauh berbeda dibandingkan dengan kehidupan yang lainnya.

Sungguh sikap dan pendirian teman satu sel ku itu jauh berbeda dengan prinsip hidupku. dimana kerja sama, solidaritas yang tinggi, serta kejujuran adalah kunci utama dalam setiap pencapaian hidup, bahkan pencapaian dalam menggulingkan sebuah kekerasan tirani sekalipun.

Dengan wajah yang masih cemberut karena berusaha menahan emosi, aku bertanya lagi pada teman satu sekolah itu.

"lalu, apa yang sebenarnya sedang terjadi ditempat ini ?" Tanyaku dengan berbisik pelan.

"tidak ada apa apa ! " bisiknya lagi.

Mataku terbelalak mendengar kata kata yang keluar dari mulutnya.

Rasa keheranan bercampur dengan emosi yang bergemuruh dalam dadaku ini, hampir saja membuatku hilang kendali.

Bagaimana bisa dia berkata seperti itu.

Dengan semua kejadian yang kulihat dan Ku dengar dengan mata dan telinga ku sendiri. orang orang yang kondisi badannya baik baik saja tiba tiba keesokan harinya harus diamputasi dengan alasan mengalami kecelakaan.

orang orang dengan kondisi yang waras saat datang ke penjara ini tiba tiba menjadi orang yang linglung dan menjadi setengah gila, dan ketika ditanyakan alasannya pihak pihak pengelola penjara serta sipir sipirnya hanya mengatakan bahwa mereka tidak terbiasa dengan linkungan barunya,

mentalnya lemah, psikisnya sudah bermasalah sebelum dia dipenjara, dan alasan alasan yang lainnya.

bagaimana bisa dia berkata seperti itu,bagaimana bisa?

emosiku sudah tidak tertahankan lagi.

aku mendekati teman satu selku itu,

lalu menjambak bajunya dan dengan kepalan tanganku, aku sudah siap untuk menghajar mukanya.

tapi seperti biasa, dia tidak menanggapi emosi serta tindakanku itu.

malah dengan senyumannya yang lembut, serta tulus itu,

dan yang kuyakini, bahwa itu bukanlah sebuah kepura puraan, dia melepaskan genggaman tangaku, lalu dia naik keatas ranjang, tidur miring dengan membelakangiku.

sebuah sikap yang sama dan selalu berulang ulang,

jika diantara kami sedang bentrok atau beradu argumen. teman satu selku selalu lebih memilih mengalah dan tidak menanggapi luapan emosiku.

sikap yang menurutku memang lebih dewasa tapi juga sangat mengecewakan, apalagi menyangkut hal hal yang sedang kami bicarakan tadi.

dengan emosi yang masih tertahan, aku mendekati teman satu selku itu dan berbisik pelan ditelinganya

"kau manusia paling egois...! bisikku

dan aku tidak mendapatkan tanggapan apa apa darinya, melainkan hanya sebuah anggukan kecil.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku