Wilhem Village

Wilhem Village

mikasa

3.5
Komentar
1.5K
Penayangan
23
Bab

Ilya Irise dan teman sebangkunya Elias, membuat janji untuk duduk sebangku di semester berikutnya. Tapi ketika hari itu tiba, Elias mendadak menghilang. Ilya yang berusaha mencari Elias, berakhir menyerah, dan memilih melupakan Elias. 10 tahun kemudian, Ilya pergi ke sebuah daerah, yang berada di sebuah pulau, bernama Desa Wilhem, untuk bekerja. Namun Ilya tidak menyangka, CEO di perusahaan baru itu, Vincent Valore, berwajah sangat mirip seperti Elias. Ilya pun bertekad bekerja di sana, untuk mencari informasi tentang Vincent. Namun baru saja Ilya bekerja, seorang pegawai di kantor mereka terbunuh. Tiba-tiba Ilya mendengar, penduduk di sana mengaitkan kasus pembunuhan itu dengan sejarah kasus vampir yang pernah terjadi puluhan tahun silam?

Bab 1 Menghilang

"Apa kau mau duduk sebangku denganku lagi?" Elias mengatakannya dengan serius kepada seorang wanita berambut putih, yang menggunakan pita merah di rambutnya. Wanita itu terkejut, mukanya memerah, dan jantungnya berdebar seketika.

****

Tahun 2001, ketika semester baru dimulai, Ilya, dan murid-murid lain berkumpul di aula sekolah. Tepatnya mereka ada di depan papan pengumuman pembagian kelas XI. Tetapi anehnya, meskipun sudah melihat secara keseluruhan, Ilya tidak menemukan nama Elias. Perasaan cemas meliputi Ilya, apa Elias tidak sekolah di sini lagi? Apakah ucapan Elias hari itu tidak ada artinya?

"Ilya!!" Seorang pria berlari menghampiri Ilya.

Ilya menengok ke arah pria itu, "Robert? Kenapa kau berlari sampai terengah-engah begitu?" tanya Ilya keheranan.

"E-Elias.."

Melihat Robert panik membuat Ilya takut, apakah sesuatu terjadi pada Elias? "Apa yang terjadi padanya?"

"Baru saja kemarin aku dengar kabar. Elias sudah pindah saat liburan kenaikan kelas kemarin. Rumahnya kosong, aku juga tidak tahu kapan pastinya, karena aku sekeluarga tengah berlibur ke luar negeri. Tapi yang kudengar dari tetangga, ada penembakan di keluarga mereka, hanya Elias yang selamat. Aku pikir Elias akan menghubungimu," teman Elias itu terlihat murung.

"Deg..." Rasanya jantung Ilya berhenti sejenak. Penembakan? Hal mengerikan seperti itu juga terjadi padanya?? Ilya jadi mengerti, mengapa selama liburan, SMS yang ia kirim kepadanya, tidak kunjung mendapat balasan.

Pagi esoknya, setelah menghadap wali kelas, Ilya mendapat kontak panti asuhan yang merawat Elias. Entah apa yang terjadi, sehingga seorang mengaku dirinya adalah ibu panti, mengambil hak asuh atas Elias. Ilya berusaha menghubungi nomor telepon panti itu, namun tidak ada yang menjawab. Bahkan Ilya juga tidak menemukan nama panti itu di internet. Apa hanya sampai seperti ini, apakah ia tidak bisa bertemu lagi dengan Elias? Tidak ada yang bisa Ilya lakukan, Ilya menyerah, dan hanya bisa berharap akan keajaiban.

****

Sepuluh tahun kemudian, Ilya mendapat sebuah telepon dari Mira, teman kuliahnya.

"Ilya ada kabar baik, bukankah kau sedang mencari pekerjaan? Perusahaanku bekerja sedang membuka lowongan bagian data analis."

Ilya pun memberanikan diri, mengambil tawaran temannya, Mira. Ilya memutuskan pergi ke sebuah desa di pulau yang dikelilingi oleh laut. Desa yang luas, terkenal dengan cuaca sejuk, dan periode malam yang lebih panjang dari siang harinya, yang dikenal dengan Desa Wilhem.

Perusahaan Casie, meski perusahaan ini berada di pulau, Ilya terkejut melihat gedung yang begitu tinggi.

"Permisi, Aku di sini untuk wawancara," ucap Ilya pada seorang resepsionis.

"Ilya!!! Sebelah sini!" ucap seorang wanita berambut panjang pirang melambai tangan ke arah Ilya.

"Mira!!" Ilya mendekati teman yang meneleponnya beberapa hari lalu itu.

Mira lalu mengantar Ilya ke ruangan CEO perusahaan itu.

"Apa kau gugup?"

"Sedikit." Ilya menggerakkan tangannya terus, tidak bisa diam.

"Tenang saja, dia orangnya tidak galak kok. Malahan dia itu tampan!" ucap Mira dengan senyum berseri di wajahnya. Mira menyemangati Ilya lalu pergi setelah mereka berdua sudah sampai di depan ruangan CEO.

Ilya menarik napas dalam-dalam. "Semangat Ilya, kamu pasti bisa!" ucap Ilya menyemangati dirinya sendiri.

"Krieett!" Ilya membuka pintu perlahan, dan begitu terkejut. Jantungnya seperti mau meledak saat itu juga. Bagaimana mungkin setelah tahun-tahun berlalu, takdir mempertemukan mereka berdua kembali?

Ilya tidak habis pikir, Elias... Orang yang sudah lama menghilang itu kini ada di depannya, tengah duduk di meja dengan kemeja, dan jas yang rapi. Ilya berlari menghampiri pria di hadapannya itu. "Elias? Kau Elias kan?? Apa kau ingat aku? Ilya Iris, teman sebangkumu waktu kelas 10!!"

"Maaf, apa kita pernah bertemu sebelumnya?" ucap pria itu dengan nada datar.

Seketika dunia seperti runtuh bagi Ilya. Orang yang ia masih sering pikirkan selama beberapa tahun, cinta pertamanya itu tidak mengenalinya lagi. Ilya merasa begitu kecewa. Apa dirinya tidak penting untuk Elias, sehingga dia tidak diingat? Ilya berusaha berpikir positif. Apa mungkin Elias sengaja berkata begitu?

"Kau Ilya Iris kan? Sepertinya ada salah paham." Pria itu lalu menjabat tangan Ilya, "Senang bertemu denganmu, perkenalkan saya Vincent Valore, CEO perusahaan ini."

Vincent? Ilya tidak percaya, bagaimana mungkin dua orang yang begitu mirip? Ilya pun memperhatikan pria yang menjabat tangannya itu dengan seksama. Rambut putih, alis mata ungu, bibir mungil, dan wajah tirusnya. Meski sudah beberapa tahun lamanya, masih terlihat begitu sama, mana mungkin orang ini bukan Elias? Hanya saja Ilya menyadari satu hal berbeda, warna rambut Elias. Karena seingat Ilya, Elias berambut hitam.

"Nona Ilya!!" Vincent memanggil Ilya lebih keras untuk mendapat perhatiannya. "Apa kita bisa lanjutkan sesi interview ini?"

"Ah maaf, silakan dilanjutkan."

Beberapa menit pun berlalu, dan sesi tanya jawab itu mencapai akhir. Ilya, dan Vincent saling berjabat tangan.

"Terima kasih Ilya atas waktunya, sampai jumpa di bulan depan."

Ilya keluar, lalu menutup pintu Ruangan Vincent, dan bersandar pada pintu itu. Bagi Ilya, bertemu dengan Vincent adalah harapan baginya. Ilya bertekad selama bekerja di perusahaan itu, Ilya akan menemukan bukti, bahwa Vincent adalah Elias. Saat itu terjadi Ilya akan bertanya pada Elias, kenapa Vincent berbohong soal identitasnya.

Tiba-tiba seorang pria berlari melewati Ilya, hampir saja mereka berdua bertabrakan. Untung saja Ilya, bisa menghindar. Akan tetapi pria itu sama sekali tidak memperhatikan Ilya, dan malah buru-buru ke meja seseorang. Ilya pun melihat pria itu sambil menggelengkan kepala.

"Tolong bantu aku Edmond! Rupert absen hari ini, kau harus membantuku menyelesaikan PO-PO ini!" Pria itu menarik tangan Edmond.

"Tunggu Norman!!" Edmond terlihat terusik.

****

Tiga minggu kemudian, Ilya tengah membersihkan kamar kos barunya, yang tidak terlalu jauh dari kantor barunya. Ilya bersemangat untuk bekerja minggu depan, Ilya akan bertemu dengan pria berwajah seperti Elias kembali.

Ilya lalu hendak pergi keluar ke warteg untuk membeli makanan, namun tidak sengaja mendengar percakapan antara penghuni kos lain.

"Hey!! Kau dengar soal penghuni kamar nomor 10?"

"Tentu saja!! Sampai sekarang aku masih merinding!! Aku masih tidak percaya, sudah tiga minggu pelakunya belum ditemukan! Memikirkannya membuatku takut! Kalau saja aku tidak terikat kontrak di tempat kerjaku, aku sudah pindah!"

"Jangan bilang kau juga percaya soal rumor vampir itu!"

"Kalau bukan vampir siapa lagi?? Dia ditemukan di hutan dengan bekas gigitan di lehernya!"

"Bukankah polisi sudah bilang, vampir itu sudah lama mati! Pelakunya adalah manusia yang menggunakan metode layaknya vampir. Pelakunya mengikuti sejarah vampir di tempat ini!"

Suara kedua penghuni kos itu perlahan menghilang seiring mereka menaiki tangga melewati Ilya. Namun perkataan soal Vampir? Rupert meninggal? Membuat Ilya langsung teringat dengan kejadian yang ia dengar saat interview.

Ilya cemas, karena nama Rupert adalah pegawai yang disebut tidak masuk saat hari di mana Ilya wawancara. Ilya hanya berharap, Rupert yang dimaksud penghuni kos tadi adalah orang yang berbeda.

Tetapi yang paling mencemaskan Ilya, adalah soal vampir, dan sejarahnya? Mahluk yang dikenal menghisap darah manusia. Selama ini Ilya kira, vampir hanya mitos, tapi ternyata vampir adalah bagian sejarah di Kota Wilhem.

Ilya bertanya-tanya, apakah pekerjaannya di kota ini akan baik-baik saja.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Dari Istri Tercampakkan Menjadi Pewaris Berkuasa

Dari Istri Tercampakkan Menjadi Pewaris Berkuasa

Gavin
5.0

Pernikahanku hancur di sebuah acara amal yang kuorganisir sendiri. Satu saat, aku adalah istri yang sedang hamil dan bahagia dari seorang maestro teknologi, Bima Nugraha; saat berikutnya, layar ponsel seorang reporter mengumumkan kepada dunia bahwa dia dan kekasih masa kecilnya, Rania, sedang menantikan seorang anak. Di seberang ruangan, aku melihat mereka bersama, tangan Bima bertengger di perut Rania. Ini bukan sekadar perselingkuhan; ini adalah deklarasi publik yang menghapus keberadaanku dan bayi kami yang belum lahir. Untuk melindungi IPO perusahaannya yang bernilai triliunan rupiah, Bima, ibunya, dan bahkan orang tua angkatku sendiri bersekongkol melawanku. Mereka memindahkan Rania ke rumah kami, ke tempat tidurku, memperlakukannya seperti ratu sementara aku menjadi tahanan. Mereka menggambarkanku sebagai wanita labil, ancaman bagi citra keluarga. Mereka menuduhku berselingkuh dan mengklaim anakku bukanlah darah dagingnya. Perintah terakhir adalah hal yang tak terbayangkan: gugurkan kandunganku. Mereka mengunciku di sebuah kamar dan menjadwalkan prosedurnya, berjanji akan menyeretku ke sana jika aku menolak. Tapi mereka membuat kesalahan. Mereka mengembalikan ponselku agar aku diam. Pura-pura menyerah, aku membuat satu panggilan terakhir yang putus asa ke nomor yang telah kusimpan tersembunyi selama bertahun-tahun—nomor milik ayah kandungku, Antony Suryoatmodjo, kepala keluarga yang begitu berkuasa, hingga mereka bisa membakar dunia suamiku sampai hangus.

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Gemoy
5.0

Kami berdua beberapa saat terdiam sejanak , lalu kulihat arman membuka lilitan handuk di tubuhnya, dan handuk itu terjatuh kelantai, sehingga kini Arman telanjang bulat di depanku. ''bu sebenarnya arman telah bosan hanya olah raga jari saja, sebelum arman berangkat ke Jakarta meninggalkan ibu, arman ingin mencicipi tubuh ibu'' ucap anakku sambil mendorong tubuhku sehingga aku terjatuh di atas tempat tidur. ''bruuugs'' aku tejatuh di atas tempat tidur. lalu arman langsung menerkam tubuhku , laksana harimau menerkam mangsanya , dan mencium bibirku. aku pun berontak , sekuat tenaga aku berusaha melepaskan pelukan arman. ''arman jangan nak.....ini ibumu sayang'' ucapku tapi arman terus mencium bibirku. jangan di lakukan ini ibu nak...'' ucapku lagi . Aku memekik ketika tangan arman meremas kedua buah payudaraku, aku pun masih Aku merasakan jemarinya menekan selangkanganku, sementara itu tongkatnya arman sudah benar-benar tegak berdiri. ''Kayanya ibu sudah terangsang yaa''? dia menggodaku, berbisik di telinga. Aku menggeleng lemah, ''tidaaak....,Aahkk...., lepaskan ibu nak..., aaahk.....ooughs....., cukup sayang lepaskan ibu ini dosa nak...'' aku memohon tapi tak sungguh-sungguh berusaha menghentikan perbuatan yang di lakukan anakku terhadapku. ''Jangan nak... ibu mohon.... Tapi tak lama kemudian tiba-tiba arman memangut bibirku,meredam suaraku dengan memangut bibir merahku, menghisap dengan perlahan membuatku kaget sekaligus terbawa syahwatku semakin meningkat. Oh Tuhan... dia mencium bibirku, menghisap mulutku begitu lembut, aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya, Suamiku tak pernah melakukannya seenak ini, tapi dia... Aahkk... dia hanya anakku, tapi dia bisa membuatku merasa nyaman seperti ini, dan lagi............ Oohkk...oooohhkkk..... Tubuhku menggeliat! Kenapa dengan diriku ini, ciuman arman terasa begitu menyentuh, penuh perasaan dan sangat bergairah. "Aahkk... aaahhk,," Tangan itu, kumohooon jangan naik lagi, aku sudah tidak tahan lagi, Aahkk... hentikan, cairanku sudah keluar. Lidah arman anakku menari-nari, melakukan gerakan naik turun dan terkadang melingkar. Kemudian kurasakan lidahnya menyeruak masuk kedalam vaginaku, dan menari-nari di sana membuatku semakin tidak tahan. "Aaahkk... Nak....!"

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku