Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Selingkuh Dengan Suami Sahabat Sendiri

Selingkuh Dengan Suami Sahabat Sendiri

Mrs. Kim J

5.0
Komentar
3.7K
Penayangan
10
Bab

Cassandra tak bisa mengelak dari perasaannya sendiri, tak bisa menghindar dari gelora panas yang menjalar dari seluruh tubuhnya. Meski tahu Daffa adalah suami sahabatnya, Cassy hanya bisa pasrah saat pria itu mengajaknya bergumul di atas ranjang kamarnya. Daffa berdosa, Cassy juga merasa bersalah karna menghancurkan rumah tangga Shania sahabatnya. Tapi bagaimana kalau ternyata faktanya Shania juga ambil andil dalam retaknya rumah tangga mereka?

Bab 1 Aku Membutuhkanmu

Brakk

Suara meja yang digebrak dengan cukup keras itu mampu membuat semua orang yang ada di ruangan meeting menjadi sangat hening. Jika saja mereka mempunyai kekuatan teleportasi, mungkin mereka akan memutuskan untuk menghilang dari ruangan meeting ini.

"Bagaimana bisa angka penjualan product kita menurun 5% di pasaran? Dan bahkan kini angkanya semakin naik menjadi 7% Apa-apaan ini ?"

Daffa Abimanyu, direktur utama di perusahaan itu menatap tajam kepada semua orang yang ada di ruangan meeting. Raut wajahnya jelas memancarkan amarah yang sangat dalam. Semua orang yang ada disana hanya bisa terdiam, sambil menundukkan wajah mereka, tak terkecuali dengan gadis cantik bernama Cassy. Tubuh gadis mungil itu sedikit bergetar, dia benar-benar sangat takut terkena amukan Direktur utama tempatnya bekerja itu.

"Bereskan kekacauan ini secepatnya!" Daffa berdiri, dan kemudian segera berjalan pergi keluar dari ruangan meeting itu diikuti oleh Mr. Doni, wakil direktur.

Dia tampan... sangat sangat sangat tampan, tapi sungguh dia sangat menakutkan.

"Aku jadi penasaran bagaimana sikapnya kepada istri dan anaknya di rumah?" ucap Tasya, setengah berbisik.

"Tentu saja akan sangat hangat dan lembut, Tasya," ucap Cassy, tersenyum tipis mendengar ucapan sahabatnya itu. Dia membereskan barang-barangnya dan kemudian berdiri, dan berjalan pergi meninggalkan ruangan meeting itu setelah berpamitan kepada sahabatnya itu. Ia berjalan dengan sangat cepat, setengah berlari untuk menyusul Daffa dan juga Doni. Pekerjaannya sebagai sekertaris Daffa membuat dia harus selalu bersama dengan pria itu.

"Cassy, apa kau sudah mempersiapkan semua data untuk meeting lusa di Jepang?" Doni menoleh kepada Cassy, saat gadis mungil itu sudah berjalan di belakangnya.

"Sudah Tuan Doni. Aku sudah mempersiapkan semuanya. Aku juga sudah mempersiapkan penginapan yang nyaman untuk Presdir Abimanyu selama di Jepang.

"Bagus."

Doni tersenyum tipis, kemudian menoleh kepada Daffa yang berjalan di sampingnya, "Kau tampak kusut. Lebih baik kita makan siang di luar, setidaknya udara luar bisa menyegarkan otakmu."

"Aku tidak tertarik," ucap Daffa singkat.

Karena Doni sudah mengenal Daffa sejak kecil, jadi dia sudah sangat biasa akan sikap dingin Daffa. Dan ya, sebaiknya dia tidak mengganggu Daffa dulu sekarang. karena jika sahabatnya sedang marah atau mempunyai masalah lebih baik tidak diganggu dulu.

Mereka bertiga masuk ke dalam lift, dan kemudian saling terdiam. Cassy menundukkan kepalanya, berharap jika lift akan segera sampai dan dia akan segera makan siang di kantin perusahaan, dan juga memilih kue-kue enak disana. Membayangkannya saja sudah membuat dia bersemangat.

Daffa menoleh kepada Cassy yang ada di belakang, ia melihat Cassy sedang tersenyum sambil menundukkan kepalanya, "Cassy kau memesankan kamar hotelnya untuk berapa hari?"

Cassy mendongakan kepalanya, menatap kepada pria yang kini juga sedang menatapnya. Dia sedikit menahan nafasnya, merasakan jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Pria itu.... pria yang selalu Cassy kagumi, pria yang selalu datang dalam mimpi-mimpinya, dan pria yang selalu ia cintai. "Untuk 2 malam, Presdir Abimanyu, Kita berangkat ke Jepang hari Kamis, dan kita meeting hari Jumat, lalu kita pulang hari sabtu siang," ucapnya.

Tambahkan menjadi 3 malam," ucap Daffa, masih menatap Cassy,

"Masuk ke ruanganku."

Setelah berkata seperti itu, pintu lift terbuka dan Daffa segera keluar dari lift.

Cassy hanya mengangguk mendengar ucapan bernada perintah dari Daffa. Ia membungkukkan badannya kepada Doni sebelum mengikuti Daffa masuk ke dalam ruangannya. Dia hanya berharap jika mood Daffa akan sedikit membaik, dengan begitu dia tidak akan kena marah.

Daffa menutup pintu ruangannya setelah Cassy masuk. Ia kemudian berjalan mendekati Cassy yang sedang berdiri sambil menatapnya. Ia tersenyum kemudian menarik tubuh mungil Cassy ke dalam pelukan hangatnya, Ia menghirup aroma wangi rambut gadis mungil ini.

"Tadi moodku sangat buruk, tapi setelah memelukmu semuanya menjadi membaik lagi."

"Aku fikir kau akan marah kepadaku," gumam gadis mungil, sambil menyamankan dirinya di pelukan hangat Direktur Utama tempatnya bekerja.

"Marah? Untuk apa aku marah kepadamu? kau tidak salah apa-apa Cassy. Lagipula aku tidak bisa marah kepadamu."

Daffa melepaskan pelukannya, kemudian mengecup singkat ujung hidung Cassy.

Cassy terkekeh pelan, ia menatap kepada Daffa dengan tatapan hangatnya.

"Oh iya Daffa, tadi kau menyuruhku untuk menambahkan sewa kamar hotel menjadi 3 malam. Daffa, meeting kita hanya sehari, malamnya kita bisa beristirahat dan besoknya pulang. Kita hanya perlu menginap 2 malam saja."

"Aku ingin lebih lama berdua bersamamu. Kita bisa berjalan-jalan seharian atau ....." Daffa mendekatkan wajahnya, ia berbisik tepat di depan bibir Cassy, "atau kau ingin kita menghabiskan waktu seharian di ranjang, hmm?" pria Abimanyu itu tersenyum miring dan kemudian menutup jarak diantara mereka dengan sebuah ciuman manis.

Daffa mengulum bibir manis itu yang sudah menjadi candu untuknya akhir-akhir ini. Ia menyesap bibir atas dan bawah Cassy secara bergantian, menimbulkan sensasi yang menyenangkan bagi Cassy. Ciuman mereka semakin dalam ketika Cassy membuka mulutnya mengijinkan Daffa untuk membuatnya semakin terbuai.

Jika saja ponsel Daffa tidak berdering pasti mereka akan berbagi indahnya surga dunia di ruangan ini, tapi sayangnya ponsel Daffa terus-terusan berdering meminta pemiliknya untuk segera mengangkatnya. Dan dengan sangat terpaksa, Daffa melepaskan ciumannya dan kemudian segera mengangkat teleponnya.

"Hallo..."

"Hallo sayang. Apa kau sedang sibuk? Aku ingin makan siang bersama. Pulanglah, aku memasakkan makanan kesukaanmu."

Cassy terdiam sejenak, ia kemudian menghela nafasnya pelan. Gadis mungil itu kemudian mengisyaratkan kepada Daffa jika dia akan pergi dari ruangan itu. Namun dengan cepat Daffa menarik tangan Cassy dan menahannya. Ia menatap kepada Cassy sambil menggelengkan kepalanya.

"Maaf sayang, aku tidak bisa. Tapi aku berjanji, aku akan pulang cepat sore ini dan kita bisa makan malam bersama. "

"Baiklah kalau begitu. Kau pasti sangat sibuk. Jangan terlalu kelelahan sayang. aku tutup dulu teleponnya. Bye... Aku mencintaimu Daffa.

"Aku juga mencintaimu Shania."

Cassy menggigit bibirnya pelan ketika mendengar kalimat terakhir yang Daffa ucapkan. Rasa sesak dan bersalah kini mulai muncul lagi di hatinya. Tidak seharusnya dia masuk ke kehidupan rumah tangga Daffa dan Shania. Tidak seharusnya dia berada disini, bersikap seperti ini kepada Daffa. Shania adalah temannya, dan dengan teganya dia malah jatuh cinta kepada Daffa, atasannya sekaligus suaminya Shania.

"Kita makan siang ya Cassy. Aku sudah sangat lapar," ucap Daffa, ia mengusap lembut pipi Cassy.

"Lebih baik kau pulang saja Daffa. Shania ingin makan siang denganmu," lirih Cassy, menatap kepada Daffa.

"Aku sudah menyiapkan tempat yang spesial untuk makan siang kita berdua. Aku bisa makan dengan Shania nanti malam."

"Tapi...."

"Sstt...." Daffa menempelkan jari telunjuknya di bibir Cassy, mengisyaratkan gadis mungil itu untuk tidak membantah lagi. Setelah itu ia menarik Cassy ke dalam pelukan hangatnya.

"Tetaplah di sampingku Cassy. Aku membutuhkanmu di hidupku."

Dan..... Cassy tahu jika semuanya sudah terlambat. Dia sudah terlanjur masuk ke dalam kehidupan Daffa, dan sulit untuknya keluar dan menghindar.

Biarlah waktu yang menentukan semuanya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku