oka
Anda mungkin suka
Affair With Santa
Gaemgyu
Gemerisik dedaunan, dentingan ranting-ranting yang saling bersentuhan akibat tiupan angin membuat siapa saja lebih memilih memilih bergelung di bawah selimut atau paling tidak meminum cokelat hangat. Hari sudah semakin larut tapi kota New York seperti tidak pernah tidur. Seorang gadis mengeratkan jaketnya yang tebal, giginya sedikit bergemelutuk, bahkan sepatu boots hingga ke lutut tetap tidak melindungi kakinya seperti sudah membeku. Berdiri di bawah pohon besar di saat suhu dibawah nol derajat merupakan pilihan paling buruk bagi siapa saja, termasuk gadis itu.
Dia bukanlah seorang yang bodoh dan tidak mempunyai pilihan. Dia punya pilihan untuk pulang, mematikan ponsel dan berakhir tertidur lelap di tempat tidurnya, tapi dia tidak melakukan itu. Bagian bawah sepatunya sudah menipis sehingga tidak dapat melindungi kakinya dari dinginnya es membeku di bawah sana.
Sesekali dia meringis karena demi apapun kakinya sudah tidak bisa digerakan lagi. Apakah darah yang dipompa jantungnya sudah tidak sampai ke bawah sana? Entahlah. Kedua tangannya yang terbungkus sarung rajutan merah saling berkumpul untuk menggesek telapak tangan sehingga menghasilkan rasa panas sedikit di sana. Dia mendesah sambil memajukan kepalanya sedikit ke arah badan jalan, tapi tidak ada tanda-tanda kedatangan orang yang ditunggunya.
Akhirnya, dia tersenyum kecut. Dia memang bodoh, lagipula ini sudah terjadi lebih dari satu kali, seharusnya dia boleh belajar dari pengalaman saja tanpa mengulang itu. Sebelum dia membalikan tubuhnya menuju tempat pejalan kaki yang berada satu meter di belakangnya, tubuhnya oleng. Astaga, apakah dia hipotermia? Di sini? Di sudut taman tanpa satu orangpun melihatnya?
Sayup-sayup sebelum kepalanya terbentur ujung ayunan di taman itu, dia merasakan pelukan hangat seseorang. Lebih hangat dari jaket tebal yang dia gunakan ataupun penutup telinga berbulu halus, sangat hangat sampai dia merasakan jantungnya tidak akan beku meskipun keluar dari tubuhnya karena berdetak semakin menggila.
“Kau baik-baik saja?”
Gadis itu tidak bisa menjawab, tapi dengan mata tertutup, telinganya bisa menangkap jenis suara berat itu milik seorang pria. Dia masih berkutat dengan pikirannya untuk mengembalikan kesadarannya yang berangsur-angsur pergi, gadis itu tidak ingin penolongnya menghilang setelah menyelamatkannya; khas film yang dia tonton akhir-akhir ini.