Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

neng keyza

Buku neng keyza(1)

Gadis tengil sang penakluk

Gadis tengil sang penakluk

Romantis
5.0
Jimin kembali teringat saat Dhita menabrak nya, satu senyuman kembali menghiasi wajah Jimin.  Baru kali ini dia bisa tersenyum dengan kehadiran seorang gadis, "Dhita akan meluluhkan hati gue" batinya. Melihat jimin tersenyum-senyum sendiri membuat rio mendekatinya. "Kenapa Loe? Kesambet setan Manggarai Loe?" Ejek Rio memudar kan lamunan Revan. "Enggak, gue hanya mikirin nanti malam. Bagaimana dengan nanti party yang kita akan Adain ya?" Ucapnya berbohong. Mereka akan mengadakan party di markas mereka, untuk merayakan ulang tahun Jimin.. "Sudahlah gimana nanti aja! Si Agus sama jin juga belum nongol-nongol tu anak" ucap Rio yang masih celingukan menanti kedatangan jin sama Agus. "Biarkan saja lah nanti juga mereka akan datang dengan sendirinya. Ngomong-ngomong Loe enggak mau pulang dulu apa? Yang lain pada pulang ?" Tanya Jimin. Sebetulnya Jimin juga malas untuk pulang di rumahnya saja tidak ada siapa-siapa selain para pembantu-pembantunya. Orang tua Jimin berpisah saat jimin di usia 15 tahun, dan sejak itu Jimin menjadi pribadi keras dan susah diatur. Terlebih lagi, setelah mamanya memutuskan menetap di Korea membuatnya menjalani kehidupan semaunya dia. Papahnya pun sangat kewalahan dengan sikapnya jimin, Hanya Jin yang bisa mengendalikan emosi Saat dia sedang murka terhadap papahnya. sejak pertemuan mereka dan mengenal kan calon pendamping membuatnya enggan untuk pulang. Hanya Agus dan jin yang mengerti apa yang dirasakan oleh Jimin mereka juga paham apa yang di inginkan Jimin. keduanya hanya akan ribut saling bermusuhan, mengingat tentang perselingkuhan papahnya Jimin dan saling berebut daerah kekuasaan perusahaan mereka, itu yang menyebabkan Jimin tidak ikut salah satu dari mereka. Jimin sendiri memilih tinggal bersama teman-temanya di markas, hanya sesekali saja pulang itu pun hanya sekedar mengambil keperluannya. Jin kakak tertua dari geng Mereka tapi, hanya Jimin yang bisa mengendalikan nya. Malam ini Jimin akan mengadakan party secara besar-besaran, dan akan mengundang banyak perempuan malam untuk hanya sekedar menghibur mereka. Tapi Agus memilih Dhita ketimbang perempuan yang disewa Jimin untuk nya. Agusd pergi ke cafe, dia berencana mengajak dhita pergi ke party yang diadakan oleh Jimin setelah kejadian kemarin Agus lebih sering bersama dengan Dhita ketimbang dengan gengnya. "Dhit, apa kita bisa bicara sebentar?" Pinta Agus. "Iya kak ada apa?" "Kamu nanti malam ada acara?" "Tidak, memangnya ada apa?" Tanya Dhita heran. "Kamu mau ikut aku enggak?" "Kemana kak?" "Jimin akan mengadakan party nanti malam! Maukah kamu menemaniku? Aku janji pulangnya enggak malam-malam kok?" Ucap Agus memohon pada Dhita. Dhita bingung harus menjawab apa? "Dhit, apa yang kamu pikirkan? Mau kan?" Dhita hanya menggeleng, dia sebenarnya tidak ingin pergi tapi, apalah kalau Agus yang memintanya. Bukankah Agus selama ini sudah banyak membantu nya. "Ok kalau begitu, itu kamu tandanya setuju ya?" "Kak, kakak tidak malu membawa Dhita ke partynya Jimin? Bukankah ada Celine ya?" Tanya Dhita. Agus hanya terdiam, mana mungkin dia mengajak Celine bukan Agus selama ini ilfil sama nenenk sihir itu. "Sudahlah dhit! Jangan bawa-bawa Celine Mulu?" Decak Agus, sebenarnya dia malas membahas tentang Celine. *** Jimin duduk melamun, di dalam pikirannya kenapa orangtuanya tidak Meneleponnya dan mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Walaupun Jimin tahu ini tidak akan mungkin, Jin melihat Jimin duduk termenung menghampiri nya dan berkata. "Kenap Loe! dari tadi gue perhatiin, Loe itu kerjaannya melamun saja. Kaya bukan Jimin yang gue kenal deh" seru jin. "Gue hanya berpikir kenapa ya, ada orang tua seperti mereka yang memperioritaskan pekerjaan nya ketimbang anaknya sendiri" lirih Jimin, sebenarnya Jimin sangat merindukan kedua orang tua terlebih lagi Mamanya Jimin memutuskan untuk menetap di Korea semenjak perpisahan nya. Hanya sesekali saja keindonesia itu pun hanya membahas tentang pekerjaan nya. Soal Jimin dia mempercayakan nya pada jin Hyung dan Agus, Mamahnya Jimin tidak kaleng-kaleng meberikan fasilitas yang sangat pantastis untuk kedua keponakan nya itu. Dania lebih pokus ke perusahaan nya, itu yang membuat Jimin menjadi anak pembangkang , keras kepala dan sangat egois. Dania mengutus jin dan Agus untuk menemani putranya dan menyelesaikan kan pendidikan nya di Indonesia setelah itu Jimin akan tinggal bersama nya di Korea, Jimin yang akan memimpin perusahaan Dania setelah mereka lulus nanti. "Sudahlah mungkin ahjooma lagi sibuk, kan masih ada gue sama Agus yang menemani Loe disini. Apa Aboji enggak tahu, kalau nanti malam adalah ulang tahun Loe?" Tanya jin yang baru sadar tentang papahnya Jimin. "Alah persetan dengan tua Bangka itu, dia hanya akan mengingat tentang jalang nya itu. Kalau gue sih mending dia enggak usah datang saja, dari pada mood gue nanti berantakan." Desisnya. Jimin kembali mengingat tentang dimana papahnya kepergok berselingkuh dengan sekertaris pribadinya, membuat Dania murka dan memutuskan untuk berpisah dengannya dan kembali ke Korea. Flashback on Saat itu Jay prak sedang bermesraan dengan sekertaris nya di ruangan pribadinya. Tiba-tiba Dania masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. "Apa yang sedang kalian lakukan" ucapnya kaget yang melihat suaminya bercumbu dengan perempuan lain. "S-sayang mengapa kau tidak mengabarkan bahwa kau akan kesini" tanya Jay kaget melihat istrinya berdiri di hadapannya. "Lantas saya harus izin terlebih dahulu begitu untuk menemuimu, dan saya harus adakan janji dulu begitu?" Desis Dania dengan nada tinggi. Dania menahan amarah nya sebetulnya bisa saja dia menampar wanita yang bersama suaminya tapi, Dania memilih diam dari pada harus ribut bersama jalang. "Saya yang akan mengurus perpisahan kita. Biarkan nanti pengacara saya yang akan mengajukannya, dan kau hanya tunggu saja hasilnya. Tentang Jimin terserah dia mau ikut siapa? Kau atau saya!" Ucap Dania yang berlalu pergi dari ruangan suaminya. "Maafkan sesil ya om, ini semua salah sesil " ucap sesil sekertaris pribadi Jay. Sesil Yang umur nya jauh dari Dania membuat Jay terpikat oleh sesil, Jay memutuskan menjalin hubungan dengan sekertaris nya. Terlebih lagi Dania tidak ada waktu untuk memenuhi kewajiban nya seorang istri, membuat Jay memutuskan mencarinya di luaran. "Biarkan lah sayang, ini juga kan sudah terlanjur. Kamu dengarkan kami akan segera bercerai, apa kamu siap menikah dengan ku?" Tanya Jay. Sesil hanya terdiam mematung mendengar Jay mengajaknya menikah, bukankah sesil tidak serius menjalin hubungan dengan Jay terlebih umur mereka sangat berbeda jauh. Sesil hanya ingin uang nya saja, Jay tidak main-main dengan sesil dia memberikan semua yang diinginkan oleh nya. Semenjak Jay mengenal kan Jimin padanya, membuatnya berencana akan mendekati Jimin. "Om, biar nanti sesil pikirankan terlebih dahulu ya? Bagaimana nanti dengan Jimin? Apakah dia akan menerima ku menjadi ibu sambungnya?" Ucap sesil. " Biar nanti Om yang akan bicara sama itu anak 1" jelasnya. "Beri sesil 1 bulan untuk berpikir ya om" "Siap sayang" Jay mengecup bibir sesil dengan penuh nafsu. Jimin yang baru saja pulang dari sekolah kaget kenapa Mamahnya membawa banyak koper. "Sayang kamu mau ikut mama atau papa?" Tanya Dania. "Mama mau kemana?" Ucap Jimin yang abru saja turun dari mobil. " Mama dan papa akan berpisah sayang! Mama akan pergi ke Korea dan menetap di sana" tegasnya. "Apa? Berpisah..apa ini tidak bisa di bicarakan lagi ma?" Tanya Jimin kaget mendengar ucapan Dania. "Tidak sayang! Papa sudah punya wanita lain. Mama tidak bisa memaafkan tindakan nya kali, kamu mau ikut sama papa atau sama mama?" Dania menegaskan ucapnya. "Aku tidak akan memilih dari kalian. Aku benci kalian" Jimin yang berlari keluar dari rumahnya. Jimin memutuskan tidak akan mengikut dengan salah satu dari mereka. Flas back of Tepatnya pukul 7 malam di Tease club' tempat Dimana party di adakan, Jimin dan teman-teman nya sudah berada disana. Disana tersedia macam-macam minuman beralkohol, yang sengaja Jimin sediakan. "Agus kemana sih? Kok dia belum datang" seru Rio yang dari tadi mencari keberadaan Agus. "Mungkin dia masih di cafe! Nanti juga datang, ini kan baru jam 7 cafe Jam segini masih buka goblok" timpal Namjoon meneguk segalas wine. " Idihh.. si bangke baru aja Sampai, Loe sudah mabok anjir" seru Rio. "Terserah gue dong" desis Namjoon. Agus dan Dhita sampai ketempat Diaman acara berlangsung, Dhita kaget kenapa ada banyak wanita-wanita seksi. "Itu si manusia es, lah kenapa di bawa si culun itu sih," decak Namjoon kaget kenapa Agus Sampai bawa Dhita ketempat begini. Jimin menoleh tidak bersuara," kenapa dia bawa Dhita? Apa mereka sudah jadian?" Batinya. "Apa gue enggak salah lihat? Ketua OSIS kita pergi ketempat begini" ujar Jimin berdecak pinggang. "Gue yang ngajak Dhita! Apa Loe keberatan?" Tanya Agus dingin. "Enggak gue enggak keberatan! Heran aja sihh, bukankah ketua OSIS itu orang paling baik ya di sekolah. Kok mau ya dia pergi ketempat haram kayak gini" decaknya tanpa menoleh yang berlalu pergi. Dhita memilih diam dari pada harus ribut dengan Jimin, Baginya diam adalah hak terbaik. Mereka ber 5 Hanya tersenyum melihat tingkah Jimin, bukan kah Dhita itu cantik. Kok bisa-bisanya Jimin tidak jatuh hati padanya. "Dhit, maafkan Jimin ya?" Ucap Agus memegang tangan Dhita. "Tidak apa-apa kok ka! Santai saja mungkin apa yang dikatakan Jimin ada benarnya" Jawabnya. Agus tersenyum mendengar perkataan Dhita,"kenapa ini cewek baik banget sih? Jimin keterlaluan banget dahh" batinya. Agus mengajak dhita duduk menepi jauh dari mereka ber 6. Terdengar suara aluanan musik DJ sangat keras, terdengar suara teman-teman Jimin riuh bertepuk tangan. Dhita yang melihat Jimin sedang adu nyali dengan siapa yang minum terbanyak. Di situ terdapat mobil Jimin jadi taruhanya. "Ya ampun dasar manusia aneh,! Jangan sampai gue punya pacar kaya gitu" gumamnya. Agus menyodorkan minuman tanpa alkohol pada Dhita. "Kamu minum dulu, kamu haus kan?" Seru Agus mengagetkan Dhita yang sejak tadi memperhatikan Jimin. "Terimakasih ka! Ka mereka itu setiap malam kayak gini" "Tidak, kami hanya seminggu sekali mengadakan party kayak gini?" "Kenapa kamu risih ya? Apa kita pulang saja" tanya Agus, yang melihat Dhita sudah tidak nyaman. " Enggak usah kak, nanti Jimin marah sama kakak?" Sejak tadi Jimin memperhatikan Dhita dan ingin mendekati nya tapi dia gengsi dengan Agus. "Gus, apa Loe enggak mau minum? Jimin sudah susah payah Loh ngadain party ini" teriak Abhi yang sedang duduk bersama wanita sewaan nya. "Enggak akhh..bahaya nanti gue akan mengantarkan Dhita pulang dalam keadaan mabok" teriaknya, saking kerasnya alulan musik membuat samar-samar suaranya. "Jim, apa Loe enggak ngiri gitu, lihat tuh si manusia es saja sudah menggandeng cewek. Masa seorang park Jimin kalah sama Agus sihh?" Ejek Rio. "Buat apa punya cewek? Ribet tahu, enakan kaya gini kan" desisnya. Yang kemudian meraih pinggang wanita malam. Dhita yang melihat Jimin sedang bercumbu bebas di hadapan nya membuatnya ilfil. "Ya ampun, mata gue diracuni hal kayak gitu" decaknya sambil menutup mata. Jimin terseyum melihat Dhita yang menutupi matanya, setelah melihatnya bercumbu bebas di hadapannya. Semakin malam keadaan mereka semakin liar, Agus yang melihat Jimin sudah bosan bermain-main dengan perempuannya, membaut perasaan Agus tidak enak . Agus berencana akan mengajak dhita pulang sebelum Jimin melakukan hal aneh-aneh terhadap Dhita. "Dhit kita pulang yu, ini sudah malam." Ajak agus. "Iya ka ayoo" Jimin yang melihat Agus dan Dhita melangkah keluar datang menghampiri nya. "Mau kemana kalian? Bukankah partynya baru di mulai" ucap Jimin menoleh kearah Dhita. "Ini sudah malam, gue akan mengantar Dhita pulang. Nanti gue juga akan kembali kok?" Jawab Agus. Yang menggandeng tangan Dhita. Membuat Jimin merasa Jealous melihat keakraban mereka. "Terserah Loe saja lah" Agsu dan Dhita keluar menuju parkiran dimana motor sport agus berada. "Kamu pake dulu jaket aku ya? Nanti kamu bisa masuk angin dengan pakaian kaya gini" ucap Agus memakai jaket kulit nya pada Dhita. Dhita hanya tersenyum dengan perhatian Agus terhadap nya. "Terimakasih ka" senyum terukir di bibir Dhita. Agus melajukannya motornya dengan santai sambil menikmati udara malam. Suasana kota Jakarta saat ini sangat sepi jauh dari kemacetan. "Dhit kamu bisa peluk aku kok? Takutnya kamu nanti terjatuh" pinta Agus kemudian menarik tangan Dhita kepinggangnya. Dhita tersenyum senang baru kali ini di perhatikan oelh seorang cowok. "Ya ampun ka Agus, gue jadi salting nih" batinya. Celine bersama geng nya tidak sengaja melihat pemandangan Agus dan Dhita, membuatnya sangat muak. "Awas Loe cupu, gue akan membalasnya nanti. Beraninya Loe ngerebut ka Agus dari gue" decaknya kesal.