Suamiku nikahkan aku dengan sahabatmu
a
l kekasi
Adit yang tidak
ya mengenai pipi Adit. "Apa yang kamu lakukan, Rey? Stop!" ucap
Boy!" pe
kan satu tangan Rey yang diletakkannya di l
membunuhn
ngkaran tangan Rey yang begitu kuat mencekik lehe
!" ancam Adit yang mening
," sa
tai tatapan benci ke arah Boy. "Maaf Rey, aku tidak tahu,
enyum s
hu sementara viona sepupu mu, Bo
tahu. Kamu kan tahu beberapa
batnya itu, terlebih Boy yang bersifa
ahu, Boy tidak mungkin berbohong
h Boy yang beberapa hari ini tidak per
saku celananya. "Halo Vi, kamu dimana?" tanya Boy menghubun
h biaya untuk membayar uang wisudaku. Kamu tahu kan papa di PHK, mama tidak bekerja dan aku ingin lulus kuliah agar aku bisa membantu ekonomi papa. Dan Adit menjamin semua biaya kuliah ku hingga aku
nahan tumpukan air bening yang ingin keluar dari pelupuk mat
a mencoba menenangkan Rey ya
mu dengannya, mungkin dengan ini dia ingin menjatuhkanmu. Kiita kan tahu selama ini Adit sangat ingin menjatuhkanmu.
n sih, Deka?" Boy mem
Siapa tahu dia mau membatalkan pernikahannya
aku pikir dia sudah meminta bantuanmu. Jadi aku tidak menceritakan ini padamu," ba
ng
dit. Rey pun dengan lantang menjawab telepon dari Adit itu. "Apa maumu lag
a tidak datang, karena acara ini acara termeriah di kota jati dan bakalan ada lo
gan keputusannya memilihmu," balas Rey dengan mengakhiri percakapannya
yakin ku
***
hingga beberapa saat mata Nana tertuju pada sosok pria yang hendak bermain voli di teras rumahnya. Bersebelahan d
menyelimuti hatinya saat ini, walau dia belum mengenali lelaki yang kini persis ada di depa
engang melihat Nana yang ad
tanya Nana yang menunjuk ke arah
melihat Nana ingin bermain voli bersamanya, k
"Ini ambil," ucap Boy yang memberikan bola itu pada Nana, bahkan Na
m bahagia yang tercermin dari raut wajahnya. Mereka pun m
a capek," ucap Nana yang mengem
a. Perkenalkan nama ku Boy," ucap Boy
biar bisa mengalahkanku," sahut Nana dengan rasa percaya diri penuh, dia meras
ecil di wajahnya, menatap ke arah Nana
voli, Kak. Tapi ... ya sudahla
. Kamu pasti haus kan?" tanya Boy yang dijawab dengan anggukan kepala Nana. Dan
r suara bibinya yang teng
berlari menghampiri sang bibi. "Iya Bi,
melihat Nana yang sudah berad
yang sedang memegang dua botol minuman dingin, yang hend