Ranjang Panas Hot Daddy
terputus. Jalanan kota Jakarta di jam-jam sekarang sangat padat sehin
i karena tidak bisa jalan. Aslan menarik napas panjang seray
mbuat hatinya dibalut rasa rindu akan kehadiran wanita itu. Bahkan suara merdu
slan menyewa kamar hotel itu selama dua hari. Yang awalnya satu hari, A
hanya melakukannya beberapa bulan sekali saat hasrat gairahnya menggebu-gebu
, Aslan hendak menolak. Karena biasanya ia hanya membayar tidak lebih dari lima
Sungguh, ini adalah kali pertamanya menghubungi seseorang yang pernah berhubungan intim den
Ada sedikit rasa cemas seolah takut terjadi sesuatu pa
dak mengangkat telep
*
ahe. Ia merasa sedikit tidak enak badan. Minu
g mengenalnya. Hingga akhirnya saat sampai di warung pun, pemilik wa
anya ibu pemilik warung saa
ramah. "Bu, pesan tempe mendoan satu porsi s
ibu pemilik warung sambil tertawa kecil. "Dud
a duduk di salah satu kursi bersama pelangg
an pamit pulang. Rania hanya jalan kaki karena warung tersebut berada di
ntikan oleh suara seseorang yang memanggil. Sontak Rania menoleh ke belakang. Dirinya terd
a memastikan karena R
itu. "Mas Putra?" panggil Rania menyebutkan nam
ikan mesin motornya tanpa ada keinginan untuk turun. Putra hanya tidak ingin menimbulk
Lama ya nggak p
uk. "Iya, Mas. Kabar aku baik
Sudah lama dirinya tidak melihat wanita itu, kini Rania t
an masuk ke dalam. Takut ada fitnah n
n kepala sejenak. Kedua tangannya bertaut mengingat keadaannya sekara
arangkali kamu mau," tawar Putra lalu menunjukkan pl
nan," tolak Rania halus seraya ikut menunjukka
um. "Ngomong-ngomong, gimana k
nggal dan aku merantau ke Jakar
kamu lanjutin
aku ikutnya full time kerja di restoran. Kalau part time
kamu kerja d
Perancis yang ada
ama Intan sudah nunggu nasi gorengnya. Lanj
, Ma
on kamu nggak?" pinta Pu
tra. Lalu menerimanya. "Boleh, Mas," gu
ya," uc
sama-
galkan halaman rumahnya. Setelah bayangan Putra tidak dapat d
n tempe mendoan dan minuman jahe ke tempatnya masing-masing. Rania pergi ke
kamar. Volume dering yang pelan tidak membuat Rania m
*
nelpon Rania. Entah sudah berapa kali ia menghubungi Rania dan tidak menda
ang terpasang di kedua telinganya. Kakinya mulai mengin
Pantai Mutiara. Aslan menghentikan mobilnya di teras rumah yang menghadap langsung k
ap
n kedua tangannya seolah hendak menyambut kepulangan sang papa dengan pelukan hangat. Aslan
ergi ke restoran
p-siap?" Pandangan Aslan men
udah siap-siap. Aku sudah menunggu
ila. "Baiklah. Kamu tunggu di sini, ya.
la seraya mengan
*
istirahat. Tidak lupa ia mengunci pintu lalu mematikan lampu d
paskan ponsel dari kabel charger. K
lebih dari sepuluh panggilan tidak terjawab. Rania menekan notifikasi tersebut. Ia melihat
masih di
kamu baik-baik saja? Tolong hubung
a tidak ingin membalas pesan itu. Rania tida