Ayo Cerai!
lu!" titah Yuta de
andi. Perempuan itu beberapa menit kemudian keluar
Nanti saya ke sini lagi," pamit Yuta yang bah
k apa? Setelah memikirkan kalimat bodohn
nnya ngomong gitu tadi." Yuta mencoba memak
na senada, Yuta melangkah kembali menuju kamar Ara yang berada di sebelah kamarnya. Begitu masuk, hal pertama
berbasa-basi sambil masuk ke kamar Ara d
lirih dengan bibir masi
yang bersin. "Aish!" geram perempuan itu sa
t perempuan itu. Tapi, ia beru
mengambil sebuah jaket tebal berwarna hitam. Pria itu memil
lembut sambil mengusap-usap
m Ara jujur sambil merapat
n membangunkan Bi Sumi---pembantu baru mereka guna m
arang. Tak butuh waktu lama, Bi Sumi sudah masuk ke kamar Ara dengan
t dulu!" perintah Yuta memb
n itu memilih kembali berbaring. Yuta perlahan meremas kain yang tadi sudah
m Yuta kaget begitu mera
tapi perempuan itu masih terlihat menggigil kedinginan. Menemukan sebuah
tanya Yuta tidak terden
padanya dan memeluk Ara erat. Ara yang setengah sadar, begitu merasakan keh
egitu Ara tidak menolak pelukannya. Perempuan itu ter
irnya Yuta melakukan ini dengan tujuan membuat per
k saya kerja soalnya," gumam Ara masih se
arga Hanzie memang didominasi dengan kalimat 'Arabella si gila kerja', tapi Yuta
*
akit sekali. Bahkan untuk bangkit duduk saja, ke
elihat cahaya matahari yang masuk dari jendela kamar yang gordennya t
an sikat gigi. Karena kembali merasakan dingin setelah melepas jaketnya, Ara memilih mengambil sebuah s
egitu keluar kamar dan menemukan pria itu teng
a, hari liburnya di jum'at dan minggu,"
tengah sibuk memasak. Ara berdiri guna hendak membantu,
aan biar cepet sembuh, biar bisa masuk kerja lagi." Yuta menitah
" tanya Yuta menatap
hong. Yuta tahu itu tapi t
a dia malah merasa mual melihat makanan di mejanya. Padahal lauknya enak
" perintah Yuta yang dibala
aja." Ara berdiri dan ber
alah makanan kesukaan Ara semua. Tanpa sadar Yuta menggeram. Tidak menghargai
menyelesaikan sarapannya nanti, akan
*
panjang lebar yang telah direncanakannya malah tertelan begitu menemukan
saat menemukan bahu perempuan itu berget
pria itu segera mendekat dan menepuk bahu Ara pelan. Dia tidak
nangis? Kenapa?" t
ah Yuta dengan mata membulat. Mengalihkan pandangan d
ngis di depan Yuta begini?
nada paling lembut yang pernah Ara deng
uma pusing." Ara
tah Yuta sambil mendorong
akan sebuah pijatan di kepalanya, pe
kok saya baik." Yuta menyahut pede
adi. Wajah Yuta memang selalu kelihata
menggigit lidah guna menahan senyum. Lalu, ketika perasaan nyaman meli
Yuta telah merawatnya. Tapi, Ara tidak menem