Kisah Ustadzah yang menjadi Wanita Binal (Cerita Pahit Eks.Dolly)
A
uh
ahku. "Byuurrrr....," sontak aku terkesiap karena dinginnya air yang kurasakan menusuk kulitku. Aku mengambil kayu di bumbungan dan mulai menyalakan api, mengambil panci hitam dari dinding bambu, dan memasak
mat sekali," gumamku lirih sambil merapal shalawat di hati pagi ini aku masih diberikan nafas dan kehidupan. Setelah selesai memasak, aku bersiap membuat kopi hitam panas d
g, lalu menyiapkan ubi kukus dan memasukkannya ke dalam tas kain untuk dibawa ke sawah t
pekerjaanku baik dan halal dari keringat jerih payah sendiri. Jangan tanyakan bangku sekolah padaku, aku tidak pernah mengenyam dunia pendidikan. Kadang aku merasa
sukaan, bisa makan setiap hari saja sudah bersyukur," ucapku lirih sam
Nun, maafin Mbok yang terus nyusahin ya
njang umur biar nanti kita hidup enak bareng M
erdoa di hati semoga hari ini tidak turun hujan atau jika turun hujan
buat dari bambu. Sayup-sayup kudengar Mbok mendoakanku agar sehat dan diberikan nasib yan
malu-malu untuk muncul ke peraduannya. Burung-burung kecil berterbangan di atas langit dengan riang gembira. Bunyi batang-batang pohon bambu yang diterpa angin bagaikan lantunan musik dari angkl
puluh ribu sampai empat puluh ribu untuk lima jam bekerja. Sungguh sulit sekali menjalani hari-hari dengan kondisi fisik kaki yang cacat dan bekerja di sawah yang ketika siang san
bupaten Mojokerto,Provinsi Jawa Timur. Pakde menyewakan seluruh sawahnya dan memperkerjakan buruh
ipanggil Pak Haji. Nama asli beliau Mohamad Shodiqin, dulu sepulang dari menunaikan ibadah haji orang-orang memanggilnya Pak Haji, tapi beliau tidak berkenan dipanggi
rdetak jika melihat Si Mbok meracau sembarang kata karena sakit yang dialami tubuhnya terus menggerogoti. Kami sudah pernah mendapat bantuan dari pihak desa, n
ang untuk kesehatan semua pasti mengusahakan untuk bayar berobat. Nampaknya Si Mbok tidak begitu menggubris ajakanku untu
rih sambil tertatih menyusuri jalan tanah yang licin karena semalaman hujan mengguyur. Rasanya aku terseok-seok lama sekali m
ma jalannya karena kondisi tanahnya licin dan Nun pe
Lukman," kata Pakde kepadaku sambil menyalakan rokok lintingan tembakau buatannya sen
da ya?," tanyaku sambil menaruh beka
de butuh dia untuk mengelola semua lahan,"j
cok jadi pegawai kantoran Pakde?," tanyaku sambil me
gatmu, Nun," jawab Pakde dengan tegas. "Ibumu apa k
saja,"jawabku singkat d
kin terkoyak dan teriris bagai ditusuk belati yang tajam. Dadaku terasa sesak kala mengin
u....,"rintihku lirih sambi