Amazing World
kota. Hal yang mendebarkan telah terjadi dan ditakutkan telah selangkah lebih maju dari yang diduga. Media tidak pernah men
knya telah tercoreng hanya dalam satu malam. Benar-benar mengerikan sampai ibunya mengajukan diri untuk melakukan penyelidikan sebagai pe
ni perkuliahan tetap berjalan lancar. Artinya kondisi di lapangan baik-baik saja. Dapat dipastika
ia sosial. Anggota BEM langsung angkat t
berita itu sembarangan. Beruntung jatuh di ata
n rindang meskipun berisik lantaran banyak mahasiswa yang membicarakan kabar yang sama. Ada juga yang sudah bergerak ke kantor
lau nggak suka buat gue aja," Arya
ang naik satu tingkat, ya!" Chika merebutnya, tetapi Arya keke
jam sekali kau, Chika!" Arya
rkan lidahnya
erhasil menurunkan tangan Chika paksa. Dia mengan
, si
ah lo, 'kan?" tanya Arya seli
ang mereka sambil sibuk dengan
rak-gerik mereka itu lo. Foto itu ... mesra banget. Mereka terlalu dekat sampai mungkin mau pelukan. Ditamba
as enggak, lah! Kurang kerjaan apa gue sampai buat gosip yang begituan? Mendingan nulis nove
n. "Maaf, deh, jadi nuduh temen gue yang cantik jelita. Gue juga sempa
Chika, "Awas lo kalau ikut campur. Gue p
k nyeremin, Bro.
cuek. Gue kotak, nih!" Arya sudah mengangk
. Lain daripada itu, Fraya kembali pada dunianya sendiri. Pikirannya melayang jauh pada kejadian
telah menanti. Seiring berjalannya waktu, Fraya tetap dilanda bingung. Sekarang di kantin bersama Chika. Arya pergi dengan membawa kamera. Katan
staf dan dosen mengatakan mereka sedang bertugas di daerah lain dan tentunya berbeda lokasi. Walaupun surat tugas ditunjukkan dan itu benar adanya, p
naknya. Dia mengira pasti dosennya itu sudah menemukan beb
gak mau biar gue aja yang minum." Chika akan merebut es teh yang s
gga? Mana dulu yang mau lo minum? Bisa-bisa kembung baru tau rasa,
epala gue. Biar nggak stress gara-g
r. Sehari aja masa nggak
mengerti apapun dalam dunia kerja dan berkarya
au bisa, haha. Siapa tau akan cerah di kemudian hari. Wih, gue udah kayak orang-o
"Mirip orang g
nya. Kecuali Fraya, tentu saja dia tetap tak bergem
ibi buat menghindari tuduhan dan massa? Pak Abi pasti tau jawabannya. Dia, 'kan dos
mendapat banyak foto dari kerumunan mahasiswa. Ada
k tepat di sebelah Fraya. Namun, Fraya melamun. D
r, dong! Mikirin apa coba?" Arya menggaruk lehernya heran. Tanpa piki
sen lagi ceramah juga! Ssttt, diam lo, diam!" Fr
handphone nyanyi mulu. Buruan matiin! Udah tau
a arah dibilang lapar? Fraya hanya meringis dan membenarkan dugaan Arya saja. Justru Arya yan
doh amat, lah." gumam Fraya seperti bunyi
seperti mimpi daripada kenyataan. Bagaimana bisa dirinya mendapat perhatian dari dua cowok tampan sekaligus? D
baru sadar waktu seminar kak Varo
s pada perkuliahan. Fraya sangat terkejut saat membaca pesan terakhir Va
ini? Oh, jadi kak Varo lagi di Bandung. Pantesa
ntaan maaf Varo seolah-olah mengatakan Fraya sedang menunggu dirinya, padahal tidak. Kemudian, beralih pada
t sungguhan saat menemui Abi nanti. Pangg
ah. Mana mukanya dingin banget bikin gue pengen kabur aja," kali ini desisan Fra
iris pada Arya. Dibalas senyuman bodo
, "Datanglah kapanpun, Sayang
aya terangkat,
terkekeh. Berpaling dari Fraya ke dosen yang sedang menga
kata Arya
lesung pipi Arya. Senyumnya semak
ngan kamera dan foto walau sudah berada di atas motornya hendak pulang. Lalu, di sinilah Fraya berada. Depan ruang d
atur diri lebih santai dan siap me
!" menepuk tangannya sekali da
n tertentu. Ruangan Abi berada di tengah-tengah. Pintunya tertutup, tetapi ada orangnya di dalam. Di
yak mau makan gue mentah-men
raya harus tetap menghadapi kenyataan. Mengetuk pintu tiga kali dan membukanya. Menjulurkan kepala terlebih dahulu. Langs
"Permisi, Pak. B
enggigit bibir bawahnya. Menutup pintu sampai berderit kecil. Memberanikan diri langsung dudu
ia musuhan sama gue gitu? Apa ala
eribu bahasa. Situasi yang sedingin es tidak mendukung otaknya untuk berjalan lancar. Semua pertanyaan dan kata-kata y
saya terus, saya bisa gila." ucap Fra
pa
ingnya sebagai pemanis. Fraya mengeluarkan jurus
cairin dulu, nih. Emang dasar sok
suk rumah sakit jiwa, Pak. Nggak kuat saya. Saya masih mau w
od
upa kalau Abi tidak bisa diajak bercanda. Kata-kata makian la
rjap. Merasa sia-
embar demi lembar itu langsung diterima dan dibaca sekilas oleh Fray
sama. Silahkan ditandatangan
ingung, tetapi Abi hanya memberi anggukan kuat, "Sebanyak ini isinya apaan, Pak? Maks
m, karena kamu bodoh," m
a tersenyum. Dalam hati sungguh pahit. Ingin
poin yang dia pegang, "Tanda tanya besar di wajah
b Fraya acuh nan cepat. Bibirnya mengerucut, "Kalau bisa gue h
a gandakan dua kali lipat setelah
ulutnya. Pura-pura sed
u. Namun, Abi tidak
kin," gumam Fra
embiarkan kamu berkeliaran sendirian. Karena kamu ceroboh dan selalu bertindak diluar nalar, tidak seperti mahasis
baca pasal-pasalnya. Bapak pasti mengekang saya di beberapa nomor, 'kan? Ka
satu per satu dalam hati. Bibirnya masih mengeruc
ya lepaskan kamu setelah mengacau semalam."
n dan terus menatap Fraya tiap kali Fraya membuka lembaran baru. Bila mata gadis itu terus bergerak-gerak
n di meja membuat Abi terjingk
aan kamu, Fraya
lis jelas di poin ke sepuluh kalau pihak kedua harus menuruti semua perintah p
ng kasar. Tangannya sampai memukul meja lantaran t
duga kalau Fraya akan berteriak protes bahkan
k pasal kerja sama seperti ini. Apalagi tanganku sendiri yang membuat. Ke
anmu tidak bisa dihadang dengan kata-kata saja, jadi
jantungnya mampu berpacu lebih cepat dan Abi tetap berpikir itu hasil dari teriakan F
dak dihapus, saya tidak mau tanda tangan dan saya akan tetap berjalan dengan cara saya sendiri. Asal Bapak tau, saya sudah tau di mana lokasi bu Iva sekara
Ini tidak semudah yang kamu pikirkan. Tidak ada lini yang lurus dalam kasus ini. Jika itu rencana
iar apa? Tidak mau! Pokoknya hapus bagian itu! Saya cuma
anya. Tidak ada yang bisa dirubah. Cepat!"
erewet! Ini pemaksaan namanya!" Fraya melepaskan bolpoin itu, tetapi Abi menyuruhnya memegang d
iswa gila seperti kamu? Cepat tand
eorang tolong saya!
ulut Fraya membuat Fr
ulah!" desis Abi dekat nan
ng meja, Abi sampai berdiri. Namun, dia tetap tidak melepaskan tangannya