icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Amazing World

Bab 2 Perihal Malu dan Profesi

Jumlah Kata:2659    |    Dirilis Pada: 13/10/2022

akan terlihat cahaya jingga di barat kali ini. Guntur menggelegar walaupun tidak ada guntur. Itu karena dia melihat wajah Abi di dep

odoh melambaikan tangan. Kakinya dengan bera

Abi yang tidak b

canda Fraya dan menarik

inya sambil mengangguk sebentar, "Ad

a semester kamu untuk ikut. Akan ada arahan rektor

seakan kesal bercampur malas. Dalam hati Fraya berdecak dan m

uman rektor, kenapa cuma semester saya

al kelas kamu besok setelah seminar. Jangan membant

delik, "B

ng salah sama wajah gue? Kayak ogah ba

yang ngasih tau saya? Bukannya kaprodi at

edang buruk hari ini. Dugaannya benar, Abi memutar bola mata je

rtemu kamu di sini,

tarkan jiwa Fraya. Bulu kuduknya merinding diterpa angin. Rambutnya yang terikat satu pun terayun sedikit. Tidak ada perbincangan di antara mereka. Tanp

nas, tiba-tiba hujan. Jangan-jangan besok badai, hah

an. Abi mengernyit, kemudian tertawa pelan. Sebisa mungkin mengatur

ak? Apanya

bukanlah dosen yang dia maki selama ini. Abi meng

u." ujar Abi kejam, tetapi

i dahinya pun hilang. Senyum it

,' lirih Fra

-lagi angin berhembus sesuka hati. Genangan air kecil sampai bergel

Kalau nggak bermutu Bapak tinggal nggak usah

an tegas orang itu mengganggu Fraya. Ini reaksi yang be

kin. Tapi kalau boleh jujur, dia ganteng banget! Mata tajamnya itu ... astaghfirullah, nggak boleh begitu, Fraya! Inga

Apa mau terus

edari tadi dia memandang Abi. Fraya menggeleng

tadi ngelamun bentar. Kalau gitu makas

dak memperhatikan jalan. Hingga

teriakn

Abi terkejut. Tanga

t sekujur badan terlebih lagi wajah. Dia meren

lambat, Bapak!" pekik Frey

k tega, "Astaga

dengan kondisi kotor nan tertatih. Abi hanya menahan tawa agar tidak mentertawakan kesengs

t Abi yang tak beranjak dari depan ruang dosen. Ingin sekali Fraya meremas wajah sok dosennya yang terlihat jelas bahagia di atas

ersen si tembok retak terus ngetawain gue! Kalau sampai diceritain ke orang-orang, habislah r

ebih dewasa dari Fraya. Gadis itu seolah sudah berada di usia tiga puluh tahun. Bayangkan saja, saat ini sudah berhasil menjadi penulis muda yang novelnya memenuhi laman penjualan buku online terlaris. Fraya patut iri padanya. Beruntung Chika

a? Tolong buat gue menghilang dari

a menginap di rumah Chika malam ini. Kebetulan orang tua Chika sedang dinas

lo. Diam, deh! Gue lagi mikir p

i meja kerjanya. Sedangkan Fraya mengacak-acak ranjang Chika. Ram

diri sendiri di depan dia! Mana nggak nolongin gue lagi! Pokoknya gue malu, malu, dan malu!" Fraya

h dalam sekali teguk. Fraya

malahan, haha. Nggak apa-apa, anggap aja itu ujian. Lagian pak Abi nggak bakalan cerita ke orang-orang. Dia bukan tipe

mbok retak gangguin otak gue mulu. Sekarang malah makin

ulai. Seketika ingat pesan

ngan. Gantian sama fakultas lain soalnya," ujar Fraya. Dia mengambil sisir Chika dan mul

o nggak bilang dari tadi, Bego? Harus

ampaikan pesan itu ke semua temannya. Dia me

ya gue sibuk sama rasa malu gue. Harg

oal materi yang dia ajarkan. Kalau menurut gue, cuma mata kuliah pak Abi yang bisa masuk ke otak gue,

. Gue nggak kayak lo, tuh. Sekalinya nyebelin, ya, tetep nyebe

h yang tiada duanya. Lo nggak normal kalau nggak sepemikir

ue peduli?" Fr

ti? Perasaan ditutup mulu. Jangan gitu, Ya. Lama-lama lo bis

butnya. Dia menyeringai, "Gue, mah,

lihat reaksi lo ke pak Abi gimana. Bakal jadi berita seru, nih.

getin gue lagi, sih?! Gue sebe

ngah-tengah orang-orang berbakat itu sangat menyiksa batin. Walaupun posisi seorang mahasiswa, seharusnya tidak memungkiri baginya untuk berkarya. Hinaan Abi

hkan ikat rambutnya berwarna putih. Gadis itu berangkat lebih awal ke kampus. Meninggalkan

annya setelah berselancar di lautan internet. Semuanya tentang akuntan yang berpengalaman kerja paling sedikit selama satu tahun. Pupus sudah harapan Fraya. Sudah tidak terlalu panda

n boleh melamar, tapi apa gue bisa? Coba c

oy

meja Fraya membuat

ni masih pagi, Woy!" Fraya ikut berteriak

af. Lagi ngapai

i anak-anak. Dia lah satu-satunya pengangguran selain Fraya, walau tidak bisa dikatakan sepenuhnya. Ar

karena Fraya segera memasukkan ha

agi. Kenapa? Pasti belum sarapan." menunjuk hidung Arya c

Ntar gue traktir nasi goreng." Arya meringis. Senyuman khas yang

g waktu dibutuhkan. Yaudah, ayo, tapi gue nggak ikut makan, y

ng harus lo tau, gue itu sekarang super sibuk. Ada pameran foto

, bagus, deh, kalau gitu! Udah nggak trauma lagi lo?" Fray

lu biar berlalu, hehe. Sek

meletakkan jaket dan tas-nya di mej

a dunia kerja. Jadi, gue nggak boleh kalah. Sem

ga. Semua itu ulah fakultas pertanian. Mereka ingin menghias kampus dengan tanaman segar sampai

sosok yang dia wanti-wanti agar tidak melihat wajahnya hati i

a ini, Ya Tuhan?!' pik

sangat jelas dia ingin sembunyi dari dunia. Bahkan sudah

ut satu, ya. Kasih telur mata hancur diatasnya." Arya membe

. Makasih banyak, ya. Kalau begini terus jadi makin manis senyum

a kasih kembali, Bu ...," belum selesai bica

l. Entah dibuat-buat atau m

sakit?!" Arya panik. Mencoba menghadapkan wajah Fra

i mau muntah sendiri. Ish, otak gue udah

dur beberapa langkah. Langsung kembali berlindung di belakang Arya, "Eh, e

bukanya terlihat dari tempat pemesanan.

ri ancaman si tembok retak, Ar. Jangan sampai dia lihat gue. Bisa han

epalanya, "Lo ng

sambil mengaduk kopi. Mulut

pekik Fraya tak sengaja. S

hadiran Fraya tidak bisa disembunyikan oleh badan Arya. Terlebih la

duk kopinya, "Oh?

n diri untuk menampakkan diri. Dengan datar dan dinginnya

Dipikir kita hama?!" des

enyapa ramah, "Pagi,

kasih." Abi

raya. Dia melototi Arya

sih salam? Mana si tembok retak ngangguk

nggak jelas. Kalau mau gue traktir bilang aja nggak usah geng

uh! Susahnya kalau sama lo, Ar.

l membawa kopinya. Dia keluar dari kantin, tetapi berhenti di de

"Kenapa berhenti

a memukul punggung Arya sambil melotot, melompat-lompat tak karuan sampai A

lo itu! Dia kebangetan banget, '

dalam perihal kemarin sore. Sungguh memalukan yang tidak bisa dihempas. Fraya sudah menduga hal ini akan terjadi. A

a gila apa minta traktiran?!" Arya masih saja berpikir Fraya lapar sehingg

Lupakan kejadian pagi tadi, Fraya sudah mati-matian menahan wajahnya agar tidak m

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka