Dignity ( Demi Harga Diri)
enyap. Suri memindai jam dinding. Pukul tiga dini hari. Clien
sal, dan bergegas keluar. Ia bermaksud membantu Pras m
obil Pras melaju dan langsung masuk ke dalam garasi dengan mulus. Suri bergegas berlari ke pintu pagar. Menguncinya
hkan remote mobil dan melenggang masuk ke dalam rumah. Suri menerima remote mobil sembari mencium-cium udara. Aroma tubuh Pras yang
ntu mobil serta garasi. Setelah mengunci rumah sekaligus mematikan lampu ruang tamu, Suri tergopoh-gopoh ke kama
a mendengar Pras tengah berbicara dengan seseorang di ponse
a saja ia penasaran karena Pras berbicara dengan sangat pelan, hingga nyaris berbisik. Seolah-olah Pras takut kalau pembicaraannya terden
'kan tidak tahu apa-apa soal bisnis. Tidak masalah, Mur. Kamu boleh menelepon dan menanyakan apa saja dan k
intu kamar. Ia memunguti pakaian kotor Pras yang menumpuk di
pon pukul tiga din
saja urusan orang
orang k
lau aku ingin tahu, Mas," tukas Suri tegas. Statusnya ad
g bukannya disambut dengan senyuman, ini malah diajak ribut. Istr
cam apa
Pras memperlakukannya tidak selayaknya seorang istri. Selama ini ia terus bersabar dan menghibur diri. Mengucapkan dalam hati, bahwa Pras tengah disibukan oleh p
yang menutup-nutupi pembicarannya dengan seseorang yang ia duga keras adalah Bu Murni, mengait emosi Suri. Kesabarannya telah sampai ke titik
t. Apa kamu tidak bisa menunggu sampai bes
gar semuanya. Ia juga sudah bisa menebak siapa perempuan yang menelepon Pras itu. Murni Eka Cipta. Ia hanya ingin menguji Pras saja. Apakah Pras akan jujur atau tidak. Kalau Pras jujur, itu arti
mbicaraan orang, R
ris. "Apa memang Mas sungguh-sungguh sudah tidak ingin menjadi suamiku lagi? Katakan saja terus terang, Mas? Mas tahu 'kan ka
hanya ingin tahu apakah aku sudah sampai di rumah. Itu
uri tertawa ta
pakah bawahannya sudah sampai dengan selamat di rumah pada pukul tiga dini hari? Bawahan yang berlainan jenis lagi!" bantah Suri sengit. Sepertinya apa yang dikatakan Wanti
amah. Apalagi terhadap karyawannya sendiri. Kamu jangan cemburu buta begini dong
annya setiap mereka lembur. Bayangkan, Bu Murni akan menelepon seratus tujuh puluh-an karyawannya setiap hari. Kira-kira itu masuk akal tidak Mas? Kalau menurutku sih tidak mungkin. Bayangkan 170-an orang karyawan. Apa nggak dower
. Satu yang pasti, tidak ada apa-apa di antara aku dan Bu Murni. Percayalah. Kami de
rbohong. Karena selama mereka berbicara Pras tidak berani
hal ya, Mas? Jangan sampai aku mendengar kecurangan Mas dari orang lain. Kal
angnya? Cerai? Mau jadi kamu kalau bercerai dariku? Tamatan SMP t
. Karena pendidikan yang paling penting di matanya adalah pendidikan akhlak dan hati yang mulia. Makanya dulu ia bersedia menerima lamaran Pras. Karena di matanya, Pras adalah laki-laki baik yang bersed
a. Aku sedang lelah lahir batin, Ri. M
ndang rendah dirinya. Hanya saja ia menutupinya dengan baik. Dan kini pada saat emosinya terkait, maka semua yang dibatini Pras keluar dengan sendirinya. Bukank
ka berdua di negeri ini? Sementara para sarjana-sarjana hebat seperti Mas ini malah menjadi keroco di perusahaan-perusahaan yang menurut Mas orang bodoh tadi. Benar tidak, Mas?" tantang Suri. Ia memang bukan seorang sarjana seperti Pras. Tetapi, ia punya otak. Untuk itu ia akan menantang Pras beradu argum
ator. Jangan-jangan besok-besok kamu akan diangkat menjadi tim sukses oleh salah seorang
uatu nanti Mas jatuh, orang akan beramai-ramai menyukurinya," tukas Suri geram. Sikap
u sendiri bukan?" Suara Pras makin lama makin kera
. Buka otakmu lebar-lebar. Dibilang bodoh kamu tidak terima. Dibilang pandai, nyamuk pun tertawa mendengarnya. Sana, aku mau mandi. Menghalangi jalan saja." Suri nyaris terjengkan
u ia harus memperbaiki dirinya dulu. Ia harus memiliki senjata untuk menghadapi Pras. Karena berperang maju tak gentar tanpa per