icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Dignity ( Demi Harga Diri)

Bab 2 Haruskah Berpisah

Jumlah Kata:1670    |    Dirilis Pada: 21/08/2022

enyap. Suri memindai jam dinding. Pukul tiga dini hari. Clien

sal, dan bergegas keluar. Ia bermaksud membantu Pras m

obil Pras melaju dan langsung masuk ke dalam garasi dengan mulus. Suri bergegas berlari ke pintu pagar. Menguncinya

hkan remote mobil dan melenggang masuk ke dalam rumah. Suri menerima remote mobil sembari mencium-cium udara. Aroma tubuh Pras yang

ntu mobil serta garasi. Setelah mengunci rumah sekaligus mematikan lampu ruang tamu, Suri tergopoh-gopoh ke kama

a mendengar Pras tengah berbicara dengan seseorang di ponse

a saja ia penasaran karena Pras berbicara dengan sangat pelan, hingga nyaris berbisik. Seolah-olah Pras takut kalau pembicaraannya terden

'kan tidak tahu apa-apa soal bisnis. Tidak masalah, Mur. Kamu boleh menelepon dan menanyakan apa saja dan k

intu kamar. Ia memunguti pakaian kotor Pras yang menumpuk di

pon pukul tiga din

saja urusan orang

orang k

lau aku ingin tahu, Mas," tukas Suri tegas. Statusnya ad

g bukannya disambut dengan senyuman, ini malah diajak ribut. Istr

cam apa

Pras memperlakukannya tidak selayaknya seorang istri. Selama ini ia terus bersabar dan menghibur diri. Mengucapkan dalam hati, bahwa Pras tengah disibukan oleh p

yang menutup-nutupi pembicarannya dengan seseorang yang ia duga keras adalah Bu Murni, mengait emosi Suri. Kesabarannya telah sampai ke titik

t. Apa kamu tidak bisa menunggu sampai bes

gar semuanya. Ia juga sudah bisa menebak siapa perempuan yang menelepon Pras itu. Murni Eka Cipta. Ia hanya ingin menguji Pras saja. Apakah Pras akan jujur atau tidak. Kalau Pras jujur, itu arti

mbicaraan orang, R

ris. "Apa memang Mas sungguh-sungguh sudah tidak ingin menjadi suamiku lagi? Katakan saja terus terang, Mas? Mas tahu 'kan ka

hanya ingin tahu apakah aku sudah sampai di rumah. Itu

uri tertawa ta

pakah bawahannya sudah sampai dengan selamat di rumah pada pukul tiga dini hari? Bawahan yang berlainan jenis lagi!" bantah Suri sengit. Sepertinya apa yang dikatakan Wanti

amah. Apalagi terhadap karyawannya sendiri. Kamu jangan cemburu buta begini dong

annya setiap mereka lembur. Bayangkan, Bu Murni akan menelepon seratus tujuh puluh-an karyawannya setiap hari. Kira-kira itu masuk akal tidak Mas? Kalau menurutku sih tidak mungkin. Bayangkan 170-an orang karyawan. Apa nggak dower

. Satu yang pasti, tidak ada apa-apa di antara aku dan Bu Murni. Percayalah. Kami de

rbohong. Karena selama mereka berbicara Pras tidak berani

hal ya, Mas? Jangan sampai aku mendengar kecurangan Mas dari orang lain. Kal

angnya? Cerai? Mau jadi kamu kalau bercerai dariku? Tamatan SMP t

. Karena pendidikan yang paling penting di matanya adalah pendidikan akhlak dan hati yang mulia. Makanya dulu ia bersedia menerima lamaran Pras. Karena di matanya, Pras adalah laki-laki baik yang bersed

a. Aku sedang lelah lahir batin, Ri. M

ndang rendah dirinya. Hanya saja ia menutupinya dengan baik. Dan kini pada saat emosinya terkait, maka semua yang dibatini Pras keluar dengan sendirinya. Bukank

ka berdua di negeri ini? Sementara para sarjana-sarjana hebat seperti Mas ini malah menjadi keroco di perusahaan-perusahaan yang menurut Mas orang bodoh tadi. Benar tidak, Mas?" tantang Suri. Ia memang bukan seorang sarjana seperti Pras. Tetapi, ia punya otak. Untuk itu ia akan menantang Pras beradu argum

ator. Jangan-jangan besok-besok kamu akan diangkat menjadi tim sukses oleh salah seorang

uatu nanti Mas jatuh, orang akan beramai-ramai menyukurinya," tukas Suri geram. Sikap

u sendiri bukan?" Suara Pras makin lama makin kera

. Buka otakmu lebar-lebar. Dibilang bodoh kamu tidak terima. Dibilang pandai, nyamuk pun tertawa mendengarnya. Sana, aku mau mandi. Menghalangi jalan saja." Suri nyaris terjengkan

u ia harus memperbaiki dirinya dulu. Ia harus memiliki senjata untuk menghadapi Pras. Karena berperang maju tak gentar tanpa per

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 1. Curiga.2 Bab 2 Haruskah Berpisah 3 Bab 3 Memulai Hidup Baru.4 Bab 4 Yang Salah Siapa Yang Marah Siapa Juga 5 Bab 5 Kamu Jual, Aku Borong.6 Bab 6 Semesta Punya Cerita.7 Bab 7 Mendapat Jalan Keluar.8 Bab 8 Egois!9 Bab 9 Dukungan Sahabat.10 Bab 10 Tidak Mau Rugi.11 Bab 11 Melawan Takdir.12 Bab 12 Pelakor Tidak Tahu Malu vs Suami Penghianat.13 Bab 13 Main Tangan Akan kupolisikan.14 Bab 14 Nasehat Damar.15 Bab 15 Women Supported Women.16 Bab 16 Mengadu Pada Mertua.17 Bab 17 Sesal Kemudian Tiada Berguna.18 Bab 18 Puas Lahir Batin.19 Bab 19 Yang Salah, Yang Menghina.20 Bab 20 Kena Batunya.21 Bab 21 Tertangkap Basah.22 Bab 22 Pelakor Tak Tahu Diri.23 Bab 23 Mulutmu Harimaumu.24 Bab 24 Dunia Ini Sempi25 Bab 25 Si Bathil Yang Pendendam.26 Bab 26 Akhirnya Bercerai.27 Bab 27 Menyesal 28 Bab 28 Diam-Diam Suka.29 Bab 29 Lembaran Baru.30 Bab 30 Biang Masalah.31 Bab 31 Senjata Makan Nyonya.32 Bab 32 Mulai Usaha.33 Bab 33 Sendiri (mungkin) Lebih Baik.34 Bab 34 Cinta Kedua.35 Bab 35 Manusia Tiada Mengenal Kata Puas.36 Bab 36 Calon Mertua Idaman.37 Bab 37 Kasmaran.38 Bab 38 Kreatif Walau Terjepit.39 Bab 39 Hempaskan Ke Laut Selatan.40 Bab 40 Jodoh Baru 41 Bab 41 Semesta Menguji Cita.42 Bab 42 Aku Selalu Ada Untukmu.43 Bab 43 Tunggu Pembalasanku!44 Bab 44 Anugerah Terindah.45 Bab 45 Tabir Bahagia46 Bab 46 Siapa Menabur Angin, Akan Menuai Badai.47 Bab 47 Jatuh Cinta Berjuta Rasanya.48 Bab 48 Cemburu.49 Bab 49 Karma.50 Bab 50 Penyesalan Yang Terlambat.51 Bab 51 Hari-hari Bahagia.52 Bab 52 Awal Baik, Hari Baik.53 Bab 53 Kesadaran Yang Mengubah Keadaan.54 Bab 54 Extra Part I55 Bab 55 Extra Part II