Bersamamu Memeluk Luka
uar
tama di bu
beberapa waktu lalu. Minuman yang selalu men
ma wangi dari caramel membuat perpaudan ya
ap ke jalan raya. Lalu lalang kendaraan, serta beberap
seseorang yang baru saja
cet." Ucapnya meminta maaf kare
respon dengan seb
laptop, tape record dan satubuah not
iswara. Seor
Mbak?" Tanyanya saat suda
mua dari mana, apakah Kamu bisa
ngkin Mbak mau bercerita dulu. Baga
sendiri sudah tak lagi bisa merasakannya, rasa
tang sakit hati. Tapi lebih dalam dari itu. Lukaku tak lagi mampu ku jabarkan dengan kata - kata. Jadi aku tidak tahu
up laptopnya, kemudian melipat tangan diatas meja.
ncing beragam emosi yang ada dalam diriku, apa yang ia tanyakan tadi? Bagaimana aku
akukan beberapa
num lakukan sekarang, berlakulah sedikit g
menggila, agar
ebuah seminar . Ke dua kami bertemu tak sengaja di sebuah galery seni sampai akhirnya Aku tertarik untuk memberinya sebuah kisah sem
anganku lakukan. Karena disini aku ingin sekali mengisahkan sebuah kisah yang
isahku sebagai takdir, tapi aku memang enggan sekal
ginginkannya sebagai bagi
- benar menjadi gila ketika dia juga m
an ciptakam untukku, satu - satunya luka terh
dari sebuah penghanc
aki beruntung yang sudah membuat
mengucap sebuah nama yang selalu
n Dirg
kik, "aku manggilnya mas Bian
ad." Kataku beru
namanya saja hatiku rasanya membuncah. A
ar ingin menceritakannya pa
an lebar, aku tahu Nadi tak
ti menyadari rasa tak nyaman dar
an adalah sosok yang tak mudah ak
t tapi beg
perlu sedikit memberinya bumbu - bumbu romansa. Atau kalau perlu kamu bisa memb
na dibanding meracik kopi menjadi sebuah minuman yang nikmat untuk di sesap. Mbak H
ik untuk menulis. Tapi jika nanti ada kesempatan. Mungkin aku akan menggeser posisimu di Lintang
antikanmu untuk meracik kopi mbak." Bal
gar kisahku, atau memgambil posi
a, aku ini hanya penik
era." Aku mengulas senyum ketika membayangkan bagaimana semua kebetulan itu benar ada, "meski kita sering beradu argumen, tapi hal itu tak lanta
serius mendengarkanku sambil menggoyang - g
u sehenak kemudian aku menatap lurus ke ara
ku memang sudah lama gila. Tapi bersamanya aku semak
r Nada bisa mencerna dan m
cintainya?" Tan
engan
namun aku baru merabanya. Sebelum benar - benar
p harinya. Aku bingung menamainya apa. Tapi aku tau perasaan itu nyata. Dan aku
luka yang kupelu