Smith
anaknya yang selalu saja bertengkar atau bahkan berkelahi, hanya karena masalah sepele. Rasanya dia sudah tidak sanggup berada di ruma
baya itu tahu jika istrinya pasti menangis di dalam kamar karena ucapannya yang t
membenci sang daddy. Padahal berkali-kali pria itu meminta maaf atas kesalahannya di masa lalu, sampai pernah bersimpuh di kaki Aleya dan Xerdan. Namun, sepert
ang ada hanya perdebatan sengit, tetapi mendengar kata maaf keluar dari bibir pria itu dengan tulus, membuat Xerdan menjadi tidak tega dan meminta sang daddy menyusul mommy-nya. "Sudahlah, lebih baik kejar Mommy.
anak yang baik, Daddy tahu itu. Maaf
ebih baik bujuk Mommy-ku agar memaafkanmu. Sedangkan aku akan membujuknya nanti, pergi
a dengan keadaan ya
baya itu, seraya pergi meninggalkan Xerdan yang mena
i kau jatuh cinta pada Tuan Besar," seloroh Jo
tiba-tiba saja berada di sana? Apa dia memiliki sebuah ilmu yang
pku seperti itu? Berasa hantu aku d
kau berada di
an dia berada di sini? Bukankah pria itu sudah mengetahui kedatangannya sejak tadi, sebelum
aku bertanya, sejak kapan kau berada di sini?" tanya Xer
mencuci pakaian," jawab Jordan dengan asal,
uruhmu mencuci pakaian?
reka semua menyebalkan, hanya dirinya yang waras, oh tidak sang nyonya juga. Tiba-tib
itu. "Aku sudah di sini sedari tadi, jauh sebelum kau beradu mulut dengan Tua
lah lupak
memang terbiasa makan menggunakan sendok, tetapi bukan berarti sebelum ataupun sesudah ma
kenyang, setelah daddy datang dan mengajak berdeba
lah satu penghuni di ruangan tersebut yang masih kebingungan. "Ada apa dengan Tuan Muda?
saat kedatangan John sudah diusir dari sana. Ia memerintahkan agar dua orang pelayan it
ena makanan yang ada di piringnya belum habis, dengan sangat terpaksa ia menghabiskanny
tanya salah satu pelayan, yang ba
an. Itulah sifat asli pria tersebut. Dingin dan datar jika berbicara, apalag
ya Xerdan secara tiba
saling memandang satu sama lain. "
uang makan dengan cengiran khas, tetapi hanya ditunjukkan kepada Xerdan tidak kepada yang lain. T
alisnya. "Tuan, apa Anda meng
endengar pertanyaan dari Jordan. Pria itu mengangkat pandangan, lalu menatap tajam ke arah tangan kanannya. "Apa kau tida
tnya. Namun, setelah sampai di pintu utama, tiba-tiba saja perutnya meronta-ronta meminta un
t karet," e
r biasa. Makanya aku ingin menambah