icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Kemarau Kapan Berlalu?

Bab 2 Terik Dua

Jumlah Kata:1412    |    Dirilis Pada: 06/07/2022

il dibanding rumah-rumah di sekitarnya. Tidak ada garasi, halaman luas, apalagi bangunan bertingkat. Walau demikian, Sam merawatnya dengan baik. Pot b

ue pul

tu adalah keponakannya, Renaldi. Sam mendesah melihat rambut ikal Renaldi acak-acakan, bertabur ko

Di. Lo eng

Sam bergidik karena melihat kulit cabe

rang bawaannya. "Enak

ak. "Tadi siang

nal sampo. Muka kucel, gigi kuning, baju enggak ganti. Mau gue mand

Sam melangkah masuk, duduk di karpet hijau depan

iya. Gu

cukur, dan tidak pernah mau ke luar rumah kalau tidak ada kepentingan yang mata darurat. Sam harus rajin menceramahi Renaldi untuk

am. Biasanya, ia jarang membeli makanan di liar dan lebih memilih memasak di rumah

lagi tayang. Ngomong-ngomong, gadis pendek tadi belum memberitahu namanya. Setelah memberi

iri? Gila. Kalau ada orang

naldi tiba-tiba ke luar sambil me

mu cewek tinggal di rum

er biru dan celana jeans pendek, menampilkan bulu-bulu halus di betisny

Kecil banget bodinya,

tempat kumuh?" Renaldi meletakkan

n-preman markasnya di tempat kotor," sahut

ya. Sam pun demikian. Lelaki itu melahap nasinya sembari m

g menunduk, menggigit paha ayam dengan lahap. Tipis, bibir Sam tersenyum. Bagi orang lain, Renaldi adalah su

gin berhenti dan mencari pekerjaan halal. Namun, lagi-lagi, Tuhan begitu tidak

a, mandornya memperlakukannya secara tidak adil.

cap Sam seusai menelan nasi bec

ngkat wajah. "

rav

aha

kualitas pendidikannya." Renaldi diam. Sa

Jemarinya mengumpulka

upah gue sekali

o enggak tiap h

akukan transaksi lagi, tetapi Renaldi harus teta

. Belajar yang bener, lulus, kuliah. Bukannya

ah, gue

arus jadi anak hebat!" serunya. "Besok

Kening Renal

Sepatu, tas, dan ... hp lo ju

tas gue masih layak pakai. Hp ju

cuma enggak mau lo dipandang rendah sama orang saat n

naldi. "Baik pekerjaan lo, kasta gue yang anak h

gue bilang lo bukan anak haram, hah?! Lo pantes dihargai sebagai

an pada televisi yang menamp

mau di masa depan, hidup lo terluntang-luntang, kejar-kejaran sama polisi, ma

n Sam di ruang tamu berukuran dua meter persegi tanpa me

ba-tiba memakai 'lo-gue' saat ngobrol. Masuk SMP, pemuda itu berubah ambisius dengan prestasi yang kerap membuat Sam bangga. Namun, Sam menyadari sesuatu terjadi ketika p

an malamnya, tetapi getaran

i : Butuh peker

Jangankan memanggil, yang tahu nama lengkapnya saja tidak ada selain Renaldi

bah, keponakannya itu tidak tahu kalau ia sudah dipecat. Sam menggel

agi nasi padangnya. Semenjak tahu mencari uang itu sulit, Sam menghargai apa pun yang ia da

. Sudah menjadi rutinitasnya, mencuci piring sesudah makan. Berikutnya, ia mematikan

berantakan. Banyak orang menganggap Renaldi anak haram, miskin, rendahan, tapi seperti yang almarhum kakaknya ucapkan, Sam tidak menganggap Re

kan untuk mengecek apakah dia sudah terlelap atau belum. Namun, pi

suatu yang melebihi mereka," ujar Sam, mendekatkan wajah ke pintu. "Jangan lupa, besok bangun pagi buat d

atap gemerlap langit Jakarta dari balik jendela. Kata almarhumah neneknya, kalau s

a. Kemudian, pandangannya berhenti pada sketsa piala yang ia buat satu seten

la kejuaraan itu, pihak sekolah meminta pialanya dibawa ke sekolah dan diberikan kepadanya di upacara hari Senin sebagai motivasi teman-teman yang lain.

i kembali menatap langit. "O

30 Okto

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka