Kemarau Kapan Berlalu?
an air hangat, memasak, dan tidak menyuruhnya membantu bersih-bersih rumah. Renaldi hanya bisa pasrah atas perlakuan pama
," ujar Sam sambil mengambilkan nasi untuknya. "Terus kalau ada yang berani ngerendahin
pasang netranya fokus pada tangan Sam yang gemet
lang sama gue. Enggak ada ya
rewet ban
h tingkah. "Nih,
ngan perasaan berbeda. Renaldi dengan semangat menggebu, dan Sam d
m. Waktu itu, ia masih mengenakan seragam putih biru dan Pram menggendong Renaldi, menyambutnya pulang. "Renaldi. Dia
ya. Namun, sulit. Masa-masa manis itu semakin menekannya dalam rasa bersalah, hingga
liat. Dia ketawa. Hahaha, Anjir,
a untuk pertama kalinya Renaldi memanggilnya 'Om', dan mau ia gendong. Pram
r gue yang beresin. Mau pup gue." ucapnya meminimalisir getaran di suaran
u tidak curiga. Lalu, sampai di toilet, tubuhnya luruh begitu pun tangisnya yang sedari ia tahan. Punggungnya bersandar pada pi
.' batinnya berguma
ar hidupnya lebih baik, agar kemarau-kemarau di hidupnya tidak semakin panjan
h tuli? Apakah Tuhan tidak mengerti bahwa ia ingin memba
ebuah pertanyaan muncul dalam benaknya: ap
*
elesai, ia mencuci piringnya sendiri. Sebelum berangkat, pemuda jangkung itu m
kan rumah kecil itu. Kompleks perumahan yang ia tempati tidak jauh dari ja
nya, pemuda itu membuka ponsel, mencari info lomba menggambar atau mendesain yang berhadiah uang tanpa biaya pendaftaran. Sejak kecil, ia sudah menekuni hal-hal ya
engar suara nyaring gadis mungil yang berser
tersenyum. "
ilang sekolahnya
i mana." Renaldi berdiri, memberi tem
belum Renaldi mempersilakan. "Benta
i duduk lagi. "L
. Ka
Sa
n ia termenung mengamati Renaldi. "Oh, ya
u pindah
Renaldi mempersilakan Andin masuk terlebih dahulu. Ia mengambil tempat duduk paling belakang, tempa
mpingnya. Gedung-gedung tinggi, kendaraan mewah yang menyalip silih berganti, toko-
ahagia tentu saja. Namun, melihat Sam akhir-akhir ini, kebahagiaan itu tidak lagi utuh. Ada separuh jiwanya yang berkata bahwa seharusnya ia tidak sekolah lagi. Ia b
a-apa yang telah Sam korbankan dan berikan, Renaldi akan berjuang membuktikan
nya menuliskan sesuatu di kaca bus
njuknya sudah terhapus, tetapi hatinya mematri dalam-dalam k
dara panjang, lalu menatap gerbang tinggi bertuliskan Welcome t
n mengajaknya masuk. Mereka pun berjal
Jangan panggil gue Kak, don
.. beda
lo kel
ura-pura atau benar-benar menyayang
g mulai memasuki lobi sekolah bersama seoramg gadis pendek. Dadanya begitu sesak oleh luap
-sehat,
*
2 Novem