Marriage Express
rani-beraninya
olah Indira yang sudah mengambil kesempatan untuk meremas
gar tadi yang sempat mememakakan telinga, kini berhenti dan dirinya b
aran keras dari perempuan bertubuh semampai dengan rambut sedikit ikalnya. Bola mata dengan manik hitam itu terlalu menggoda
arik perhatian pria sepertinya. Tubuh indah dengan
yang sudah membuat Indira dan Gio berada dalam sa
mengejek dirinya dan merangkum dalam satu suara jika d
ngil itu mendekati sahabatnya yang masih menatap ta
itu dan mengatakan, "Dia sudah berani sentuh tubuh gue. Mengambil kesempatan d
gkan tamparan di pipi lainnya yang lan
lain bisa terangsang sama lo! Tapi nggak
n merintih sakit dan tidak bisa berbuat apa pun. Ia mengepalkan tan
ihat apa yang bisa lo lakukan saat nggak ada satupun orang yang bisa m
emiliki sikap bad boy dan sangat sering berganti kekasih. Sayangnya, Indira belum bisa ia taklukan. Perempuan itu
rgonta gan
amat-lamat cermin wastafel di toilet perempuan dan mengetatkan r
us melindungi diri meskipun Indira sadar ia sering melanggar perintah orangtuanya yang te
ah perlakuan yang harus dirinya terima. Terutama
sadar anak gadisnya nggak ada di rumah," cetusnya sudah
lanjutnya tidak sanggup mendapatkan
orong kasar ke dinding. Ia meringis sakit dan nyaris merasa remuk. Tapi, s
Canti
arga diri gue?" seringainya pun semakin puas mendapati Indira berontak, melepaska
ngan Indira di sisi
permalukan lo! Nggak usah diulang lagi atau lo bakal malu!" sun
depan? Sedangkan kita berada di koridor toilet yan
k gue karena lo udah menampar kedua pipi gue hanya untuk hal sepele," jelasnya d
doh! Gue nggak sudi disentuh s
sialnya sudah mencium leher jenjang Indira. Ia ketakutan. Tangannya gemetar saat ti
a ditahan. Ia tidak bi
kh
dan kedua tangannya di piting, jad
i diremas, lebih kuat dan salah satu dadanya i
pun tolongin gue .
dengar tawa sumbang Gio. Ini sia-sia saja, sampai Indira tidak henti berter
tus suara dan sebelum Gio terkesiap, beg
ngerang kesakitan dan Indira berbalik ketakutan, mendapati Gio tersungkur, tidak bisa
n Jepang itu menegakkan tubuhnya. Ia membersihkan kedua tangan dan menata
g memiliki kekuatan sama, bukan untuk menyakiti perem
h proporsional, tidak berotot besar, tapi sangat tampan i
n lengan panjang. Malam ini perempuan itu
pan lobi," ucapnya tersenyum lembut, me
but pria berambut hitam dengan tatanan rapi itu, Indira hanya
dikit ikal. Ia mengeratkan hangatnya jas yang dipakai I
ma pria dewasa sepertiku dibandingkan bersama pria muda di
taan yang terkesan santai. Bahkan, pria it
YANG NGGAK BISA MEMENTINGKAN LOGIKA DIBAN
ap. Ia mendapatkan tamp
AK SUDI GUE BILANG TERIMA KASIH SAMA LO!" teriaknya sekaligus m
spal di bawah dan menginjaknya. "Nih! Sebagai u