Cinta Tak Bersyarat
a sekali tidak punya harga diri?" tanya Arini sinis, pada pe
. Hanya sekilas kelopak itu mengembang--memancar bagai blitz
patu, mengikat dua tali yang masih berjalin satu, A
lau sekadar menepis tangan Arini. Lelaki itu h
ris bibirnya, berada di sebelah kir
etralisir aliran darah
n belahan tepat di bagian dada. Arini seperti s
sampai harus rela menjalani pernikahan kontrak hany
justru ia kembali menunduk mengikat tali sepatunya
ghina masi
rdiri, meraih pintu, keinginan terbesarny
ntu tersebut. Kembali dengan sengaja membusungk
rus segera sam
tinggal diam, Arini menarik paksa tangan
ali tanpa perlawanan dari Burhan memant
yadari kekeliruan, buru-buru Burhan berdiri. Merapikan kemeja berwarna hitam dengan garis
rhan mendekat, sekali hentak bibirnya berha
n begitu rela membalasnya. Mungkin lebih panas dari sekadar melumat bibir saja. Ia akan dengan bahagia menggendong Arini ke ranjang hangat mereka. Menyatukan
nggigit leher Burhan. Lelaki itu menahan napas sesaknya. Mer
Nanti saya kan datang tepa
antai, kerlingan nakal tak lupa Arini sisipkan. "Bibirmu manis, apa kau pernah mencium perempuan selain aku?" tanya Arini
" Lagi-lagi Arini memeluk Burhan kuat. Mengecup
a kaget. Apa yang akan dilakukan wanita ini? Pikirnya kawatir, melirak ke
ek
n kali lelaki itu tak mampu menepis kasar. Hanya terbelalak kaget. Menelan salivanya berkali-kali. Mena
. Arini sedikit terpental. Senyum menghina tetap ia kirim untuk lelaki yang tengah
intu. Menepis pelan tangan Arin
lagi, Namun, sayangnya tangan Arini lebih cepat
at perempuan. Tubuhku masih aduhai dibanding pelacur bernama Mira. Lihat sini!" Arini menarik tangan Burhan m
ck
suatu ke
urhan memejam matanya, mengumpat sesuatu hak meminta dilepaskan segera. Ia harus memalingkan diri. Ini tidak bisa dibiarkan. Kembali tidak menghiraukan pertanyaan Arin
dua manik coklat berlensa yang kini justru melorotkan semua pakaianny
sama saya, saya mohon jangan sulitkan saya," ucap Burhan me
segala ornamen di tubuhnya bagai tersengat listrik dadakan. Ia menghirup oksi
tubuh Burhan keluar rumah. sebelumnya Arini sengaja menyenggol benda keramat milik Bu
Lebih baik ia dihina banci atau sejenisnya daripada mengorbankan ibu, dan adik perempuannya
kapan kamu bisa bertahan," tantang Arini terta
ng ia buat sedari subuh. Ia harus kembali ke rumah ibunya untuk menyiram diri. Se
rosional itu berm
mpel di bibir. Tertawa puas setelah berhasil membu
buatan Burhan. Arini tidak habis pikir, lelaki itu
gat enak. Arini selalu memakannya tanpa sisa. Selain lapar. Ia sudah tid
engerdilkan rasa, tak bisa ter
lati menghunjam
ara saksi, begitu juga mantan suami Arini--Ilham yang mengenalkan Burhan, sekaligus mengatur semua skenario
habis, mereka akan bercerai dan Arini kembali menikah dengan Ilham,
k pada hatinya. Pecah berkeping, retak diberbagai
goda sebenar-benar menggoda selayaknya jalang pada m
bersama si culun Burhan, si irit kata,
tak lagi bisa dikenali. Burhan seolah menjadi komedia
senang hati Arini akan membuat video adegan
i
uta. Hingga air mata tak lagi merembes melewati pipi mulus
anyak konflik hingga membawanya ke tahap ini. Talak tiga telah lolos dari lidah seora
aki-laki lain demi bisa kembal
idak bisa melawan, tidak lagi memiliki orang tua, Arini benar-bena
ng kini jauh di negeri Sumatra Utara, tidak mengetahui kaba
da. Nasib rumahtangga tel
anggun itu kini bagai singa kecil menemukan lawan. Ia sengaja me
rumah tangga. Ucapan talak bukan permainan catur, apa
Arini menarik garis bibirnya. Ia benci Ilham, sorot tajam bola mata lentik
inta itu pudar tanp
n, tapi, wajah angkuh lelaki itu membuat Arini akhirnya merancang per
menikah dengannya, setelah enam bulan ke
pa kalian di mat
gu yan
ula yang dipesan oleh Ilham sendiri. L
kamu sementa
elegant karena didesaign bermode villa unik. Sepanjang jalan Bur
tercipta tanpa ucapan, bahkan jika Arini ridho
an jatuh talak
sujud meminta maaf, hati Ar
sama kawanmu yang bego itu?" tanya Arini s
a-sia menjadikan Burhan sebagai muhalli
n terpisah. Pernik
gan tatapan kosong tersurat j
siaplah patah
umah sakit jiwa karena telah memperma
s berpaling, degub jantungnya bermasalah kala bersirobok dengan netra sendu milik Arini
wanita itu. Tapi sayang, Arini bagai m
olak setitik rasa iba yang muncul. Tatapan
menanggapi pernikahan ini. Lebih baik
ia tahu, Arini begitu sin
ngaja menggodanya berkali-kali. Nyaris membuat Burhan ses
duk begitu, takutnya nyonya masuk angi
nya dengan lilitan handuk. Tawa Arini serupa ejekan menjawab nasehat Burhan
han tidak ber
urhan tidak mengerti kenapa kesinisan
ni masih terus menggoda Burhan berkali-kali. Tentu
pan Burha