Padamu Aku Berlabuh
bersih-bersih isi rumah. Meski sepupu Embun itu berperawakan seperti laki-laki, tetap
n. Gadis yang usianya lebih tua satu tahun dari Embun itu adalah s
otornya, Yena berpesan agar
ertemu seseorang yang baik. Bukankah pasangan kita nanti cerminan diri kita sen
bijaksana?" Embun menatap he
rgoki seorang gadis tidak b
Aku hanya terlalu semangat memb
pi aku tida
Embun mengge
kepala. Merapikan anak rambut yang mencuat di sekit
amar ibunya. "Kalau kamu mau pulang, pulang sa
ngat! Jangan terlalu bersedih hati. Fokus saja sekola
Insya
a. Gadis tomboi itu memasukkan kunci ke stop kontak, lalu menyalakan mesin. Setelah mengangguk pada Embun, Yena menarik gas kem
n tenang. Meski sering usil, kadang Yane bi
dah pula
ok. Bagaimana tidak, ibunya berbicara dan muncul secara tiba-tiba dari belakang sa
ho, ini. Ck-ck-ck." Emak meng
" Embun mengalihka
nya itu mengajak main. Jemput ad
dal jepit hitam. Memakainya, lalu berj
*
aran sekolah, saat ada seseoran
mualaik
a merasa suara itu tidak asing di telinganya. Sehingga mem
mualaik
ussalam. Iy
Sebab merasa tak enak jika
dra bersama seorang pria tinggi yang Embun kenal sebagai
.. Ibu. M
n penasaran. Apa gerangan yang me
u bertanya setelah mengambil duduk di sofa panja
Emak juga." Dia tersenyum kikuk
ak usah, Mbun. Ibu buru-buru. Ibu ke sini mau kasih kabar ke
lahi. Ka
, jenguk ibu. Kalau mau
erasa keberatan. Ucapan ibu Andra barusan, seolah ingin memb
memperbaiki suasana. "Kalau Embun tidak nyaman
, Embun mengiakan. Memang lebih baik Abian saja yang menjemput, daripada harus bertemu
n untuk tidak bertemu lagi dengan orang tersebut, terlebih Andra. Entahlah. Hatinya masih sakit oleh sikap A
ma minta diantar ke sini. Katanya
lum paham apa maksudnya. Gadis itu bergantian menatap wanit
berjalan mendekat m
tangan Emak. "Saya ke sini minta Embun untuk datang men
duduki pada Emak. Gadis berusia tujuh bel
? Nampaknya sehat-sehat saja.
ukan operasi. Beraninya baru sekarang." Ibunya Andra mencolek lutut Abian. "Ayo
t dan mencium tangan Emak. Embun sempat heran melihatnya. S
n." Sekali lagi ibuny
Bu.
berdiri di sebelah Embun. Wanita itu ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak jadi kar
kumussal
Abian. Melambai, lalu pergi bersama deru ny
Tatapan Emak menyelidik. "Tadi s
api tidak jadi. Besok saja katanya." Embun mendor
omblangi kau lagi
Mak. Pasti E
dra lengket sekali macam
as bermain dengan teman atau jalan ke m
at orang lelaki tadi pagi siapa?
tidak tahu Yena saja." Bibir Embun mengeruc
hendak melangkah ke kamar. Namun, pu
gaimana? Apa Embun boleh pe
gan Andra, kan. Siapa itu si
Mak." Emb
alu malam." Wanita itu menguap. "Emak tidur dulu, ya. Sudah m
dia belum melaksanakan salat Isya. Namun, pikirannya sedikit terganggu oleh ucapan
apalagi berbicara. Bahkan, dia juga ikut-ikutan memanggil Abian dengan sebutan Om seperti Dion-keponakan And
*