Padamu Aku Berlabuh
Betty di papan tulis. Sembari mencatat, Embun melirik Lia yang sedang menguap. Sama seperti
lanya ditelengkan sedikit ke ar
apannya beralih lagi ke papan tuli
bertanya. Jemarinya masih terus saja ber
ulang L
u seragam, lantas memberikannya pada Lia. "Nanti pas is
un, bergegas disambutnya juga pemberian Embun itu, lal
u Betty membalik badan, menoleh ke belaka
anak-ana
uru yang terkenal killer di
udah Bu Betty meneruskan
bun yang merasa lebih syok mendapati respons Lia yang berlebihan seperti tadi. Pa
ngan telapak tangan k
angnya. Rupanya Diva mencolek gadis itu menggunakan buntut pena. "Gitu
mengerucut pertanda tidak suka. Sontak Embun d
iga kali mengetuk papan tulis menggunakan penggaris kayu dengan keras. Ampun, bukan hanya mempunyai penden
enegangkan sekaligus horor. Akan tetapi, salah me
nulis di lembaran t
i aja. Pas di
nimbulkan suara, Embun perlihatkan juga pada Diva. Gadis bersuara merdu itu memberi
diusir dari kelas oleh Bu Betty, guru mata pelajaran Etika
*
p cemas. Sudah sepuluh menit Diva dan Lia membawa surat Embun untuk disa
leh pemuda berdarah Palembang itu? Ah ... Embun mendesah, menggele
cul di ambang pintu kelas Sekretaris 1
n bertanya. Bahkan ketika jar
g sendiri." Lia tertawa, lalu seger
dan. Menghadap ke arah Lia dan Di
ngomong langsung. Nggak pakai surat-s
ya. "Suratnya mana?" Emb
, lah." Lia y
tku nggak d
ia baca sambil senyum-senyum
n panik. "Kenapa kalian kasih suratnya di dalam kelas? Kan, bisa m
dan Diva kompak menja
n bakal jadi bahan ledekan satu sekolah kalau begini ceritanya. Apalagi, teman-te
ng aku! Teriak Em
*
an pada Lia dan Diva bahwa Embun akan pulang duluan dikarenakan ada urusan penting di rumah-acara keluarga. Padahal sebenarn
berita tentang surat cinta itu, s
i koridor mendahului. Pokoknya gadis itu harus buru-buru. Embun ber
ampir menabrak seseorang. Ah, entah memang Embun sedang
buru-buru amat
saling bersitatap. Di detik berikutnya kesadaran Embun pulih. Gadis itu membalik badan kemudian berlari
n Bintang memanggil sebelum tubuh gadis itu
*
. Malu. Ya, selama satu minggu gadis itu menghindari Bintang. Embun past
tang saat sedang berbaris di lapangan upacara. Benar saja, sepucuk su
dah kuterima dia jadi pacar. Bintang, mah,
di sebelah Embun saat upacara di hari Senin. Ucapan Endy itu disambut sorakan temannya yang lain-yang kebanyakan lelaki semu
pada Pak Tampu di lain waktu. Kalau perlu Embun akan minta barisan bermulut ember seperti En
u
saat ini berjalan sangat lama. Berulang ka
ndy barusan berhasil memancing perhatian Embun, mau tidak mau membuat gadis itu mem
ya bersirobok dengan tatapan Bintang yang berdiri tepat
ju kelas masing-masing d
mpat gadis itu katakan pada Lia bahwa dia ingin ke toilet terlebih dulu. Lia
dah tidak punya keberanian lagi melangkah di sana dan berjumpa pelajar lain setelah mendengar ocehan Endy di lapangan
n kepala ke luar pintu toilet. Yes! Sepi. Melangka
ndapati Bintang sedang bersandar di tembok, bersembunyi di lorong per
terus?" Bintang mengubah posisi
h. "Nggak, ah! Sia
u setiap melihat aku Embu
entah dapat keberanian dari mana gadis itu menoleh lagi ke a
ser
h," jawab E
rpesona oleh ciri khasnya pemuda itu. "Ngomong aja langsung. Sekarang ak
langkah seribu menuju kelas. Meninggalkan pemuda itu yang melo
Citran
*