Bukan Istri Bayaran
aku berada dalam bubble yang tidak ada ujungnya. Entah jam berapa sekarang, mataku tak bisa terlelap dan piki
ku tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan pegangan. Hari-hari yang ku
ir mengag
dengan handuk. Karena selimut saja tidak bisa menghangatkan tubuhku yang berba
hemat listrik makanya kamarku tidak dipasang lampu. Kututup mataku supaya cepat terlelap, berharap malam cepat berlalu dan aku cepat de
gi ke acara syukuran saudara. Mungkin tidak akan pulang karena hujan sangat lebat. Ya, a
ngat sensitif jika mendengar suaranya. Kenapa dia pula
ermain judi, malas bekerja, suka marah-marah di rumah. Kalau
laa
eringai. Aku bangkit terduduk. Kuremas selimutku kuat sangking takutnya. Om Danu bukan pertama kalinya datang ke kamarku de
selimutku. "Om, ngapa
ujannya kuat. Om kasihan sama kamu makanya pulang."
-samar aku masih bisa melihat dia tersenyum dan menatapku liar ke seluruh
capek, Tantemu nggak ada
i membuatku jijik. Namaku Karmila, dipanggil Mila.
enarik selimutku semakin ke atas tertutup hingga ke leher. Sekarang aku yakin yang me
ari kamar saya sekarang." Aku beruca
r. Aku ingin lari dan berteriak tapi suara hujan seperti menengge
gak mau," ucapku l
n menyerah, tidak akan rela di sentuh laki-laki bedebah seperti dia. Dia kembali menyentuh t
a seperti di rasuk iblis, kekuatannya mencekam tanganku hingga seperti meremukk
Sekuat tenaga aku melawan
tampung kamu, ngasih tempat tinggal da
sudah bergeser, bantal juga sudah tergeletak jauh. Aku memukul badannya yang
bayar biaya hidup Mila di sini." Aku men
bayar, udah kamu nggak usah
ga. Teriakan kesakitan keluar dari mulutnya dan aku tidak membuang kesempatan. Aku b
alam ditemani hujan seperti ini orang akan lebih memilih untuk tidur. Aku tidak tahu
unia ini terlihat begitu gelap dan aku menangis sepanjang m
buhku. Suara rintik hujan menemaniku hingga ke pondok milik tetangga. Aku sanggup t
kiku ke depan dada dan memeluknya. Aku tidak mau menjadi objek peleceha
Katanya tempatnya bekerja sedang merekrut calon pekerja baru. Belum tahu jelas apa pekerjaan yang akan di
pi, entah kenapa aku selalu ingat pesan mama "Mila