Mertua Awal Pembawa Petaka
wal Pemba
a
hadapanku. Dari awal masuk wanita i
nyaku pada wanita yang t
ung kaki. Ku akui wanita ini memang memiliki paras untuk memikat seorang le
" Aku kembali bertanya dan menatapnya dengan lekat. S
encintai Mas Lu
tak melihat ke arahku. "Apa kau tidak memikirkan
it hati menerima semua ini. Tapi, kami saling menci
? Kenapa berbeda sekali dengan pengakuan Mas Lukman. Aku masih mencari tahu kebenarannya yang mana. Tadi malam aku sempat bertanya tentang perasaan Mas Lukman pada wanita
mengalaminya sendiri. Apa perlu aku menyuruh Mas Lukman menikah
belalak, ia menoleh
yan
icara, sabar sedikit!" Aku m
an menyesapnya pelan. Aku tidak ingin
ga yang dulu pernah bekerja padaku. Ia sempat berh
Ia berdiri
r, tolong kamu jaga dia. Eh ... siapa na
nd
usuk! Aku hanya membatin s
buka pagarnya. Mengerti?!" tegask
mpinan itu harus disiplin!" seruku sambil berja
obil bersama Mas Lukman. Aku yang akan membawa mobil ini dan menjemputnya saat pul
*
tirahat. Bahkan makan siang pun aku lakukan di ruang ke
sama kartu debit pun
saat membaca pesan
Aku pengen ikut program bayi tabung! Aku cum
i pelit. Semua gaji yang ia terima akan otomatis masuk ke rekeningku. Biasanya ia hanya menyisakan untuk pegangan saja. Tapi memang dasarnya diriku terlalu naif, tidak curig
erja. Tidak memiliki tanggung jawab lain karena orang tuaku sudah meninggal dan aku tidak memiliki adik. Malangnya nasibku, bahkan tidak pernah meliha
kan makanan yang entah kenapa rasanya kini menjadi hambar. Lelah bekerja seharian, tubuh ini rasanya remuk. Dulu Mas Lukman pe
lan di pangkuannya. Enak sekali hidupnya itu, seperti tidak ada beban setelah menikah dengan suami beristri Belum sampai pintu
pa, M
r mau jemput Mas. Dari tadi Mas udah nun
naik taxi aja. Aku males kal
angsung aku menutup telepon
berserakan di karpet, orang numpang harus tahu diri!" Aku berse
tidak peduli. Dia pikir aku akan membiarkannya
*
terpaksa harus bangkit kembali. Meraih benda pipih yang tergeletak di atas nakas. Mengernyit heran
ni buat beres-beres, dia pikir aku ini pembantu apa? Aku juga 'kan istri kamu, Mas. Kalau terjadi apa-apa sama anak kita
ta itu! Kita lihat saja, siapa yang akan Mas Lukman pilih. Aku, atau wanita bernama Indah tapi berhati busuk itu!
-jelekin, Kanaya. Istriku g
. Dengan cepat, aku mematikan ponsel dan menyimpan kembali d
mbung