Mertua Awal Pembawa Petaka
wal Pemba
a
ung rambut hingga ujung kaki, setelahnya tubuh ini terasa lebih segar dan wajahku semakin terlihat
Mas Lukman. Membelah jalan kota yang diisi kemacetan. Satu jam lebi
rumah?" tanya Mas Lukman ya
n masakan kamu," ujarku denga
k seperti biasanya, ia terlihat sangat lesu. Apa peke
ku buka suara mengubah posisi duduk menyamping, menatap Mas Lukm
gin ini, Sayang. Kamu masih gak percaya sama sua
hkan pertanyaan, sebenarnya banyak sekali yang ingin kutanyakan padanya.
pun!" Ia menjawab
an gak mau pisah sama kamu, Mas?" Ke
acem-macem, Mas sama dia itu udah pasti
lihat mobil Range Rover berwarna putih dengan pita besar terparkir di halaman rumah kami. Bersamaan denganku yang keluar dari mobil, Jumi keluar dari rumah dan berlari dengan t
Kanaya?" Ibu mertua tiba-tiba
ja masih panjang kok, mana udah jadi penghuni
ang Mas Lukman tidak cukup jadilah mengajukan kredit. Dan mobil itu menghuni bengk
mana cukup uangnya. Gajinya aja cuman cukup buat beliin ibu satu b
obil mahal gini!" Indah menatap tajam pa
salahkan aku jika aku menendangmu dari rumah ini!" Mas Lukman
tengah perdebatan mereka ponselku berdering menandakan pesan masuk, dengan cepat aku
ka bonus
nyata, berarti ini bukan mimpi. Jadi ini bonus yang dimaksud oleh Bu Margaretha. Mas Lukman mendekatiku yang masih diam mematung, mengam
etha, Yank?" Mas Lukman
nku, karena beliau sering mengundang
ung ke rumah." Aku mengatakan apa adanya, aku kembali mengambil ponsel dari
in
kantor dengan baik. Bahkan sering memenangkan tender besar, hadiah ini tidak ada apa
a saja yang berprestasi dan bisa mengharumkan nama perusahaan. Mas Lukman langsung memelukku dan mengucapkan selamat. Ia tahu persis bagaimana aku meniti karir
kalau nanti kamu tua, uang itu yang bakalan jaga kamu? Nggak.
esar. Sesak dan sakit, tidak bisakah ia berbicara lembut pad
rumah besar tapi gak ada anak di dalamnya buat apa?" ujar ibu me
*
rus berdoa dan mengusahakan yang terbaik. Soal anak itu mutlak kua
adaku, kenapa dulu ibu memberikan restu. Aku tidak pernah memaksanya untuk menyukaiku, aku pikir hatinya lulus saat restu itu ka
kembali, tidak ada gunanya juga menyesali yang sudah terjadi. Tapi, aku ingin tetap memp
*
ng sibuk memasak lalu melirik Indah yang duduk memperhatikan. Tersenyum miring lalu melingkarkan tangan di tubuh Mas Lukman. Aku bisa melihat dari sudut mata, Indah kesal mungkin j
h laper banget tahu," ber
as pelukanku. Rasanya seru sek
pa gak Mas duluan yang kamu makan?" Mas Lu
a disana, ia tidak akan bisa menyerangku atau melarang kami bermesraan. A
mbung