The Devil's
a perubahan ini terkesan mendadak tanpa memberi jejak kepadanya. Ia mulai curiga telah terjadi sesuatu
n kerisauan. Tampak jelas mukanya cemas memikirkan apa yang akan terjadi pada sang majikan. Ia takut, se
*
iri sang istri dengan mata tak kalah tajam. "Arandra." Ia mendengus sinis tanpa menarik pandangannya. "Aku menugaskan dia untuk menjagamu
jukkan bahwa aku sudah tidak peduli lagi
lek hingga wanita itu terlihat menahan kesakitan. "Katakan padaku apa yang kau katakan adalah kebohongan! Katakan padaku kalau kau tid
un bibirnya masih kuat tersenyum melecehkan, dan sorot tajam matanya t
ngemis padaku," uc
oleh ucapan istriny
raman suaminya. "Aku sangat ingi
"K
at memuaska
OLEK
kau pikir kebaikan yang kuterima darimu pada akhirnya membuatku bahagia?! Tidak pernah sama sekali, Sancho! Kau justru sudah membawaku semakin dal
an takut padamu Sancho, tidak akan takut lagi! Kau sudah mengambil nyawa ayahku, dan sekarang aku tidak peduli kalau kau juga ingin mengambil nyawaku! Dalam sisa nafasku, sampai kau mengorbankan
ya mengeluarkan pistol dari balik jasnya. Ia arahkan
membunuhku?
"Jangan paksa aku melakukan ini." Tete
i, bahkan sebelu
ahu. Betapa sulitny
, bahwa kebaikanmu tak b
enarik tembakannya. Tangannya gekau harapkan berubah seluas samude
saja kau mencintaiku, maka aku aka
tak lupa menenggelamkan. Wanita itu menantang, maju melangkah perlahan namun penuh keyakinan mendekati senjata di tangan suaminya. Sancho yang sej
an itu pun kembali terdengar. "Aku membe
LEEEE
DOO
DOO
DOO
muramkan wajahnya. Ia membeku di atas rerumputan, ia tak mampu lagi melanjutkan pekerjaan. Bat
*
n, Denz
oe yang diprotesnya dari sambungan telepon. Rentetan alasan diutarakan Zoe yang sekali lagi meminta Soa untuk
"Maaf ... maaf ...," hanya itu kalimat terakh
gar balasan Zoe lagi, Soa langsung mematikan panggilan teleponnya. Ia entak keras kakinya ke bumi, sebagai bentuk penegasan bah
g harus menemuinya. Lalu pertemuannya dengan Molly tidak membawa kabar baik bagi usaha keluarga
g asyik menikmati gulali, ada yang asyik berlari dengan anjingnya, ada sekelompok pemuda yang asyik bercanda tawa, dan ada juga yang sekedar duduk-duduk santai di kursi taman yang berjejer secara terpisah. Hingga akhirnya matanya bertemu dengan tatapan seorang pria
teman yang sama lambannya seperti Z
status konyol yang dibuat teman-temannya membuatnya tertawa. Soa jadi ingin iku
ran berkuda putih yan
dia sosial. Ia mendapati, lelaki berpakaian serba hitam itu masih mengamatinya dari kejauhan. Itu membuat perasaannya lagi-lagi tergelitik, buru-buru kembali tertuju ke handphone-nya. Berbagai prasangka pun menyala. "Apa aku masih pant